NovelToon NovelToon
Pangeran, Selir Tidak Ingin Mati

Pangeran, Selir Tidak Ingin Mati

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:85k
Nilai: 5
Nama Author: Zhuzhu

Lin Muwan terkubur di makam kuno Permaisuri Qing dari Era Jingyuan yang tidak dikenal ketika menjalankan misi mencari jejak sejarah.

Namun, dia kemudian terbangun di tubuh selir Pangeran Kesembilan Dinasti Jing yang dibenci karena merupakan keturunan pemberontak. Lin Muwan kemudian menyadari bahwa dia datang ke masa saat Permaisuri Qing hidup.

Plum dan aprikot yang mekar di taman adalah kesukaannya, namun kehidupan yang bagus bukan miliknya. Hidupnya di ujung tanduk karena harus menghadapi sikap suaminya yang sangat membencinya dan masih mencintai cinta pertamanya. Dia juga mau tidak mau terlibat dalam persaingan takhta antara putra Kaisar Jing.

Pangeran Kedua yang lemah lembut, Pangeran Keempat yang penuh siasat, Pangeran Kesembilan yang dingin, siapakah di antara mereka yang akan menjadikannya Permaisuri? Dapatkah dia kembali ke kehidupan asalnya setelah hidupnya di Dinasti Jing berakhir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PROLOG

Dia berdiri di bawah pohon aprikot putih tua yang bermekaran di cabang-cabangnya. Pemandangan musim semi daratan Jingyuan yang indah nan luas terhampar di bawah puncak gunung hijau yang tinggi.

Pandangan matanya tertuju pada sebuah kuburan tanpa nama yang dibangun di bawah pohon aprikot putih tua tersebut dengan sorot mata dingin dan sendu. Tak ada persembahan atau dupa di depan kuburan itu.

Dia berdiri di sana untuk waktu yang cukup lama. Balutan busana biru tua dengan jubah putih tulang berbulu rubah di tubuhnya berkibar, menerbangkan aura suram yang kian terasa menyedihkan. Tangannya memegang erat sebuah liontin giok berwarna putih tulang yang sudah rapuh.

Dia mengangkat tangannya, seperti hendak menyentuh sesuatu, namun urung ia lakukan. Tangannya masih terulur, dan serpihan kelopak bunga aprikot putih jatuh ke telapak tangannya.

Dia kembali menatap gundukan tanah itu dengan sorot mata yang rumit. Dibandingkan dengan aprikot dan botan, dia lebih suka plum.

“Apakah kematian adalah satu-satunya hal yang kau inginkan?”

Suaranya hampa menerpa udara. Kekosongan itu seketika menjalar ke dalam hatinya, dan suara gemerisik daun tiba-tiba menjadi hening.

Dia masih menatap gundukan tanah itu dengan sorot mata rumitnya yang dalam, seolah-olah semua perasaan dan masa lalu telah terkubur jauh di dalam sana, menyisakan sedikit emosi yang kerap menjadi belenggu di dalam hatinya. Emosi yang hening, yang menenggelamkannya ke dalam jurang gelap tanpa dasar.

“Aku tanya sekali lagi, apakah kematian adalah satu-satunya hal yang kau inginkan?”

Dia tiba-tiba berjongkok di depan gundukan tanah tersebut. Kemudian, tangannya tiba-tiba memukul-mukul gundukan tersebut hingga tanah keringnya berterbangan bersama kelopak aprikot yang menutupi sebagian tanah tersebut.

Setelah itu, dia menggali gundukan tanah tersebut dengan tangan kosong, mencakarnya seperti seekor anjing yang menggali lubang untuk buang air.

“Tidak! Jangan!”

Pemuda jangkung dengan postur tegas di sisi pria itu berteriak ingin dia menghentikan aksinya, namun sia-sia. Dia tahu percuma menghentikan orang itu, karena orang itu sama sekali tidak akan menghiraukannya.

Pemuda itu menyaksikan dengan sorot mata sedih dan pasrah saat tangan orang itu terus menggali ke dalam tanah, menyingkirkan kerikil dan dedaunan kering yang ikut terkubur ke dalamnya.

Setelah menggali sampai kuku jarinya patah dan kulit tangannya lecet, dia akhirnya dapat melihat sesosok tubuh wanita yang terbaring damai di dalam lubang. Tubuh sosok itu sudah mulai membusuk meski wajahnya masih dapat dikenali.

Bibirnya menghitam dan kulit di sekitar lehernya mulai mengendur, meninggalkan jejak hitam seperti bekas memar yang belum hilang.

Pakaian merah marun yang menempel pada tubuh sosok itu compang-camping. Beberapa bagian robek, menampakkan kulit tubuh yang dulu sangat halus sekarang berubah menjadi hitam.

Dia tiba-tiba tertawa kecut. Senyum pahitnya terbit membelah kesunyian yang ditularkan dari gunung yang sepi. Hanya ada suara angin musim semi dan detak jantung dua orang yang terdengar sangat samar.

“Bahkan saat kematian itu tiba pun, kau masih mengenakan pakaian yang sama. Itukah caramu membalasku?”

Pemuda di sampingnya menunduk.

“Dikuburkan dengan sederhana adalah hal yang paling diinginkan Nona Lin. Bahkan jika dia harus mati di istana, dia akan tetap memilih dikubur di pegunungan tanpa nisan yang jauh dari keramaian.”

“Hanya itu yang dia katakan?” Suaranya tercekat dan rendah, tangan di samping tubuhnya gemetar dan dia memejamkan matanya sesaat.

“Hanya itu.”

Tangan tergantung di sisi tubuhnya terkepal dan dia tiba-tiba tertawa. Si pemuda mendongak untuk menyaksikan pria itu seperti orang kesetanan.

“Bahkan meski itu kebencian atau ketidakpuasan, dia tidak mengatakannya?”

“Tidak..”

Dia kembali tertawa. Pegunungan tinggi yang damai itu seketika menjadi sangat suram

“Bahkan kau tidak mau repot-repot menjelaskan apapun. Kau benar-benar ingin mati seperti ini, ya?”

Dia tiba-tiba mengangkat sosok itu keluar dari lubang makam dan menggulingkannya ke tanah di atasnya. Dia melompat keluar dari lubang makam, lalu mengoyak pakaian mayat wanita itu dengan tangannya sendiri.

“Tidak, jangan!”

Si pemuda berlutut untuk memohon. “Yang Mulia, tolong hentikan! Tolong biarkan Nona Lin mendapatkan keinginan terakhirnya!”

“Tanpa izinku, dia tidak akan mendapatkan apapun!”

Si pemuda tidak kuasa melihat mayat adik sepupunya yang sudah mulai membusuk ditelanjangi. Dia berbalik dan mengepalkan tangan untuk menahan sakit dan emosi di dalam hatinya.

Seandainya orang itu bukan orang yang diinginkan adiknya untuk dia lindungi, kepala orang itu sudah ia jadikan nisan dan tubuhnya akan ikut dikuburkan untuk menemani adiknya.

“Lin Muwan, aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan apa yang kau inginkan!”

Dia menggila dan terus mengoyak sisa pakaian si mayat dengan ganas. Jauh di dalam lubuk hatinya, kemarahan dan penyesalan sulit dibedakan.

Seandainya saja dia memilih mempercayainya saat itu, dia tidak akan mendapat akhir seperti ini. Bahkan meski dia harus kehilangan segalanya, dia tidak akan begitu tersiksa seperti ini.

“Kau ingin mati dan dikubur dengan tenang sendirian? Aku tidak akan mengizinkanmu! Lin Muwan, bahkan meski kau sudah mati, aku akan tetap membuatmu membenciku!”

Dia terus mengoyak pakaiannya. Bahkan sampai sisa pakaian di mayat itu habis dan menampilkan tubuh telanjang tanpa nyawa yang sudah mulai membusuk menguarkan bau tidak sedap, dia tidak berhenti.

Pria itu menatap tubuh tersebut dengan sorot mata penuh kesedihan dan kemarahan. Bahkan jika itu pakaian terakhir yang dikenakannya, dia tidak akan membiarkan wanita ini mendapatkannya.

“Lin Muwan, bukankah kau membenciku? Kalau begitu benci saja aku sampai aku mati!”

Seandainya saat itu dia menyadari tindakan dan isyaratnya, seandainya dia tidak menyalahpahaminya, seandainya dia tahu bahwa tusukan di dada yang diberikan oleh wanita itu adalah untuk menyelamatkannya, apakah akhir yang mereka dapatkan akan berbeda?

Apakah wanita ini tidak akan mati dengan kebencian yang bahkan tidak pernah diungkapkan kepadanya?

“Lin Muwan, kau pembohong! Kau wanita berhati dingin!”

Dia kemudian menyiramkan cairan ekstraksi obat ke tubuh mayat wanita itu. Lalu, dia melepas jubah putihnya dan membungkus mayat itu.

Dia mengangkat mayatnya, menggendongnya di dalam pelukan eratnya dan berjalan menuruni undakan batu di puncak gunung hingga ke tempat kuda dan dua orang pemuda lain berada.

Mereka terkejut melihat dia membawa mayat wanita itu tanpa beban di pelukannya.

“….”

Mereka tak kuasa berkata dan menelan kembali kata-katanya sampai ke perut tatkala melihatnya melompat ke atas kuda dan menarik tali kekangnya. Dia berlari dengan kudanya dengan mayat wanita itu di dalam pelukannya.

Dalam pelariannya, angin samar-samar membisikkan kembali kata-kata terakhir yang diucapkan oleh wanita ini kepadanya saat dia menusuk dadanya dengan belati sebelum dia membiarkannya pegi.

Murong Changfeng, hanya ini bantuan terakhir yang dapat aku berikan padamu. Setelah ini, biarkan aku pergi dan jangan mencariku lagi.

Dia menyesal, dia menyesal telah membiarkannya pergi saat itu.

1
sahabat pena
ayok kumpulkan kekuatan .. 💪💪💪
A
lanjuut thorr semangattt
@haerani-d
ayo dong changfeng ekspresif sedikit, ungkapin semua rasa dan keinginan hatimu pada Lin muwan bila perlu belajar Ama othor bagaimana caranya /Chuckle/
Sun Flower: kan otor sutradaranya
total 1 replies
@haerani-d
siapkan strategi jitu untuk mendapatkan semuanya, membalas dendam dan membersihkan nama keluarga..
semoga lancar /Determined/
zansen
diam tetep d incar ya ikuti saja persaingan tahtanya /Determined//Determined/
zansen: benar.. apalagi punya bakat d militer beuh...... g bisa diem lawannya /Angry//Angry/
Sun Flower: daripada diinjak kaan
total 2 replies
OKEY
Penasaran Thor, dulu sama pacarnya apa jg gak ada warna lain? Tp pas putus kok patah hati?
OKEY: Weh... tak patut😆
Sun Flower: Terikat aturan yang kaku kalau sama Jiayin. Jadi kesannya kek sekadar teman dekat di saat dia berasa gak punya siapa-siapa. Tau kan kalau laki-laki udah punya kesukaan baru kek gimana ke yang lama 😂
total 2 replies
zansen
kerrennn.. /Ok/
Ani_Sudrajat
Lanjut thor ..
Sun Flower: gaskeun
total 1 replies
Biyan Narendra
Menanti jodoh Jiyayin
Trie
so sweeet ....
Sun Flower: awas diabetes
total 1 replies
Winarni 1979
msh kurang upnya kak😅😅
Sun Flower: hehehehe
total 1 replies
Vinna
lanjutttt thor....semangat💪💖💖💗💗
Sun Flower: secangkir semangat untuk kalian
total 1 replies
Biyan Narendra
Sini pangeran..
Kita kumpul bareng...
Lalu sama sama belajar cara meminta maaf
Andi Ilma Apriani
lanjuuttt thooorrr.....makin seru....
Sun Flower: gowww gasss
total 1 replies
Biyan Narendra
Seperti biasa...
Author nya selalu sat set dalam mengurai konflik.
Lope banyak banyak,thor
Biyan Narendra
makin bapeeeeer kan....
Biyan Narendra
Bisa So sweet juga nih pasangan tukang ribut
Biyan Narendra
Enak ga tuh..
Liat adegan 21+ di depan mata
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Biyan Narendra
Mulutmu harimaumu...
Eh salaaaaah
Mulut Muwan..harimau bagi Changfeng
🤣🤣🤣🤣🤣
Biyan Narendra
Muwan the best..
Bikin hati pangsel lumer..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!