Kembalinya Duchess Kejam

“Seperti biasanya, Anda juga pernah berada di posisi saya, bukan?” Evelyne terkekeh merdu. Piter menghela napas panjang, mengetahui bagaimana beratnya menjadi seorang pewaris dari gelar yang tinggi itu.

“Saya berharap Anda sering berkunjung kemari, Lady Evelyne,” ucap Piter berharap. Evelyne mengangkat wajahnya, ada gurat kekecewaan dalam wajah Piter saat itu, yang mungkin tak dapat diungkapkan olehnya.

“Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Anda?” tanya Evelyne akhirnya. Piter tersenyum kikuk, menyadari bila raut wajahnya terbaca oleh Evelyne.

“Saya baik-baik saja. Ah, dan saya juga sudah mendapatkan undangan untuk menyaksikan eksekusi yang akan dilakukan pada Lady Miranda.” Evelyne tercekat, kaget mendengarnya.

“Eksekusi?” tanya Evelyne tertegun. Piter menganggukkan kepalanya.

“Benar, seluruh bukti sudah tertuju padanya. Namun, dia juga diberikan satu kemungkinan untuk keluar dari eksekusi tersebut, namun sayang dia menyia-nyiakan hal itu dan memilih mati di tiang gantung.” Evelyne menghela napas berat. Jelas Lady Miranda akan memilih itu, karena saat ini dirinya berada di tengah lumpur yang dapat menedotnya masuk atau menghancurkan putrinya sendiri.

Dia jelas akan memilih mati sendiri dan membebaskan putrinya demi dendamnya. Evelyne mulai berpikir, kebodohan yang mereka buat terlalu jelas hingga mungkin membuat sosok di balik layar merasa senang akan kejadian kali ini.

“Piter, apakah Anda sudah memperingatkan Yang Mulia Raja mengenai Putri Mahkota?” tanya Evelyne, berharap Piter bergerak lebih cepat.

“Sudah. Bahkan Pangeran Mahkota juga pernah mengatakan hal yang sama pada Raja. Dan atas kecurigaan kita, akhirnya Raja menetapkan status waspada pada Putri Mahkota,” ucap Piter. Evelyne mengingat bagaimana Andreas yang sejak awal memang selalu ada di pihaknya dan Piter.

“Mau bagaimanapun juga, dia adalah Putri dari Kerajaan seberang. Kita harus memiliki alasan yang jelas untuk memulangkannya, atau dia tak dapat pulang karena sudah jelas alasannya, di mana dia ditakdirkan untuk tinggal di sini sampai mati,” ucap Piter, menimang kemungkinan yang akan terjadi.

Benar, tak akan mudah bagi Diana bila harus kembali ke kerajaannya. Namun juga tak akan baik bila Diana masih ada dalam posisinya saat ini. Evelyne menatap Piter amat lekat.

“Saya meminta Andreas untuk menikahkan Lady Diana dengan calon Marquess Aragont,” ucap Piter yang menyaksikan bagaimana Evelyne seolah tengah mencari jalan keluar.

Deg!

Dada Evelyne dibuat sesak seketika. Pria sampah, wanita jalang, dan wanita ular disatukan dalam satu atap yang sama. Akan sangat mudah bagi mereka untuk menghancurkan mereka bila mereka keluar dari batasannya.

“Nampaknya, Anda sudah memikirkan ini dengan sangat matang.” Evelyne mengangkat sudut bibirnya. Piter menganggukkan kepalanya.

“Saya hanya mengungkapkan apa yang ada di benak saya, Lady.” Evelyne mengangguk, dan sesuai jadwal Evelyne hari itu.

Setelah berkunjung ke kediaman Zisilus, Evelyne menyembuhkan para Kesatria yang sakit sebelum kembali ke kediaman Astria. Tentu saja, dia juga masih diawasi oleh mata-mata asing. Namun, penjagaan ketat yang dilakukan Piter membuat keadaan Evelyne tanpa celah penyerangan sedikit pun.

Sesuai jadwal, hari itu Evelyne menyelesaikan aktivitasnya dengan kertas ucapan di pagi yang baru. Rutinitas Evelyne berjalan dengan lancar hingga persidangan yang diganti menjadi eksekusi itu dilangsungkan di depan khalayak umum.

Di mana Lady Miranda akhirnya harus meregang nyawa di tiang gantung. Tangis dari Alena memecah seluruh kegaduhan di sana. Alena begitu membenci Evelyne yang melaporkan ibunya, namun yang lebih dibenci Alena adalah orang di balik layar yang telah menjebak ibunya saat ini.

Alena sadar akan posisinya saat ini yang bukan siapa-siapa. Dia juga tak dapat meminta bantuan ayahnya karena statusnya yang sudah berubah menjadi seorang selir. Namun, hal itu bukan hal terpenting saat ini bagi Alena. Dia ingin sekali membunuh Putri Mahkota dan mengungkap seluruh kejahatannya. Namun tanpa bukti, jelas itu akan disebut tuduhan palsu dan hanya akan menyeretnya saja ke dalam neraka.

Evelyne memperhatikan Alena, memperhatikan dia yang menatap Diana dengan sorot kebencian. Sudut bibir Evelyne terangkat. Ternyata Dewi mempermudah rencananya sekarang.

Evelyne kembali ke kediamannya, menyaksikan sang ayah yang nampak lemas. Evelyne tak begitu menghiraukannya, karena ayahnya juga nampak lebih baik setelah kepergian Lady Miranda.

Setelah satu minggu berlalu dari insiden tersebut, sebuah undangan sampai pada Evelyne. Di mana sebuah undangan pesta dari salah satu bangsawan yang sangat tersohor akan hartanya yang melimpah.

Evelyne kini memiliki hak lain yang harus dia kerjakan. Seringai muncul di bibirnya, dan hak ini jelas lebih baik dibandingkan dengan membiarkan Andreas terombang-ambing tidak jelas ke depannya.

“Sampaikan pada Piter, dia harus jadi pasanganku!” perintah Evelyne pada salah satu Kesatria yang bersembunyi untuk melindunginya.

“Baik, Lady.” Kesatria itu langsung melesat dan menyampaikan pesan tersebut pada tuannya. Piter menyanggupi keinginan Evelyne hingga pesta malam itu akhirnya digelar.

Evelyne sudah tampil glamor dengan permata dan rambutnya yang ditata seindah mungkin. Gaun yang membalut tubuhnya dengan sempurna memancarkan aura ningrat yang tak ada duanya. Kecantikan Evelyne terpancar begitu saja. Piter bahkan tak berkedip saat menyaksikan Evelyne yang menuruni anak tangga saat dirinya menjemput Evelyne di kediaman Astria.

“Dari tadi, Anda tak mengatakan apa pun, Piter,” singgung Evelyne dalam kereta kuda.

“Apa yang ingin Anda dengar, Lady?” tanya Piter bingung. Dia merasa lidahnya kelu, ada rasa khawatir dan cemberut menerjang dadanya malam itu.

“Anda marah?” tanya Evelyne lagi. Piter menggelengkan kepalanya.

“Emm, Anda kesal?” tanya Evelyne lagi. Piter diam, tak menjawab.

“Haaa, apa aku terlihat jelek dan membuat Anda malu malam ini?” tanya Evelyne lagi. Sontak saja wajah Piter terangkat dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Mana mungkin! Anda sangat cantik hingga membuat saya khawatir karena kecantikan Anda malam ini,” ungkap Piter jujur. Evelyne mengangkat alisnya dan terkekeh kemudian.

“Anda akan melihat alasan saya mengenakan penampilan ini nanti, calon suamiku,” ucap Evelyne memperlihatkan cincin di tangannya, di mana lambang pertunangan mereka terpampang jelas.

Piter terdiam dan masih dalam kondisi khawatir. Evelyne tersenyum dan akhirnya mengambil tindakan. Dia duduk di atas pangkuan Piter dan melingkarkan tangannya di leher Piter.

“Hei, aku ini milikmu, paham! Siapa yang berani menyentuhku saat ada pria seperti mu di sampingku?” Evelyne mengusap lembut pipi Piter.

“Evelyne...” Piter menganggukkan kepalanya, terpaksa. Evelyne tersenyum puas dan mengecup bibir Piter sejenak untuk menenangkan pria itu.

Evelyne sadar betapa posesifnya seorang Piter, karena memang keturunan Zisilus terkenal akan hal itu. Namun, dia tak menyangka bila kini dirinya yang mengharapkan kebebasan justru terjerat oleh cinta pria posesif itu.

‘Semoga indah pada akhirnya. Mau bagaimanapun juga, aku tetaplah Evelyne Von Astria. Duchess kejam dengan kelicikannya.’ Ucap Evelyne dalam hati. Meski demikian, kini kelicikannya akan dia gunakan di jalur yang lebih baik. Meski tetap saja, yang namanya licik, jalurnya tetap menyimpang.

Mereka akhirnya sampai di acara pesta dengan hingar bingar kemegahannya. Evelyne menyerahkan hadiahnya pada sang tuan rumah. Malam itu, Andreas dan Diana juga datang.

Evelyne datang karena malam ini akan ada kejadian yang menggemparkan seluruh kerajaan. Jadi, dia tak akan menyia-nyiakan tontonan tersebut. Toh kini dia juga sudah menyiapkan bensin untuk menyiram api yang akan berkobar malam ini. (Ini istilah ya, bukan kebakaran asli).

Ilustrasi Piter Von Zisilus

Mata merah, rambut hitam agak sangat. Kalo butuh ilustrasi sebelum dicukur kasi tau aja ya.