NovelToon NovelToon
Kisah Cinta Pria Miskin & Gadis Kaya

Kisah Cinta Pria Miskin & Gadis Kaya

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:708.8k
Nilai: 4.6
Nama Author: Ega Aditya

Apa mungkin gadis kaya itu mencintai pria miskin sepertiku dengan tulus?

Namaku Aditya Pratama, aku adalah seorang musisi jalanan yang setiap hari harus menjajakan suaraku untuk mencari nafkah.

Aku lahir dan besar di Bandung, sudah setahun ini aku merantau di Ibukota untuk mencari pekerjaan agar aku bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menghidupi Ibu dan juga Adikku.

Malang betul nasibku, setahun sudah berlalu sejak pertama aku datang ke kota ini, tapi aku belum juga mendapatkan pekerjaan dan akhirnya aku harus tetap mengamen untuk menyambung hidup.

Dalam pekerjaanku tak jarang pula aku menghibur sepasang kekasih dengan suaraku, menyanyikan lagu-lagu cinta untuk mereka.

Tanpa pernah berpikir bagaimana dengan kehidupan cintaku sendiri, selama ini aku memang tak pernah memikirkan hal itu, saat ini yang terpenting bagiku adalah bagaimana caranya agar aku bisa menghidupi Ibu dan Adikku.

Tapi semua itu berubah semenjak aku mengenal seorang gadis bernama Riri, gadis cantik dan kaya raya anak pengusaha ternama dan sukses di negeri ini.

Apakah mungkin gadis populer, cantik dan juga kaya raya sepertinya mencintaiku yang hanya seorang pengamen jalanan.



UPDATE SETIAP HARI

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Aditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bandung

Seminggu kemudian waktu liburan kuliah telah tiba, hari ini kami berencana untuk berangkat ke Bandung.

"Diiiiiin cepetan udah siap belom sih lu, gw tinggal nih, Riri udah nunggu dirumahnya tau."

"Iye..Iye bawel amat lu kaya perempuan." Ucap Udin sambil keluar dari kontrakan.

"Buset Din, kenapa lu bawa rantang sama tiker segala sih, malu-maluin aja lu."

"Ya elah Dit gw udah masak dari subuh nih masa gw tinggal sih, kan mubadzir, iye deh tiker gw tinggal tapi rantang gw bawa ya..Boleh ya...Boleh ya."

"Terserah lu deh, cepetan nih ntar Tol nya keburu macet, udah tau musim liburan gini."

Kami bergegas menuju rumah Riri menggunakan motor Udin.

Sesampainya kami dirumah Riri...

"Buset ini rumah apa istana Dit, gede banget, kayaknya kontrakan kita cuma segede wc nya kali ya."

"Diem deh Din jangan bikin malu."

Kami pun masuk kerumah Riri dan disana ada Pak Iwan sedang membersihkan mobil.

"Halo Pak Iwan selamat pagi, rajin banget jam segini udah bersihin mobil." Aku menyapanya.

"Eh nak Adit dan nak Udin, iya kan mobilnya mau dibawa ke Bandung ya harus bersih dong." Jawab Pak Iwan.

"Ririnya mana pak?"

"Non Riri sedang kedalam sebentar nak Adit, ada barang yang tertinggal katanya."

Tak lama kemudian Riri pun keluar dari dalam rumah.

"Eh dah lama Dit, Bang Udin?"

"Ngga kok Ri baru aja sampe."

"Dit Riri sebel nih sama Pak Iwan, masa dia baru bilang semalem nggak bisa anter kita ke Bandung."

"Maaf ya non soalnya nentuin tanggalnya juga baru dua hari lalu non." Sahut Pak Iwan.

"Tanggal apa nih pak?" Aku bertanya kepada Pak Iwan

"Anu nak Adit besok bapak mau lamaran."

"Oooh lamaran siapa pak, anaknya ya?" Tanya Udin.

"Saya belum pernah nikah nak Udin ini baru mau lamaran." Jawab Pak Iwan.

"Wahahahahahaa gw gak sangka ternyata Pak Iwan bujangan tua, belah duren dong pak." Sahut Udin menggoda Pak Iwan.

"Hussss Din jangan gitu kualat nanti lu, lu sendiri kan nggak pernah punya pacar, maafin Udin pak dia orangnya emang suka bercanda, calon istrinya emang orang mana pak?"

"Gak apa-apa nak Adit, calon istri bapak nanti juga kalian tau." Jawab Pak Iwan.

"Sembarangan lu kalo ngomong Dit, lu juga kan belom pernah pacaran kan lu." Balas Udin.

"Tapi kan gw bentar lagi punya pacar, nih calon pacar gw." Kataku sambil merangkul Riri.

"Aaaaah Adit apaan sih." Riri menjawab sambil tersipu malu.

"Karena Pak Iwan gak bisa anter kita ya udah gak apa-apa biar aku yang nyetir." Tambah Riri.

"Gak usah Ri, masa cewek yang nyetir, biar aku aja." Ucapku.

"Lho, emangnya kamu bisa nyetir Dit?" Tanya Riri.

"Bisa dong, ayo kita berangkat nanti jalanan keburu macet lho, hari ini kan hari libur pertama sekolah. Oh iya Ri papamu mana, aku mau pamit."

"Papa lagi perjalanan bisnis keluar negeri Dit, itu lho dari pas awal kamu sakit, makanya papa nggak bisa ikut jenguk kamu, mungkin dua bulan lagi baru pulang, papa kirim salam buat kamu."

Kemudian kami bertiga berangkat menuju Bandung. Benar saja yang kukatakan tadi, baru saja kami memasuki pintu tol jalanan sudah sangat macet. Tinggalah aku dan Riri yang terjaga, sedangkan Udin sedari awal kami berangkat sudah tertidur pulas.

"Wah macet nya parah Ri, bisa-bisa malam kita baru sampai Bandung."

"Gak apa-apa Dit santai aja, eh ngomong-ngomong aku gak nyangka lho kamu bisa nyetir."

"Bisa dong, hebat kan aku."

"Memangnya Kamu pernah belajar nyetir dimana Dit?"

"Dulu sebelum keadaanku seperti sekarang ini almarhum papaku adalah seorang Direktur Utama di salah satu perusahaan besar di Bandung Ri, jadi semasa SMP dulu jika sopirku jemput aku selalu memaksanya untuk mengajariku menyetir mobil."

"Maaf Adit gara-gara pertanyaanku kamu pasti jadi Inget sama almarhum papamu deh."

"Gak apa-apa kok Ri santai, lagian beliau sudah sejak aku kelas 3 SMP kok meninggalnya, udah lama juga."

"Almarhum papa Adit sakit apa?"

"Beliau stress karena difitnah sama saingan Bisnisnya, papaku di tuduh korupsi semua asset perusahaan maka dari itu banyak investor dan pemegang saham mundur dan beralih ke saingan bisnisnya itu. Sampai akhirnya ayahku bangkrut dan semua Asset yang kami miliki disita, padahal ayahku adalah orang paling baik, jujur dan bijaksana yang pernah aku kenal."

"Ada ya orang sejahat itu, cuma karena bisnis aja sampe setega itu."

"Iya Ri, kalau saja aku tau siapa orang itu, tujuh turunan aku gak akan maafin dia, walau dia menyembah dan bersujud dibawah kakiku."

"Emang nya Ibu kamu gak pernah cerita siapa orangnya Dit?"

"Enggak Ri, karena ibuku bilang ia tidak mau seumur hidup anaknya di penuhi dengan rasa dendam."

"Eh iya dit makan siang nanti kita cari Rest Area aja ya, kita makan disana."

"Siap bos."

Siang itupun kami menghentikan laju mobil untuk makan bersama di Rest Area.

"Itu Bang Udin ngga kamu bangunin Dit, kasian tau nanti laper."

"Biarin aja Ri, Udin kalo udah tidur mirip kebo susah dibangunin, paling-paling nanti dia bangun pas kita udah sampe rumah."

Pada saat sedang makan tiba-tiba ada dua anak kecil mengamen menghampiri kami, entah dari arah mana mereka masuk ke Rest Area tersebut.

"Kalian nggak sekolah?" Tanya Riri.

"Nggak Kak." Jawab kedua pengamen cilik tersebut.

"Sudah pada makan belum?" Sambung Riri.

Kedua anak itu tak menjawab, mereka hanya menggelengkan kepalanya.

"Ya udah duduk di sini di samping Kakak."

Dengan malu-malu akhirnya kedua anak itu pun duduk di sampingku dan Riri, aku hanya terdiam takjub melihat ada wanita cantik dan kaya raya yang sebaik dia.

"Kalian mau makan apa? Biar kakak yang pesenin."

"Terserah kakak aja." Jawab kedua anak tersebut masih malu-malu.

"Ayam bakar aja ya, biar sama seperti pesanan kakak."

Kali ini kedua anak itu mengangguk tanda setuju.

"Eh Ri ikut aku yuk." Aku menarik tangan Riri.

"De kakak pinjem sebentar ya gitarnya, kalian terusin aja makan disitu." Kataku kepada kedua anak Itu.

"Mau kemana sih Dit?" Tanya Riri.

"Nyari uang." Jawabku.

"Nyari Uang?" Ucap Riri dengan wajah bingung.

Aku berhenti di depan meja yang sedang ramai orang makan siang.

"Permisi bapak-ibu kami di sini bukan untuk mengganggu tetapi untuk membawakan sebuah lagu dan menghibur anda semua." Aku pun mulai bernyanyi dan memainkan gitar tersebut.

"Adit ngapain? Riri malu tau." Bisik Riri disebelahku.

"Udah kamu tepuk tangan aja setelah selesai kamu keliling mintain uang nya." Jawabku.

Setelah selesai membawakan sebuah lagu Riri akhirnya berkeliling meja untuk meminta sumbangan kepada mereka semua. Hal itu terus kami lakukan dari meja satu ke meja yang lainnya, setelah selesai kami kembali ke meja kami, terlihat kedua anak itu masih menikmati makan siangnya.

"Adit gila, Riri malu tau."

"Itu kan kerjaan Adit sehari-hari Ri, gimana seru nggak?"

"Seruuuuuu." Ucap Riri sambil mengangkat kedua tangannya.

"Kamu liat nggak orang-orang tadi mandangin kamu hahaha, mungkin mereka pikir ada bidadari dari mana ngamen di sini."

Akhirnya kedua anak itu pun telah selesai dengan makan siangnya.

"Gimana dek, udah kenyang?" Tanya Riri.

"Sudah kak, makasih ya kak..kakak baik deh."

"Oh iya ini ada bungkusan ayam bakar untuk keluarga kalian di rumah, dan ini uang hasil kakak ngamen tadi."

"Wah banyak banget kak, makasih ya kakak cantik dan om ganteng." Ucap mereka sambil berlari pergi meninggalkan kami.

"Kamu tambahin ya Ri uangnya? Perasaan tadi nggak sebanyak itu."

Riri hanya tersenyum kepadaku, dengan wajah yang terlihat sangat bahagia. Sedangkan aku semakin takjub dengan kebaikan hatinya.

Kami melanjutkan perjalanan, hingga kami tiba di Bandung pada malam harinya.

1
Pak Samuel Hutabarat
Buruk
Pak Samuel Hutabarat
Kecewa
Pak Samuel Hutabarat
asik
ceritanya...👍👍👍👍
Pak Samuel Hutabarat
mantap....
Pak Samuel Hutabarat
sejauh ini masih aman lah...
Pak Samuel Hutabarat
awal yg menarik...
Ahmad Fadil
tega kamu ditt andai saja kamu ketemu aku pasti aku bantai kamu ditt
Ahmad Fadil
gue kangane Ririn yg dulu sama Adit yg dulu 🥺🥺🥺
Ahmad Fadil
gue takut banget kalau baca sampai habis cinta nya Adit dan Ririn berantakan 🥺🥺
Ahmad Fadil
Aaaaa gua baca nya sambil salting ...tapi di posisi lain gua pernah ngalamin sama mantan gua pulang hujan😅😅
Fatona Maulana Siddiq
ya Allah, nangis berapa kali gw, pertama tentang Udin sahabat nya Adit, kedua bapaknya Adit ( walau gak sad amat ), and last si Adit pergi,
tapi gw support banget dengan karya lu bg, walau banyak yg bilang mutar mutar tapi gw suka, spesifikasi dari setiap aktor nya jelas dan dapet, jadi bisa memahami hampir seluruh peran yang di bicarakan, dan menurut gw itu sih adrenalin banget.
lupain aja kata orang, mereka belum pernah baca novel one piece, dan lainnya kali lebih panjang dan blibet di tambah flashback nya wkwk
the best, gw support lu
Fatona Maulana Siddiq: sry yak kalau ada kata kata gw yg salah
total 1 replies
Fatona Maulana Siddiq
keren sih, gw baca dari sore berhenti sejenak, lanjut malem Ampe subuh nih, sambil nangis sama takut di rumah gw ada bunyi bunyi, tapi be honest gw kaga bisa ngemendem tangisan gw , parah sih
Fatona Maulana Siddiq
kalau almarhum udin masih hidup, alangkah baiknya Deket sama sinta
Fano Jawakonora
buang ego mu jauh"adit masalah kematian papa mu itu semua sdh srtan tkdir berpikir lah jauh k dpn buang masa llu koq diingt terus yg ada hny jadi bumerang tuk diri sendiri
Fano Jawakonora
tuhan sj maha pamaaf koq cuma ciptaanya manusia biasa gk bisa slg memaafkan ambil hikmahnya sja adit yg dilakukan papanya ririn itu dgn alasan tersendiri jgn egois dong adit kamu terllu bodoh
Fano Jawakonora
jgn" ppanya riri adalah org yg hancurin usahanya ppa adit
Fano Jawakonora
itu krn kmu sdh masuk k perangkapnya sunta jadi org koq polos amat si adit kya gk ada otak tuk berpikir kaya kambing ja ni
Fano Jawakonora
dasar juper egois kamu adit terllu tinggi kamu pertahnkn ego dn hrg diri tnp mencari tau akar pmasalhn dn tdk mau dgr penjlsan org lain memang menyesal itu dtg dari belakan setelah kehilangn
Ruly Apriadi
hmm
Erni Sihombing
kok jadi bertele tele sih... thorr cerita nya.... kapan ketemu dengan Riri nya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!