Mia Maulida seorang wanita berusia 36 tahun dengan dua orang anak yang beranjak remaja menjalankan multi peran sebagai orangtua, isteri dan perempuan bekerja, entahlah lelah yang dirasa menjalankan perannya terbersit penyesalan dalam hati kenapa dirinya dulu memutuskan menikah muda yang menjadikan dunianya kini terasa begitu sempit, Astaghfirullahal'adzim..lirihnya memohon ampun kepadaNYA seraya berdoa dalam hati semoga ada kebaikan dan hikmah yang dirasakan di masa depan, kalaupun bukan untuknya mungkin untuk anak anaknya kelak.
Muhammad Harris Pratama seorang pengusaha muda sukses yang menikah dengan perempuan cantik bernama Vivi Andriani tujuh tahun lalu, nyatanya kini merasakan hampa karena belum mendapatkan keturunan. Di saat kehampaan yang dialaminya, tak disangka semesta mempertemukan kembali dengan perempuan cantik berwajah bening nan teduh yang dikaguminya di masa putih abu-abu. Terbersit tanya kenapa dipertemukan saat sudah memilki kehidupan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutiah Azzqa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Setelah melewati 1 jam lebih perjalanan akhirnya keluarga Andre sudah tiba di pantai, Minggu pagi ini cuacanya sangat bersahabat dan mendukung, terasa sejuk, tidak mendung dan tidak juga terlalu panas. Angin pantai yang sepoi-sepoi terasa lembut menyapa di kulit, rasanya menentramkan.
Walaupun masih pagi, ternyata sudah ada beberapa pengunjung yang datang. Tapi Vivi dan Aris belum keliatan batang hidungnya. Rissa mengedarkan pandangan mencari tempat yang paling nyaman dan strategis untuk mereka, ya dipilihnya 4 kursi pantai yang berjejer cantik dengan mejanya. Rissa berniat menyewa tikar juga untuk tempat makan lesehan, agak mundur menyerong di belakang kursi dibawah pohon kelapa.
"Ayo anak-anak, papih sarapan dulu" teriak Rissa ke anak-anak dan suaminya.
Rissa membuka semua perbekalan yang dibawanya dan bekal yang dibawakan oleh Mia.
"Pesen kopi mih.." ucap Andre.
"Oke pih..yang lain anak-anak mau pada pesan minum apa? Biar sekalian, mau susu atau jus ?"
"Zahra nggak usah Tan, ini bawa minum kok.." jawab Zahra sambil menggelengkan kepalanya.
"Mau Jus alpukat.."
"Aku mau susu.." jawab Shafa dan Lana bersamaan.
Rissa mengangguk, dan memesannya kepada pelayan yang sudah menghampiri mereka sejak mereka datang. Dan mereka mulai sarapan mengganjal perut mereka yang sudah terasa lapar, ada yang makan nasi dan ada yang memilih makan roti sambil ngopi.
Ketika mereka baru memulai sarapannya, dari arah ujung pintu masuk pantai berjalan ke arah mereka sepasang suami isteri yang menarik perhatian, suaminya tampan dengan kaos putih polos berkerah dan celana pendek selutut berwarna cokelat tua, dan isterinya yang cantik memakai dress motif floral di bawah lutut dengan rambut panjangnya yang tergerai melambai-lambai tertiup angin. Keduanya memakai kacamata hitam terlihat sangat serasi.
Shafa yang melihatnya langsung melambaikan tangannya dan teriak "Tante Vivi.."
Dari kejauhan Vivi membalasnya dengan melambaikan tangan juga dan senyuman yang mengembang di bibirnya, terlihat sangat cantik.
"Wuih ponakan Tante yang cantik-cantik, lagi pada makan apa? Enak nih..Tante mau dong.."
"Loh ini siapa? Pasti bestienya Shafa ya..?" Sapa Vivi mencium kepala para keponakan dan bercipika cipiki dengan Rissa dan Andre. Begitu juga dengan Aris yang mengusap kepala keponakannnya, bersalaman dengan Rissa dan bertos Ria dengan Andre.
Zahra yang sedang makan berhenti, tersenyum dan mengangguk sopan menyambut tangan Tante dan Omnya Shafa untuk salim, yang kemudian diikuti oleh Shafa dan juga Lana.
Vivi dan Aris merasa takjub dengan adab temen keponakannya yang sangat sopan kepada orang yang lebih tua, wajahnya cantik, kulitnya putih bersih memakai hijab pashmina khas remaja dengan setelan celana dan kaos yang juga sopan. Wajah anak itu sekilas mengingatkan Aris pada seseorang, dan tanpa sadar dia menggeleng.
"Kenapa mas ?" Tanya Vivi,
"Ah..nggak apa apa, udah lama sampai nya kak, Mas?" Tanya Aris kepada kedua kakak iparnya mengalihkan perhatian Vivi.
"Belum.."jawab Andre
"Ayo makan dulu Ris, Vi.." ajak Rissa
"Rajin banget bawa makanan segini banyak, Kak Rissa yang masak? Ah..palingan juga mbak Siti yang masak nyiapin semuanya.." ujar Vivi yang disambut kekehan kecil oleh Rissa sambil menggeleng,
"Dua-duanya salah, kan kamu ngajaknya dadakan. Di kulkas habis bahannya, jadi nggak ada yang di masak dari rumah. Pagi ini jadwalnya mba Siti belanja ke pasar"
"Ini bekal dibawain sama mamanya Zahra Tan, cobain deh enyak enyak rasanya.." Shafa yang menjawabnya sambil mengunyah.
Vivi menoel hidung Shafa, "kalau ngomong tuh nggak boleh sambil ngunyah, nanti kegigit tuh lidah. Kalau putus lidahnya gimana coba..?"
"Yee..emang lidah kucing langsung putus, lumer di mulut.." dan semuanya tertawa mendengarnya.
Vivi dan Aris pun ikut gabung makan, mencicipi semua masakan dari ayam goreng mentega, telur puyuh balado dan tumis pokcoy dan Shafa benar semuanya rasanya sangat enak. Setelah mengisi perutnya para suami dan anak-anak maju ke pantai bermain-main dengan ombak dan pasir putih yang lembut.
Vivi masih duduk berdua bersama Rissa, curhat tentang obrolan ayah Mertua dengan suaminya tadi sore yang tanpa sadar membuat matanya mulai mengembun kala menceritakannya, sedikit lagi tumpah air matanya kalau tidak buru-buru Vivi menyekanya. Vivi meminta pendapat Rissa tentang hal ini, walaupun ia belum tau keputusan Aris ke depannya bagaimana dan seperti apa, ia ingin membagi rasa sesak di dadanya yang semalam ia rasakan karena memikirkan yang belum tentu terjadi.
Dan Vivi meminta Rissa untuk membicarakannya juga nanti dengan mas Andre, menanyakan pendapat kakaknya kalau jadi Aris bagaimana, tanggapan dari sisi sebagai sama-sama lelaki.
Vivi sangat percaya kepada kakak iparnya yang bisa menjaga rahasia begitupun dengan mas Andre, dan meminta untuk tidak menceritakannya terlebih dahulu kepada kedua orangtuanya. Rissa hanya mendengarkan dan menguatkan Vivi untuk tidak berfikir jauh terlebih dahulu sebelum benar-benar membicarakannya dengan baik-baik bersama suaminya, dan pastinya menyarankan untuk meminta petunjuk kepada sang pemilik kehidupan.
Rissa memeluk bahu Vivi, mengusapnya dengan lembut seraya memberikan kekuatan dan ketenteraman hati. Sejujurnya mungkin tak ada wanita di dunia ini yang mau mengalami perceraian ataupun poligami, dua-duanya sangat berat pilihannya, apalagi kalau ia sangat mencintai pasangannya, bertahan dengan poligami pasti terluka, bepisahpun sengsara. Membayangkannya saja tidak enak sama sekali.
Vivi dan Rissa memandang pemandangan di depan mereka, para suami yang sedang asyik bercengkerama dengan anak-anak, bermain mendirikan istana pasir, mencari keong, kepiting dan bermain dengan deburan ombak yang sesekali menghantam. Keduanya terdiam dengan fikirannya masing-masing.
Mungkin benar dunia terasa indah dan berwarna ketika bersama anak-anak di sekeliling kita, apalagi kalau bersama anak kandung darah daging sendiri. pastinya sangat menyenangkan dan Vivipun tercenung..