Terlahir kembali di dalam tubuh penggemar rahasia suaminya sendiri apa yang akan Allea lakukan?
Allea Calista, meninggal akibat tertabrak truk saat bertengkar dengan suaminya sendiri, Arkan. Namun sebuah keajaiban, membawanya kembali hidup di dunia untuk membalas kematian yang di alaminya, apakah segalanya akan berubah? Akankah Allea kembali bersama Arkan? Atau justru dia menemukan cinta baru dalam hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 - Menjadi seorang pelayan
Rania di arahkan agar menunggu di ruang kerja khusus untuk mendisiplinkan para pegawai, sedang bibi Betty sendiri pergi menemui Arkan. Rania menatap sekeliling, dulu ini tempat dia mengurus urusan rumah dan para pelayan rumahnya, tak ada yang berubah di ruangan ini semuanya masih nampak sama seperti terakhir kali dia berada disini.
Taklama kemudian Bibi Betty pun kembali namun dia hanya seorang diri, Rania pikir dia akan datang bersama Arkan, namun ternyata tidak.
"Tuan sudah mengijinkanmu bekerja disini. Tapi, aku peringatkan padamu jangan pernah berani macam-macam di rumah ini, atau kau tidak akan sanggup menanggung akibatnya." Ancamnya, apa mungkin dia menyadari ada maksud terselubung dari Rania.
Glek... Bulu kuduk Rania terasa meremang, dia menelan salivanya sembari tersenyum, "tentu saja, Nyonya bisa percaya padaku." Ucap Rania terdengar meyakinkan.
"Oke kalau begitu, kau bisa mulai bekerja. Tapi ingat, jangan dengan sengaja menemui Tuan tanpa di minta, dia paling benci orang yang suka cari perhatian." Ucapnya lagi.
"Baik." Jawab Rania tanpa ragu, lagi pula dia tak ada niat untuk kembali hidup bersama Arkan, dia datang kesini hanya untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi miliknya.
Rania mulai bekerja, dia di tugaskan untuk mengelap benda-benda antik di ruang tamu, "ingat! Jangan sampai ada satu pun yang pecah, atau Tuan akan marah!" Kata-kata itu terngiang-ngiang di kepala Rania.
"Cih, hanya benda-benda tak berguna begini, sia-sia saja dulu aku menghabiskan uang banyak hanya untuk membeli gentong besar ini," keluh Rania sembari menggosok sebuah vas besar di sudut ruangan.
Benar, barang-barang seperti vas, lukisan dan lain-lain Allea lah yang menginginkannya dulu, dia sangat menggemari benda-benda antik dan mahal, tapi entah mengapa setelah dia berpindah tubuh ke tubuh Rania, dia baru menyadari ternyata uang itu sangat berarti dan dia dulu menyia-nyiakannya hanya untuk sebuah vas saja, yang harganya tidak bisa di bilang murah, mungkin jika di bandingkan dengan kehidupannya sekarang, uang itu bisa untuk membeli stok makanan sebulan.
"Ijinkan aku masuk, aku ingin menemui Arkan!" Suara ribut terdengar dari arah depan.
"Siapa yang berisik?" Rania menilik penasaran dari kaca jendela.
Tampak, Gwen wanita itu ada di depan rumah, dia tak di ijinkan masuk oleh penjaga, "wanita ****** sialan itu! Masih berani dia datang kemari!" Geram Rania kesal, dia meremas kain yang ada di tangannya penuh amarah.
"Aku temannya Arkan dan Allea, tolong ijinkan aku masuk, aku hanya ingin menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Allea." Ucapnya tampak meyakinkan.
"Maaf Nona, Tuan sedang tidak ingin menemui siapa pun, beliau sudah berpesan tidak boleh ada yang mengganggunya." Tegas Bibi Betty.
"Itu untuk orang lain, sedangkan aku adalah temannya." Dia bersikukuh dan menyerobot masuk, refleks penjaga mau pun Bibi Betty berusaha menghalaunya.
"Nona tolong, jangan memaksa kami untuk bersikap kasar!" Tegas sang penjaga laki-laki tersebut, dia berusaha menghalangi pergerakan Gwen tanpa menyentuhnya.
"Kalian ini, aku hanya ingin bertemu Arkan sebentar saja." Gwen terus maju tak ingin menyerah.
"Ada apa ini?!" Tanya seseorang dari lantai atas, sontak semua orang pun mendongak menatap ke asal suara tersebut.
Untuk beberapa saat Rania terpaku di tempat, saat melihat wajah suami pengkhianatnya itu. Tangannya mengepal kuat, 'apa Arkan akan mengijinkan wanita itu masuk?' batin Rania bergumam.
"Maafkan kami Tuan, kami gagal menghalangi wanita ini, dia memaksa masuk karena ingin menemui Tuan." Ucap penjaga itu dengan pandangan tertunduk, pun dengan Bibi Betty.
"Tidak papa, biarkan saja dia masuk." Ucap Arkan, membuat Gwen tersenyum senang.
'Sialan! Pria brengsek dan wanita ****** ini benar-benar tak tahu malu, bahkan tanah kuburanku pun masih belum kering, tapi mereka sudah berani melakukan hal ini. Tadinya aku pikir aku bisa mencari kebenaran tentang kejadian itu, tapi sekarang sepertinya tidak perlu lagi, semua sudah terlalu nyata di depan mata.' Rania mencengkeram dadanya yang terasa sesak, tanpa sadar air mata menetes begitu saja dari kedua sudut matanya, dengan segera Rania menghapusnya sebelum orang lain menyadarinya.
"Terimakasih Arkan, aku--," perkataannya di potong Arkan seketika.
"Kita bicara di ruang kerjaku." Ucapnya datar.
Rania meremas erat kain di tangannya, jika saja itu bukan kain, benda tersebut pasti sudah hancur berkeping-keping akibat amarah yang tertahan.
'Sudah cukup Allea, ingat apa niatmu sejak awal datang kesini, hanya demi barang peninggalan Ibu dan juga harta benda milikmu sendiri.' Batinnya bergumam.
Rania berusaha kembali mengalihkan perhatiannya pada pekerjaan di hadapannya, dia tak ingin memikirkan Arkan dan juga selingkuhannya itu.
"Hey kamu, Nyonya Betty memanggilmu!" Ucap salah seorang rekan kerjanya.
"Oh baik." Jawab Rania, dengan segera dia menyatroni sang pemanggil yang menjadi atasannya di rumah ini.
"Saya disini Nyonya." Ucap Rania sopan.
"Antarkan ini ke ruang kerja Tuan," satu nampan berisi dua cangkir teh dan satu toples cemilan di sodorkan ke tangan Rania, wanita itu hanya diam terpaku tak langsung menyahutinya.
"Kenapa harus saya Nyonya?"
"Kenapa harus kamu? Karena kamu adalah pelayan, tugasmu di rumah ini adalah melayani majikanmu." Tegas Bibi Betty, dia tampak kesal dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut Rania.
"Bu-bukan begitu maksud saya Nyonya, saya kan hanya anak baru disini, lagi pula banyak teman-teman yang lain." Ralat Rania dengan wajah takut.
"Mereka sedang sibuk, lagi pula disini mau anak baru atau lama, semua di perlakukan sama. Cepat pergi, jangan sampai tamu Tuan keburu pergi." Bibi Betty memaksa menyerahkan nampan tersebut ke tangan Rania, mau tak mau dia pun terpaksa menerimanya dan berjalan ke lantai atas menuju ruang kerja Arkan.
Rania menghela napas panjang sebelum membuka pintu, dia berusaha menguatkan hatinya untuk menemui dua orang tersebut.
Kriet... Pintu pun dia buka, alangkah terkejutnya Ia saat melihat adegan live di depan matanya, Gwen sedang memeluk tubuh Arkan dari belakang. Tubuh Rania terpaku seketika di tempat.
Deg...Deg...
Hati Rania menjadi panas, api kemarahan berkobar di matanya, tangannya gemetar membuat gelas dan piring kecil itu beradu hingga menghasilkan bunyi yang cukup nyaring di antara suasana yang sunyi itu.
Refleks, Arkan mendorong tubuh Gwen menjauh darinya, dia pun menoleh ke arah Rania berdiri, "sedang apa kamu disana?" Ingin rasanya Rania menjawab pertanyaan itu dengan sarkasme, namun dia sadar saat ini dia bukan Allea, melainkan Rania.
Dia menundukkan pandangannya, takut jika Arkan menyadari aura kemarahan di wajahnya, "ma-maafkan saya Tuan jika sudah mengganggu anda, saya datang untuk mengantarkan teh dan camilan." jelasnya.
"Oh, masuklah." Jawab Arkan datar. Rania pun maju dan menaruh nampan tersebut di atas meja, setelah itu dia pun lekas berdiri hendak berlalu pergi.
"Tunggu!"
semangat thor lanjut...