karna dalam pengaruh obat, membuat Ameena terpaksa menghabiskan malam dengan pria asing yang tidak dikenalnya.
Pria itu adalah Satria Wijaya, seorang kurir paket yang kebetulan akan mengantarkan barang ke hotel tempat Ameena menginap.
Kehidupan Ameena setelah malam itu berubah 180 derajat. Ameena terpaksa menikah dengan Satria karna telah tumbuh kehidupan baru dalam rahimnya.
Bagaimana kisah selanjutnya? ikuti terus kisah Ameena dan Satria ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mirip Denganku
"Oh iya, hari ini hari ulang tahunmu yang ke lima. Kenapa mama bisa lupa ya?" Ameena menepuk kepalanya sendiri.
"Mina kau itu terlalu sibuk bekerja, jadi sering melupakan banyak hal. Termasuk lupa mengurus aku dan mengingat hari ulang tahunku." bibir Aiden mengerucut.
"Maafkan mama sayang." sesal Ameena yang memang jarang memiliki waktu untuk sang putra karna kesibukannya.
"Mina, kau harus segera mencari papa baru untukku. Agar ada yang mencarikan kita nafkah, jadi kau tidak perlu berkerja lagi dan akan memiliki banyak waktu luang untuk bersantai serta menemani aku bermain. Aku juga ingin segera mempunyai adik yang lucu-lucu." pinta Aiden.
"Uhuk! Uhuk!"
Ameena sampai terbatuk begitu mendengar permintaan sang putra. Mencarikan Aiden papa saja Ameena belum mampu, sekarang bocah tampan itu sudah meminta adik pula. Batin Ameena menjerit.
"Aiden bisa tidak kita bicarakan hal ini lain kali saja?" Ameena tersenyum kikuk.
"Tidak bisa!" tepis Aiden.
"Sudah 20 kencan buta kau jalani Mina, tapi selalu berujung dengan kegagalan. Biarkan kali ini aku saja yang mencari papa baru untukku sendiri." Aiden meragukan kemampuan sang mama, karna itu Aiden akan turun tangan sendiri.
"Mereka menolakku karna aku memilikimu Aiden." batin Ameena.
"Semoga para pria di negara ini berbeda dan bisa menerima kita apa adanya. Semangat ya!" Semangati Aiden yang seakan bisa mengerti isi hati sang mama.
"Ok, mama akan berusaha mencari papa baru untukmu." semangat Ameena pula.
"Aiden. Mama merasa haus, mama ingin membeli minuman dingin di sana." Ameena menunjuk sebuah kaffe kecil yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.
"Kau tunggu di sini sebentar ya. Jika supir yang menjemput kita sudah datang, kau minta pada supir itu untuk menunggu mama sebentar." titah Ameena.
Ameena tidak merasa takut meninggalkan Aiden yang baru berusia lima tahun sendirian. Karna putranya itu sangat pintar, jadi tidak mungkin hilang. Malah kadang Ameena yang hilang dan Aiden yang kerepotan mencari ibunya.
"Ok." jari telunjuk dan jempol Aiden membentuk huruf O.
Netra tajam Aiden memindai sekitarnya. Fokus bocah lelaki itu tertuju pada seorang pria seusia sang mama yang sedang menunggu jemputan pula.
"Sepertinya pria itu cocok untuk menjadi papa baru untukku. Semoga dia akan menyukai mamaku." Aiden menatap pria yang terlihat paling keren diantara yang lainnya itu lekat-lekat.
"Haloo paman namaku Aiden." tanpa ragu Aiden menghampiri pria tersebut.
"Halo nak? Kau datang bersama siapa? Kenap kau sendirian? Dimana orang tuamu?" pria itu membungkukan badannya mengsejajarkan tinggi badannya dengan tinggi Aiden.
"Kenapa wajah anak ini sangat mirip denganku sewaktu kecil?" batin pria itu.
"Mamaku sedang membeli minuman di sana. Itu dia." Aiden menunjuk mama Ameena yang terhalang wanita gemuk di belakangnya.
"Sedangkan papaku sudah tiada." lanjut Aiden dengan wajah sendu.
"Begitu ya, paman turut berduka cita." pria itu mengusap puncak kepala Aiden dengan lembut. Hati keduanya terasa menghangat.
"Paman. Sejak papaku tiada mama kesulitan mencarikan papa baru untukku. Paman mau tidak jadi papaku?" pinta Aiden tanpa basa-basi.
"Tidak heran kalau wanita itu kesulitan mencari papa baru untuk anak ini dengan penampilan seperti itu." pria itu menatap ke arah wanita gemuk yang tadi di tunjuk Aiden. Merasa diperhatikan, wanita gemuk itupun tersenyum manis.
Pria tampan itu membalas dengan senyuman wanita gemuk itu dengan kaku.
"Nak, bukannya paman ingin mengecewakanmu. Tapi paman tidak bisa menjadi papamu karna paman sudah memiliki istri." balas pria itu apa adanya.
"Oh begitu ya, padahal aku sangat menyukai paman karna wajah paman terlihat mirip denganku." Aiden kembali memasang wajah sendunya.
"Tuan Satria, mobil anda sudah siap. Bisa kita berangkat sekarang?" tanya Ares pada sang atasan.
"Hem. Tunggu sebentar." balas pria itu yang tak lain adalah Satria.
"Nak, senang bisa bertemu denganmu. Tapi paman harus pergi sekarang, semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi." pamit Satria pada Aiden.
"Baiklah paman hati-hati di jalan, by." Aiden melambaikan tangannya ke arah Satria yang sudah berada di dalam mobil.
"By." Satria membuka kaca jendela mobil kemudian melambaikan tangannya ke arah Aiden.
"Siapa anak itu tuan?" tanya Ares penasaran. Karna tidak biasanya tuan Satria akan langsung akrab dengan seorang anak kecil.
"Entahlah, tapi aku menyukai anak itu. Dia anak yang cerdas." ujar Satria.
"Ares, apa sudah ada kabar tentang istriku?" tanya Satria penuh harap.
"Belum tuan. Info terakhir mengatakan nyonya muda ada di negara singapura, tapi hingga detik ini anak buah kita belum berhasil menemukan keberadaan nyonya." balas Ares.
"Dasar payah! Mencari satu wanita saja tidak becus! Aku akan memotong gaji kalian!" marah Satria.
Satria menghela nafas berat untuk meredakan rasa sesak di hatinya.
***
"Sayang, kau melambaikan tangan pada siapa?" tanya Ameena yang baru saja datang dengan dua kantung belanjaan di tangannya.
"Mina, kau itu lama sekali. Padahal tadi aku bertemu pria yang wajahnya sangat mirip denganku. Apa mungkin wajah papa kandungku seperti pria itu ya?" tanya Aiden.
"Sebaiknya wajahmu jangan mirip dengan ayah kandungmu sayang!" Ameena tidak rela wajah sang putra mirip dengan ayah kandung Aiden yang tidak bertanggung jawab dan kejam.
Bagaimana tidak kejam karna pria itu tega mencampakan Ameena yang tengah hamil dan sedang dalam keadaan koma kala itu.
"Aiden, sayang. Lihat mama beli apa? Mama beli kue ulang tahun untukmu. Kita rayakan hari ulang tahunmu di apartement baru kita ya?" Ameena mengalihkan pikiran Aiden tentang ayah kandungnya.
"Hem." Aiden menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Bersambung.
Tinggalkan jejak beruba like dan komen di setiap babnya, supaya author makin semangat menghalunya🥰