Ayuna begitu mencintai suaminya, meskipun selama pernikahan ia tak pernah menikmati hasil kerja suaminya. Seiring berjalannya waktu, Ayuna akhirnya menggugat cerai suaminya. Mampukah Ayuna jauh dari pria yang sangat dicintainya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Keenam
Esok paginya, Mida yang mengetahui jika kemarin Ayuna berulang tahun dari Romi lantas menagih menantunya itu untuk mentraktir dirinya, suami dan anak-anaknya.
"Sudah tidak berlaku lagi, Bu!" ucap Ayuna sembari menata makanan di meja.
"Kemarin itu kami tidak tahu, jadi bolehkan kalau traktir makannya hari ini saja," kata Mida merayu.
"Hmm, nanti saja, ya, tunggu Mas Romi berulang tahun," ucap Ayuna.
"Romi 'kan ulang tahun tiga bulan lagi," kata Mida.
"Ya, traktir makan-makannya tiga bulan lagi," ucap Ayuna tersenyum membuat wajah Mida seketika cemberut.
"Ayuna, jangan terlalu pelit dengan mertua kamu!" sindir Mida.
"Jika aku pelit, uang sekolah Rino tidak aku bayar, Bu!" Ayuna balas menyindir.
"Makan-makan bersama kami 'kan sesekali, bukan setiap hari," kata Mida membujuk menantunya.
"Setiap hari kita juga makan bersama, Bu," Ayuna berucap dengan senyuman lagi.
Mida tampak kesal, menantunya selalu bisa membalas ucapannya.
Ayuna melangkah ke kamar untuk memanggil suaminya, namun ketika hendak memegang kenop dan kebetulan pintu tak tertutup rapat ia mendengar Romi sedang menelpon seseorang dengan berbisik-bisik.
Ayuna mencoba menajamkan telinganya, terdengar suara samar-samar.
"Aku akan membayarnya, aku tidak mungkin lari!" ucap Romi pelan.
"Mas..!" panggil Ayuna dengan suara lembut.
Romi yang terkejut menjatuhkan ponselnya ke lantai, membuat Ayuna mengernyitkan keningnya. "Kamu buat aku kaget saja!" Romi tampak gugup, ia lalu menunduk dan mengambil benda pipih.
"Kamu baru telepon siapa?" Ayuna penasaran.
"Teman kerja," kata Romi.
"Oh, mau apa dia nelpon kamu?" tanya Ayuna lagi.
"Dia hanya ingin menumpang motor aku, kebetulan rumahnya tak jauh dari toko," jawab Romi.
"Oh," ucap Ayuna singkat.
"Ada apa kamu memanggil aku?" tanya Romi.
"Sarapan sudah siap, ayo kita makan!" jawab Ayuna.
"Sebentar lagi aku keluar, kamu duluan saja."
"Hmm, baiklah.
Selang 20 menit kemudian, Romi bergegas berangkat ke toko. Ayuna semakin curiga jika suaminya sedang menyembunyikan sesuatu.
Ayuna pun berpamitan kepada ibu mertuanya yang belum berangkat kerja sebagai buruh pabrik makanan ringan. Ayuna tak pergi ke toko, ia menemui ayah kandungnya.
Ayuna pergi bertemu ayahnya tanpa sepengetahuan Romi karena dia tak ingin Romi mengenal secara langsung keluarganya.
Ayuna kini berada di sebuah kafe ternama, ia duduk saling berhadapan dengan Mario.
"Bagaimana kabar kamu, Nak? "
"Aku baik, Pa. Bagaimana kabar mama dan Aditya?"
"Mereka baik, cuma beberapa hari lalu mama kamu harus di rawat di rumah sakit."
"Mama sakit apa, Pa? Kenapa tidak mengabariku?" Ayuna begitu khawatir mendengar kabar ibu kandungnya yang tidak sehat.
"Dia sakit karena selalu memikirkan kamu," kata Mario membuat Ayuna merasa bersalah atas keputusannya pergi meninggalkan keluarganya demi mengejar cintanya Romi.
"Keluarga Romi memperlakukan kamu dengan baik, 'kan?" lanjut Mario bertanya.
"Mereka sangat baik padaku, Pa." Ayuna terpaksa berbohong.
"Syukurlah mereka berbuat baik padamu, Papa takut jika Romi dan keluarganya memperlakukanmu buruk," kata Mario.
"Papa tenang saja, tidak perlu khawatir," ucap Ayuna.
"Jika Romi tidak membuat kamu nyaman, pulanglah ke rumah. Kami masih menerima kamu, Nak!" kata Mario.
Ayuna tersenyum tipis mengangguk mengiyakan.
"Jangan sungkan untuk meminta bantuan kepada Papa atau adik kamu!" kata Mario.
"Iya, Pa!" lirih Ayuna.
Mario mengambil dompet di saku celananya, ia menyodorkan beberapa lembar uang berwarna merah kepada putrinya.
"Apa ini, Pa?" Ayuna heran diberi uang oleh ayahnya.
"Pakailah uang ini untuk kebutuhan kamu," kata Mario.
Ayuna tersenyum lalu berucap, "Papa tenang saja, aku masih memiliki uang pemberian Papa waktu aku menikah."
"Uang segitu masih bertahan setahun?" Mario tampak heran jika Ayuna mampu berhemat. Padahal biasanya Ayuna dapat menghabiskan uang 20 juta selama sebulan.
"Aku mencoba belajar berhemat selama menikah dengan Mas Romi, Pa."
"Kamu boleh berhemat tapi kamu juga butuh senang-senang," kata Mario.
"Tiap hari aku bahagia, Pa." Lagi-lagi Ayuna berbohong.
"Syukurlah, Papa senang mendengarnya," kata Mario tersenyum lega bahwa putrinya menjalani pernikahan yang bahagia.
Sejam setelah bertemu dengan sang ayah, Ayuna tak segera pulang ke rumah mertuanya. Ia memilih pergi ke kos-kosan Rere. Di sana ia dapat tidur nyenyak dan menikmati makanan kesukaannya tanpa gangguan.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, Rere yang bersiap akan berangkat kerja membangunkan Ayuna tertidur. "Kamu tidak pulang?"
"Ayuna, ini sudah jam empat. Aku mau pergi berkerja!"
Ayuna membuka matanya dan berkata, "Pergi saja sana, nanti aku akan mengunci kamar kamu."
"Bukan masalah kunci mengunci, tapi kamu harus pulang ke rumah suamimu. Kamu bilang kemarin ibu mertuamu memarahimu," ujar Rere.
"Bukan marah, cuma menyindir. Dia bilang tak ada yang membantunya padahal anak gadisnya menganggur," kata Ayuna menjelaskan.
"Aku heran dengan kamu, kenapa masih bertahan di sana? Kalian 'kan bisa menyewa rumah," ucap Rere.
"Aku pernah mengusulkannya kepada Mas Romi untuk menyewa rumah tapi dia bilang tak punya uang apalagi harus membiayai kehidupan orang tua dan adik-adiknya," ungkap Ayuna.
"Dia tidak punya uang, bukannya gaji dia lebih besar daripada karyawan lainnya?"
"Itulah aku juga bingung entah ke mana uangnya padahal dia hanya memberikan uang kepada keluarganya satu juta dan aku tak sampai lima ratus ribu."
"Kamu wajib curiga, Yuna. Jangan-jangan dia punya wanita lain!"
"Jangan menakutiku, aku tidak yakin dia punya wanita lain!"
"Ya, kamu harus menyelidikinya," saran Rere.
"Aku sebenarnya juga sudah curiga," kata Ayuna.
"Makanya, sebelum terlambat dan semakin jauh kamu harus mencari tahu ke mana saja uang suamimu!" ucap Rere dan Ayuna mengangguk setuju.
lanjutttt terus Mam 🤩💪💪