Di hari ketika dunia runtuh oleh Virus X-Z, kota berubah menjadi neraka. Zombie berkeliaran, manusia bertahan mati-matian, dan pemerintahan hancur dalam hitungan jam.
Di tengah kekacauan itu, Raka, seorang pria yang seluruh hidupnya terasa biasa, tiba-tiba mendapatkan Zombie Hunter System—sebuah sistem misterius yang memungkinkannya melihat level setiap zombie, meningkatkan skill, dan meng-upgrade segala benda yang ia sentuh.
Saat menyelamatkan seorang wanita bernama Alya, keduanya terjebak dalam situasi hidup-mati yang memaksa mereka bekerja sama. Alya yang awalnya keras kepala perlahan melihat bahwa Raka bukan lagi “orang biasa”, tetapi harapan terakhir di dunia yang hancur.
Dengan sistemnya, Raka menemukan kendaraan butut yang bisa di-upgrade menjadi Bus Tempur Sistem:
Memperbesar ukuran hingga seperti bus lapis baja
Turret otomatis
Armor regeneratif
Mode penyimpanan seperti game
Dan fitur rahasia yang hanya aktif ketika Raka melindungi orang yang ia anggap “pasangan hidup”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Yudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serangan Monster di Tengah Hujan
Suara geraman itu terdengar semakin jelas. Berat, basah, seperti napas dari makhluk yang seharusnya tidak lagi bernapas. Raka memandang gelapnya jalan di depan rest area, sementara hujan semakin deras, tetesannya menciptakan garis-garis putih di udara.
Lampu bus tempur berpendar biru, memantulkan bayangan Raka, Alya, dan Bima yang berdiri dengan postur siaga. Dari kejauhan, siluet-siluet bergerak, awalnya hanya beberapa… tapi semakin lama semakin banyak.
“Kira-kira ada berapa?” tanya Alya, memegang pisau dan senjata kecil yang ia dapat dari Raka.
Raka membuka sistem.
> [Scanning…]
Zombie detected: 31
Level: 5–12
Elite Zombie: 1 (Level 12)
Distance: decreasing rapidly.
“Lebih dari tiga puluh,” jawab Raka. “Dan satu elite.”
Bima langsung gemetar. “Tiga puluh?! Kita harus kabur! Kita harus nyalain bus dan pergi!”
Raka menggeleng cepat. “Tidak semudah itu. Kalau kita pergi sekarang, gerombolan ini bakal mengejar, dan mereka lebih cepat daripada bus dalam kondisi licin begini.”
Alya menghela napas dalam. “Jadi… kita lawan?”
“Kita lawan.”
GELOMBANG PERTAMA
Zombie pertama menerobos dari balik kegelapan. Level 5, bergerak cepat, memakai baju yang sudah robek seperti pernah menjadi pengendara motor.
Raka langsung menembak.
DOR!
Zombie itu terpelanting ke belakang, mati seketika.
Gerombolan lain mulai berlari. Langkah mereka berat namun cepat, kaki menyeret, kepala menunduk, namun mereka melaju seperti sekelompok binatang buas.
Alya maju di belakang Raka, mengayunkan pisaunya ke zombie level rendah yang mencoba mendekat dari arah samping.
SYUT—BLAR!
Alya menusuk tepian kepala zombie itu, darah hitam menyembur. Dia terhuyung, tapi tetap berdiri, napasnya tersengal.
“Alya! Jangan terlalu maju!” Raka berteriak.
“Aku bisa!” jawab Alya keras meski tangannya tremor.
Raka bergerak cepat menutup sisi kiri Alya, menembak dua zombie sekaligus dalam satu rentetan tembakan. Suara hujan bercampur dengan suara tembakan menciptakan irama kacau yang menggetarkan telinga.
Bima bersembunyi di balik ban besar, tubuhnya gemetaran tak terkendali. “Saya… saya akan mati… saya akan mati… saya…”
Alya mencuri waktu sejenak menoleh. “Bima! Ambil besi itu! Paling tidak buat mukul kalau ada yang mendekat!”
Bima menggigit bibir, gemetar hebat, tapi mengambil besi panjang itu dengan tangan gemetar.
“Ba—baik…”
“Jangan panik. Kalau kamu panik, kamu mati,” kata Raka tegas sambil menembak zombie yang mendekati Bima.
PERGERAKAN ANEH DI ANTARA ZOMBIE
Raka mengerutkan dahi.
Ada sesuatu yang aneh di antara gerombolan itu.
Zombie-zombie ini seperti… mengatur formasi. Mereka tidak hanya berlari liar. Mereka bergerak dengan pola, menyebar setengah lingkaran, seolah sengaja memaksa Raka dan Alya terkepung.
“Ini buruk,” gumam Raka.
Alya, yang sibuk menangkis satu zombie level 6, tampak bingung. “Kenapa? Mereka cuma zombie biasa kan?!”
“Tidak. Mereka terkoordinasi. Elite-nya mengarahkan.”
Dan benar saja.
Dalam hujan yang pekat, sebuah siluet besar—dua kali ukuran zombie normal—perlahan berjalan melintasi kerumunan.
Sosok itu tinggi, berotot aneh seperti ada tulang tambahan di bawah kulitnya. Lehernya memanjang, rahangnya terbelah seperti retakan yang siap membuka lebar. Matanya berwarna merah membara.
> [Elite Zombie – Level 12
Class: Commander-Type
Ability: Tactical Coordination]
“Mereka punya… komandan?” Alya berbisik ngeri.
Raka mengangguk. “Elite ini bukan hanya kuat. Dia bisa memberi perintah pada zombie level rendah.”
Bima mulai memukul-mukul besi ke lantai panik. “Kita mati! Kita mati! Kita—”
Raka berteriak keras. “BIMA!! DIEM!! KALAU KAMU TERUS PANIK, ZOMBIE ITU AKAN NGEJAR KAMU DULUAN!!”
Bima langsung membungkam mulutnya, tubuhnya lunglai.
SERANGAN ELITE DIMULAI
Zombie elite itu mengangkat tangan besar dan bengkoknya ke udara, mengeluarkan suara geraman panjang seperti perintah.
Dan seketika—
—semua zombie berlari bersamaan.
Bukan sembarangan lari. Mereka sprint seperti manusia atlet, meski tubuh mereka sudah rusak.
“AMBIL POSISI!!” Raka berteriak.
Raka mengisi ulang senjata, berdiri tepat di depan Alya.
Gelombang zombie pertama menghantam.
DOR! DOR! DOR!
Raka menembak cepat, hampir tanpa jeda. Ia menghitung setiap peluru, setiap gerakan. Kepala zombie pecah satu per satu, namun jumlah mereka seperti lautan yang tidak ada habisnya.
Alya menggunakan semua keberanian yang ia punya. Ia menusuk, menghindar, memotong, lalu mundur ke belakang Raka jika tekanan terlalu kuat. Simbiosis itu sudah alami, seperti mereka sudah bertahun-tahun bertarung bersama.
Tapi elite itu bergerak.
Dia tidak hanya berdiri mengawasi. Ia berlari maju.
DUAAAAARRR!
Tanah bergetar saat kakinya menghantam genangan air. Zombie lain langsung merapat ke pinggir, seolah memberi jalan.
Raka mengarahkan senjata.
DOR! DOR! DOR!
Pelurunya mengenai dada elite itu.
Namun—
KRINGGG!
Seperti pelurunya terpantul.
“Apa?! Kulitnya keras banget!” Alya teriak.
Elite zombie itu mengeluarkan suara rendah yang mengguncang dada, lalu berlari ke arah Raka dengan kecepatan luar biasa.
“Rakaaa!” Alya menjerit.
Raka melompat ke samping.
TAAAR!!!
Tangan elite itu menghantam tanah, menciptakan retakan besar dan membuat air hujan memercik ke segala arah.
“Lari mengelilinginya!” Raka berteriak.
Alya bergerak melingkar, mencari celah, sementara zombie biasa terus menyerbu dari segala sisi.
Bima, yang bersembunyi di balik roda bus, tidak tahan lagi. Ia menangis dan memukul kepalanya sendiri. “Tidak… tidak… saya tidak bisa…”
Alya melihat itu. “BIMA!! Bangkit!!”
“Saya bukan petarung!! Saya cuma teknisi!!”
“Tapi kalau kamu tidak melawan, kamu mati!!”
KEPUTUSAN NEKAT
Elite zombie itu memukul tanah lagi, dan serpihan beton beterbangan. Jika terkena langsung, manusia bisa langsung mati. Raka menghindari pukulan besar itu, tapi terpental ke samping akibat dorongan angin pukulan tersebut.
Alya berteriak, “RAKA!!”
Raka bangkit cepat, meski bahunya sedikit terkilir.
Sistem berbunyi.
> [Weak Point Detected:
Elite Commander-type weakness located at the back of the neck.]
“Belakang lehernya!!” Raka berseru.
Alya mengangguk, tetapi itu bukan lokasi yang mudah dijangkau. Elite itu terlalu besar dan terus bergerak agresif.
Alya menatap Raka. “Kita harus buat dia berhenti bergerak.”
“Gimana caranya?” Raka membalas cepat.
Alya menatap bus tempur—yang lampu sistemnya masih menyala terang.
“Raka, buka Mode Defensive Shield bus!!”
Raka membelalakkan mata. “Alya… itu cuma untuk menahan! Bukan buat nyerang!”
“Tapi kalau dia nabrak langsung, energinya bakal mantul dan bikin dia goyang!” teriak Alya.
Itu ide gila.
Tapi kadang ide gila yang menyelamatkan nyawa.
Raka mengaktifkan sistem bus lewat koneksi jarak jauh.
> [Bus System Activated]
[Defensive Shield: ON]
Bus mengeluarkan medan energi biru berbentuk kubah setengah melingkar.
Alya berteriak ke elite itu sambil memukul tong logam. “HEYYY MONSTERRR!! SINI KAMU!!”
Elite zombie menoleh, mengaum ganas, lalu berlari ke arah Alya.
“Alya!!” Raka panik.
Alya tetap berdiri, tak bergerak.
Elite zombie itu semakin dekat—5 meter… 3 meter… 1 meter—
BWOOOOOOOMMMM!!!
Elite itu menabrak perisai bus.
Gelombang energi memantul, membuat tubuh besar itu terpental ke belakang dengan keras.
GUBRAKK!!
“Mati lu!” Alya bersorak.
Zombie-zombie lain bahkan terjatuh karena benturan energi.
Elite itu tergeletak beberapa detik, tubuhnya goyah… inilah momen emas.
“SEKARANG!!” Raka berlari kencang.
Alya juga.
Mereka mengapit dari dua sisi.
Raka melompat—menancapkan pisau sistem tepat di bagian belakang leher elite itu.
Alya menusuk sisi lain dengan kekuatan penuh.
Elite itu menjerit keras, tubuhnya kejang-kejang, lalu roboh dengan suara berat.
DUUUUMMMM!!!
Hening.
Hanya suara hujan yang terdengar.
Sistem berbunyi.
> [Elite Zombie Defeated]
EXP gained: 870
Bonus: Rare Material Core x1
Level Up!]
Raka menarik napas berat.
Alya terduduk di tanah, tubuhnya gemetar hebat. “Kita… kita berhasil…”
Bima keluar dari persembunyian, mata merah basah. “Kalian… kalian beneran… bisa ngalahin monster itu…”
Raka berjalan ke arah Alya, membantu menariknya berdiri.
“Alya… kamu gila.”
Alya tersenyum tipis, sisa panas adrenalinnya masih terasa. “Tapi berhasil, kan?”
Raka menatapnya lama, lalu menepuk kepalanya pelan. “Jangan lakukan itu lagi tanpa bilang.”
Alya memerah. “Kalau aku bilang dulu, kamu pasti nggak bakal ngizinin…”
Raka ingin membantah, tapi itu benar.
Ia menghela napas panjang. “Alya… jangan bikin aku hampir mati karena kamu.”
Alya menunduk, pelan berkata, “Aku cuma takut kamu yang mati…”
Raka terdiam.
Bus memantulkan cahaya lembut ke wajah mereka.
Hujan terus turun, namun kemenangan kecil itu membuat dunia yang hancur ini terasa sedikit lebih hangat.
Sedikit saja.
Tapi cukup.
semangat thor