Xiao An wanita karir yang tengah menjalani kehidupannya tanpa hambatan. Tidak sengaja masuk ke dunia novel yang baru saja ia baca. Di novel dia menjadi Nona pertama Han Yu karakter antagonis, putri dari kediaman perdana menteri keuangan Han. Keluarganya sangat kaya dan hidup bergelimang harta. Kedua orangtuanya sangat mencintai putrinya memberikan semua yang di butuhkan. Sebab itu Nona pertama Han Yu sangat manja, pemarah, juga memandang rendah kalangan bawah. Kekejammnya terhadap pelayan membuatnya di takuti semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana ke-1
"Bagaimana jika aku berpura-pura gila? Gadis gila tentu tidak akan bisa mengikuti pemilihan selir." Han Yu mengedipkan matanya menunggu jawaban dari Ibu dan Ayahnya.
Brakkk...
Nyonya besar Han bangkit dengan menggebrak meja kuat. "Tidak mungkin. Pernikahan mu bisa menjadi masalah di masa depan."
Han Yu yang sudah mundur karena terkejut hanya bisa menelan ludah kecut di tenggorokannya.
"Sebenarnya ide Yu er juga bagus. Meski dia tidak akan menikah. Aku tetap akan menyokongnya hingga tua," ujar Tuan besar Han lumayan pelan. Dia melirik kearah istrinya. Tatapan tajam itu membuat kedua pandangan matanya langsung di alihkan.
Nyonya besar Han memukul kuat perut buncit suaminya. "Diam."
Pria itu mundur dua langkah kebelakang.
Nyonya besar Han merapikan gaunnya, "Ibu punya ide yang bisa di gunakan menipu sementara waktu sampai perekrutan selir terlewatkan. Mereka juga tidak akan mungkin berani memintamu hingga datang kerumah ini." Seringaian halus di wajahnya membuat guratan yang berbeda.
Han Yu mencondongkan tubuhnya kearah Ibunya. Wajahnya menatap penuh semangat. Ibunya mendekat membisikkan beberapa hal kepada putrinya. Pada awalnya kedua alis Han Yu menyatu. Saat dia mendengarkan lebih banyak perkataan yang di sampaikan ibunya. Gadis itu langsung sumringah. Dia memberikan dua jempol tangannya kepada Ibunya. "Ibu memang yang terbaik."
Nyonya besar Han merasa tersanjung mendegar pujian dari anaknya. Dia bahkan merapikan beberapa kali rambutnya yang masih tertata rapi.
"Ibu. Uang bulanan ku masih belum di berikan," Tuan muda kedua Han Rui langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Saat dia melihat kakaknya ada di ruangan ibunya. Pemuda itu langsung terdiam. "Kakak." Wajahnya memerah merasakan ketakutan di hatinya.
Han Yu bangkit dari tempat duduknya berjalan menghampiri adiknya. Pemuda itu terlihat semakin ketakutan tidak berani bersuara bahkan bernafas saja harus di atur sepelan mungkin. Takut menganggu udara yang di hirup kakak perempuannya. Saat kakak perempuannya mengangkat tangan, secara tidak sadar Tuan muda kedua Han Rui membuat pertahanan untuk dirinya. Namun bukan pukulan yang ia dapatkan tapi tarikan kearah cukup kuat membuatnya masuk kedalam ruangan kamar lebih dalam.
Han Yu memberikan isyarat kepada pelayan pribadinya dan semua pelayan ibunya untuk tetap diam di luar kamar. Setelahnya dia menutup rapat pintu kamar. Gadis itu duduk kembali, "Ibu, kita bisa mulai berdiskusi lebih jauh lagi."
Nyonya besar Han bangkit menarik suaminya dan putranya agar lebih mendekat.
Pembicaraan di dalam ruangan berlangsung hingga satu jam lamanya. Saat pintu di buka cahaya dari luar juga dapat masuk kembali. Semua orang sudah duduk santai seperti tidak terjadi apa-apa. Han Yu keluar dari kamar dengan menarik adiknya untuk ikut bersamanya.
Di perjalanan pemuda itu terus memperhatikan sikap kakak perempuannya yang semakin berbeda. "Kamu benar kakak perempuan ku?" ujarnya dengan berbisik pelan. Pertanyaan itu membuat Han Yu menghentikan langkahnya.
Gadis itu menatap untuk beberapa saat lalu merangkul pundak adiknya. "Apa sikap kakak sangat berbeda dari biasanya?"
Adiknya mengangguk.
"Kamu tidak menyukai sifatku yang seperti ini?"
Tuan muda kedua Han Rui menggelengkan kepalanya. "Kakak sekarang menjadi jauh lebih mudah di dekati. Tapi aku menyukainya."
Han Yu menepuk senang punggung adiknya. "Ayo. Kita mulai pertunjukannya."
Pemuda itu mengangguk penuh semangat.
Mereka keluar kediaman dengan kereta kuda yang telah di sediakan. Kereta melaju tidak terlalu lama hanya sekitar lima belas menit dari kediaman Han. Dan berhenti di salah satu Paviliun paling terkenal di Ibu Kota.
"Kakak yakin ingin melakukan hal ini?" pemuda itu masih berusaha untuk menghentikan tindakan Kakak perempuannya. "Nama baik dan reputasi seorang gadis sangatlah penting."
"Nama buruk juga telah melekat dalam diri ini. Tidak masalah menambahnya lagi. Ikuti kakak," Han Yu ke luar dari kereta. Pandangan matanya menjadi sangat tegas juga dingin. Langkahnya pelan juga tenang seperti layaknya Nona muda kediaman bangsawan. Perubahan sikap itu membuat Tuan muda kedua Han Rui menatap tidak percaya. Jika kakak perempuannya sudah memiliki aura menakutkan seperti sebelumnya.
Gadis itu berjalan mendekati Paviliun hiburan tempat para pria kesepian mendapatkan kesenangan di Ibu Kota. Di depan pintu masuk dia di hadang wanita cantik. "Nona pertama, kami sudah tidak sanggup menerima perlakuan istimewa dari anda. Beberapa waktu lalu karena anda mencari Tuan muda kedua. Para tamu lama menjadi terganggu bahkan kerugian yang harus kami terima tidak sedikit." Wanita itu lebih mendekatkan dirinya. "Tolong berikan kami keleluasaan."
"Hari ini aku ingin memesan tempat. Aku tahu tempat ini juga menyediakan ruangan untuk para wanita." Han Yu menatap dingin. Dia sedikit mengangkat kedua dagunya agar lebih mengeluarkan aura kesombongan seorang gadis bangsawan.
Wanita dengan balutan gaun tiga warna berbeda itu cukup terkejut namun juga senang. Kipas lipat di tangannya di buka menutupi sebagian wajahnya. Senyuman senang terlihat jelas, "Aku tidak tahu Nona pertama juga menyukai hal seperti ini. Hihihee..." Tawa centil terdengar menggoda. "Nona pertama silakan." Wanita itu memberikan jalan.
Han Yu di ikuti adiknya masuk kedalam Paviliun Bunga Kapas. Mereka langsung di arahkan menuju ke salah satu ruangan di lantai tiga. Tempat khusus untuk para tamu istimewa.
"Nona pertama, saya akan memanggil mereka semua untuk datang." Wanita itu keluar dari ruangan kamar.
Di dalam ruangan bau wewangian dari dupa penangan pikiran tercium sangat menggoda. Han Yu duduk santai di temani adiknya. Camilan yang telah tersedia juga masih terbilang baru.
Tuan muda kedua Han Rui duduk santai membiarkan tubuhnya bersandar pada lengan kirinya. Sesekali dia memakan kacang goreng di meja. "Aahhh... Kenapa lama sekali?" Menguap dengan malas. "Kakak. Pilih dua saja dengan wajah tampan juga tubuh bagus."
"Tentu saja," ujar Han Yu yang masih membenarkan gaunnya. Dia juga sesekali menata rambut panjangnya yang jatuh di pundak.
Pintu di buka, enam pria muda di arahkan masuk dengan alat musik di tangan masing-masing dari mereka.
Kedua pandangan mata Han Yu langsung tertuju pada enam pria muda di depannya. Dia berusaha tetap tenang, "Aku ingin nomor tiga dari kiri. Dan nomor dua dari kanan untuk memberikan pijatan di bahu juga lengan. Yang lainnya bisa memainkan beberapa lagu berbeda."
"Baik," ujar serentak semua pria muda itu.
"Nona pertama, saya mohon untuk undur diri. Jika ada masalah atau keinginan yang lain anda bisa memanggil saya lagi." Wanita itu langsung keluar dari kamar.
Dua pria yang di maksud mendekat kearah Han Yu mereka mengikuti setiap arahan dari gadis cantik dengan tatapan dingin.
Suara musik di mainkan.
Sedangkan Tuan muda kedua Han Rui menyandarkan tubuhnya di kursi duduk diam menemani kakak perempuannya. Dia hanya di minta Ibu dan Ayahnya sebagai pengawas. Agar kakak pertamanya tidak benar-benar masuk kedalam kenikmatan yang tidak seharusnya.
Tidak butuh waktu lama kabar Nona pertama Han Yu yang telah terkenal akan kekejamannya dan sifatnya yang sombong. Telah menjadi gadis nakal yang datang ketempat hiburan. Banyak sekali orang membicarakannya tanpa henti. Bahkan menambahkan cerita sederhana menjadi semakin tidak terkendali.
bau2 bucin sudah tercium sejak malam tadi🤣🤣
thor jgn ampe kndor 😁😁😁😁😁
sehat selalu untukmu author terbaikkuu