NovelToon NovelToon
Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat

Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Sekarani

Tari tiba-tiba jadi buronan debt collector setelah kekasihnya menghilang berbulan-bulan. Tari dipaksa melunasi utang Rp500 juta meski dirinya tak pernah mengajukan pinjaman sepeser pun.

Putus asa mendapat ancaman bertubi-tubi hingga ingin mengakhiri hidupnya sendiri, Tari mendadak dapat tawaran tak terduga dari Raka.

Pewaris keluarga konglomerat tersebut berjanji melunasi utang yang dibebankan kepada Tari jika gadis itu mau menjadi istrinya. Raka bahkan bersedia membantu Tari balas dendam pada sang kekasih.

Apa yang sebenarnya telah terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sekarani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jika Masih Amatiran, Jangan Menggoda!

"Jadi, siapa sebenarnya Anda?"

Tari bertanya tepat setelah kedua calon mertuanya pergi meninggalkan resort dengan mobil mewah berbeda. 

Orang tua Raka ternyata memiliki kesibukan masing-masing, tetapi mendadak harus menjadwalkan ulang segala agenda gara-gara anaknya. Meski begitu, keduanya sama-sama enteng saja menunda pertemuan penting lantaran lebih tertarik berkenalan dengan Tari, calon menantu mereka.

"Anda seorang stalker? Sudah berapa lama Anda menguntit saya?" selidik Tari.

Raka sempat terlihat terkejut mendengar pertanyaan Tari. Namun, setelahnya dia tersenyum.

Melihat perubahan ekspresi Raka, Tari tak butuh waktu lama untuk menarik kesimpulan. Ternyata dugaannya benar. Raka adalah seorang penguntit yang bahkan bangga dengan perbuatannya. 

"Kamu menuduh calon suamimu stalker? Wah, perempuan kejam," ujar Raka santai.

"Saya tidak punya calon suami," bantah Tari dengan tatapan sengit.

"Kamu punya saya, 'kan? Saya calon suami kamu," sanggah Raka.

Raka kembali tersenyum, lalu berkata, "Beberapa saat yang lalu, kamu juga sudah bertemu orang tua saya, calon mertua kamu."

Berbanding terbalik, Tari menatap Raka sengit. Otaknya terus berpikir keras, mencari alasan di balik keinginan Raka menikah dengannya.

Raka tiba-tiba datang menghentikan niat Tari mengakhiri hidup, membereskan perkara pinjol sialan, lalu meminta pernikahan sebagai pamrihnya.

"Anda bagian dari komplotan pinjol? Kalau tidak, mana mungkin Anda bisa menyelesaikan masalah saya secepat itu," kata Tari yang merasa dirinya telah dijebak.

"Ini semua rencana Anda sejak awal, 'kan? Apa yang Anda inginkan dari saya? Katakan yang sebenarnya!"

Tari terus berbicara dengan nada yang terdengar semakin tinggi. Senyuman Raka seketika menghilang begitu Tari menuduhnya komplotan pinjol, tetapi pria itu tersenyum lagi setelah menghela napas panjang.

Raka mencondongkan tubuhnya ke arah Tari yang berdiri di hadapannya. Dia juga sedikit membungkukkan badan, mendekatkan bibirnya pada telinga kiri calon istrinya. 

"Jika sejak awal saya memang menginginkan kamu, bagaimana? Apa yang mau kamu lakukan sekarang?" bisik Raka.

Tari meremang, kemudian refleks menjauhkan telinganya. Namun, Raka kembali membuat pergerakan yang mempercepat detak jantung perempuan itu.

Raka meraih dagu Tari, perlahan mengarahkan sang perempuan agar mau beradu pandang dengannya. 

Keduanya hanya diam dan saling memandang, tetapi tidak lama. Itu karena Raka lebih tertarik mengalihkan matanya pada bibir pucat Tari.

"Apa kamu akan membiarkan saya mengambil apa yang saya inginkan …?"

Pertanyaan itu membuat sebuah ide gila terlintas di kepala Tari.

"Ambil saja apa yang Anda inginkan. Bukankah itu rencana Anda sejak awal?"

*** 

Raka duduk di tepi ranjang dengan kedua tangan yang terlipat di dadanya, sementara Tari berdiri canggung di hadapannya. 

"Kamu benar-benar mengizinkan saya mengambil apa yang saya inginkan?" tanya Raka yang menyangsikan ucapan Tari beberapa saat lalu.

Mendengar itu, Tari menggigit bibir bawahnya. Dia jelas tidak yakin dengan perkataannya sendiri, tetapi mau bagaimana lagi? Bukankah sudah terlambat jika ingin menarik omongan ngawur itu?

Kondisi kamar resort mestinya tetap sejuk meski cuaca di luar sedang panas-panasnya. Namun, jendela dan pintu balkon dibiarkan terbuka sehingga otomatis mengundang panasnya udara pantai masuk begitu saja.

Embusan angin pantai juga membuat Raka tidak nyaman karena menghadirkan situasi yang membuatnya tambah gerah.

Lihat saja bagaimana upaya Tari menahan rok midinya agar tidak tersingkap yang berulang kali gagal. Raka merasa dirinya mesti segera bertindak supaya tak terbawa suasana dan melakukan sesuatu yang tidak sepantasnya.

"Jadi, apa yang sebenarnya kamu pikirkan tentang sesuatu yang saya inginkan?" Raka bertanya sambil bangkit dari duduknya.

Raka berjalan menuju balkon tanpa menunggu jawaban Tari atas pertanyaannya. Namun, langkah Raka terhenti karena Tari menarik lengannya dari belakang.

"Sa-saya belum pernah melakukannya …," ucap Tari terbata.

Raka tertawa tanpa suara sambil membalikkan badan, membuat posisi keduanya kembali berhadapan.

"Maksudnya? Melakukan apa?" tanya Raka yang pura-pura penasaran.

Detik berikutnya, Raka menundukkan tubuh, mendekatkan wajahnya dengan paras Tari hingga hidung mereka bersentuhan. Dua insan itu saling bertatapan dan Tari bisa merasakan betapa degupan jantungnya menggila.

Tari memberanikan diri untuk menyentuh pipi Raka sebelum menutup kedua kelopak matanya. Embusan napas Raka yang menerpa wajahnya membuat Tari gugup bukan main.

Namun, Tari refleks membuka matanya lebar-lebar ketika merasakan benda kenyal mendarat di bibirnya. Tari kembali menatap Raka yang juga tengah memandangnya setelah memberikan kecupan singkat.

"Jika masih amatiran, jangan menggoda. Saya bisa …"

Raka tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena Tari tiba-tiba menarik tengkuknya dan kembali menyatukan bibir mereka.

Tentu saja Raka terkejut. Kecupan tadi hanya untuk menggoda Tari dan dia tidak berencana melakukan sesuatu yang lebih dari itu.

Raka rasanya bisa mendengar bunyi detak jantung Tari yang semakin cepat saat bibir perempuan itu mulai bergerak lembut untuk memperdalam ciuman mereka. 

Raka juga dapat mendengar betapa detak jantungnya sendiri semakin memburu akibat serangan tak terduga yang sukses menimbulkan gelenyar aneh dalam tubuhnya.

Akhirnya Raka terbawa suasana dan membalas ciuman Tari dengan lebih intens. Raka merengkuh pinggang Tari sehingga merapatkan tubuh keduanya, sementara kedua tangan Tari telah melingkar manis di leher Raka.

Efek berciuman dengan Raka ternyata begitu dahsyat. Tubuh Tari entah kenapa jadi terasa panas dan mendambakan sentuhan lebih.

Perasaan berdesir itu kian menjadi saat Raka melepas tautan bibir mereka dan berpindah mencumbu leher jenjang Tari.

Sekian lama menahan diri, desahan itu akhirnya keluar dari bibir Tari saat Raka mengecup daun telinganya. Alhasil, gairah Raka semakin tersulut. Segera saja Raka menggendong Tari, buru-buru membawanya ke ranjang.

Walau hasrat telah mendominasi, Raka tetap berusaha membaringkan tubuh Tari dengan begitu hati-hati. Napas keduanya memburu, sama-sama dipenuhi nafsu. 

Raka mengungkung Tari di antara kedua lengan kekarnya. Sekali lagi, keduanya berciuman dengan begitu intens, seolah tak ada hari esok.

Ciuman Raka sudah beralih ke perpotongan leher Tari saat tiba-tiba ponselnya berdering nyaring. Pria itu seketika menghentikan aksinya.

Sadar dirinya sudah kebablasan, Raka segera beranjak dari atas tubuh Tari dan secepat mungkin menjauhi ranjang.

"Maaf …," ucap Raka dengan napas yang masih memburu.

Ponsel di saku celana Raka masih berdering, tetapi pria itu hanya membiarkannya. Jauh lebih penting mengendalikan hasrat yang ternyata segampang itu meledak di hadapan calon istrinya.

"Kemasi barang-barangmu. Saya tunggu di luar," kata Raka dengan nada tegas.

Setelahnya, Raka segera keluar dan meninggalkan Tari sendirian di kamar. Pria itu seolah tak peduli dengan kondisi Tari yang begitu berantakan setelah ciuman panas mereka.

Selama beberapa menit kemudian, Tari hanya memandang langit-langit kamar dengan tatapan kosong.

Dengan tubuh yang terbaring meringkuk di ranjang, Tari akhirnya gagal membendung air mata. Gadis itu menangis sejadi-jadinya sambil memeluk dirinya sendiri.

"Kotor banget kamu! Sejak kapan kamu jadi perempuan rendahan begini?" ucap Tari yang kini merasa jijik pada dirinya sendiri.

Tangisan Tari terdengar begitu menyayat hati. Tanpa dia ketahui, Raka yang ternyata masih bertahan di balik pintu, ikut terluka hebat mendengarnya.

1
Fitria Agustina
makin penasaran, sebenarnya saat terjadi peristiwa apa yg menimpa raka lalu tari menolongnya
Sekarani
maaf yaa menunggu lama/Hey/
Fitria Agustina
di tunggu lanjutannya thor..
R. Danish D
ah sakit telinga, tolong
R. Danish D
baru mulai udh kissu kissu
tapi aku suka gaya penulisan authornya
Sekarani: makasih yaaaa
semoga betah bacanya sampai ending nanti❤
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. Ceritanya keren.
5 like + /Rose/buatmu sebagai hadiah perkenalan.
semangat menulis terus ya
Sekarani: wah makasih yaaaa /Smile//Smile//Smile/

semangat dan sukses selalu untuk kita🔥
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal thor..
Sekarani: halo! makasih udah mampir kak/Heart/
total 1 replies
Sekarani
Halo! Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat adalah karya pertamaku di NovelToon /Heart/

Terima kasih untuk dukungannya! Semoga suka dengan kisah yang disajikan /Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!