Love Reborn
"Allea, dengarkan aku dulu! Kamu hanya salah faham, aku dan Gwen tidak ada hubungan apa-apa, itu hanya kecelakaan, oke. Tolong percaya padaku!" Jelas Arkan, dia sudah tak tahu lagi harus dengan cara apa dia meluruskan kesalahpahaman yang terjadi antara dia dan Allea sang istri.
"Salah faham kamu bilang, aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalian sedang berpelukan, apa kau pikir aku ini buta?!" Teriak Allea histeris, air mata sudah membanjiri wajahnya.
"Sayang, itu hanya kecelakaan. Dia tidak sengaja menabrakku, tanganku refleks nahan tubuh dia, sungguh aku tidak bermaksud meluk dia." Arkan membela diri, nada suaranya terdengar putus asa.
"Jika ini hanya sekali, mungkin aku akan percaya pada kebohonganmu Arkan, tapi ini sudah yang ke tiga kalinya aku melihat kejadian seperti ini antara kamu dan Gwen, mau percaya pun rasanya sulit," isak Allea lirih.
Bruk!!!
Seketika Arkan berlutut di hadapan wanita yang sudah dua tahun Ia nikahi tersebut, sebetulnya malam ini adalah hari Universery pernikahan mereka yang ke 2, namun diluar dugaan ada kejadian seperti ini, dan mereka berakhir dalam pertengkaran. Sifat Allea yang mudah cemburu dan keras kepala membuat Arkan sulit membujuknya.
"Sayang, terserah kamu mau menghukum aku dengan cara apa, tapi tolong maafkan aku. Setelah ini aku janji, aku akan menjaga jarak dengan wanita mana pun." Ujarnya dengan telapak tangan terangkat.
"Baiklah kalau begitu, sudah ayo bangun." Pada akhirnya Allea pun kembali luluh karena melihat ketulusan di mata Arkan.
"Terimakasih sayang!" Arkan pun bangun dengan wajah sumringah, kemudian memeluk tubuh Allea penuh kerinduan.
Mereka mulai makan malam, saat ini mereka tengah berada di dalam ruang VIP sebuah restoran mewah yang di sengaja di pesan untuk merayakan Universery pernikahan mereka.
'Kenapa harus ada drama dalam pernikahan kita? Padahal, aku hanya ingin pernikahan biasa yang berjalan apa adanya, tapi selalu saja ada masalah tak terduga yang terjadi, sungguh menjengkelkan.' Batin Allea bergumam.
"Kenapa, apa makanannya tidak enak?" Tanya Arkan, karena melihat sang istri terlihat tak napsu makan, dia hanya memainkan makanan dengan Pisau dan garpu di tangannya.
"Tidak, ini enak. Aku pergi ke kamar kecil dulu, kau lanjut makan saja." Allea pun bangkit, membuat raut ke khawatiran kembali di wajah Arkan.
"Sayang, apa kau masih marah?" Tanya Arkan lagi.
"Tidak, aku hanya ingin buang air kecil, kau ini. Apa aku harus melakukannya disini, agar kau percaya," keluh Allea kesal.
"Hehe, kalau kau mau aku akan menyuruh orang membawa baskom kecil kesini," kekehnya pelan.
"Hmph, bercandamu gak lucu," Allea langsung pergi karena memang sudah tak tahan dengan panggilan alam.
Setelah melakukan rutinitasnya, Allea lalu mencuci tangan di whastaple dia baru ingat, kalau sudah satu bulan dia telat datang bulan, "apa mungkin? Sebaiknya, aku pastikan dulu sebelum mengatakannya pada Arkan, atau nanti dia akan kecewa karena ternyata aku tidak hamil." Gumamnya pada diri sendiri.
Allea pun bergegas kembali ke ruangan tempat Arkan menunggunya.
Ceklek...!!
Deg...Deg... Mata Allea melebar sempurna kala melihat Arkan kini tak sendirian, dia bersama, Gwen.
"Arkan!!!" Teriak Allea histeris, saat melihat Arkan kembali berduaan dengan Gwen yang tampak tengah menangis di sampingnya.
Seketika Arkan menoleh dengan raut wajah sulit di artikan, "Allea sayang, tenanglah ayo masuk dan kita bicara." Arkan berusaha bersikap tenang kali ini dia tak ingin kembali ke keadaan sebelumnya dengan Allea.
"Tenang kamu bilang! Kali ini aku benar-benar kecewa!" Allea pun berlari pergi meninggalkan Arkan dan Gwen yang masih ada di ruangan itu.
"Tunggu Allea, dengarkan penjelasanku dulu!" Terdengar teriakan Arkan di belakangnya, namun tak membuat Allea menghentikan kakinya, justru temponya semakin cepat dia tak ingin mendengar alasan apa pun yang di katakan Arkan.
'Bohong! Semua yang dikatakannya bohong, Arkan bajingan! Aku tidak akan lagi mendengar alasan yang kau berikan,' batin Allea berteriak. Air mata yang semula sudah kering kini kembali membanjir wajahnya.
Sakit... Rasa sakit yang Ia rasakan membuat Allea mencengkram dadanya sendiri, tiba-tiba semua pikiran buruk berseliweran di kepalanya, Allea menghentikan langkahnya dan berdiri di antara barisan orang yang hendak menyeberang di depan zebra cros, bayangan Arkan dan Gwen yang tengah bercumbu di dalam sebuah kamar tiba-tiba datang begitu saja.
'Tidak, itu tidak mungkin. Arkan tidak akan melakukan hal seperti itu, tidak!' tepis Allea, dia menutup telinga dengan kedua telapak tangannya, berharap suara-suara yang timbul dalam kepalanya menghilang, namun itu hanya sia-sia karena suara itu berasal dari dirinya sendiri.
'Mereka pasti sering melakukan itu di belakangmu Allea, kau saja yang tidak tahu. Mereka sudah berselingkuh, atau jangan-jangan Gwen datang untuk meminta pertanggung jawaban Arkan, karena dia sudah hamil anak Arkan, makanya dia menangis tadi.' Suara-suara itu semakin menjadi-jadi di kepalanya, membuat dada Allea terasa panas.
'Lebih baik kau akhiri saja hidupmu, dari pada terus merasakan sakit berulang kali, dengan begitu Arkan akan menyesali perbuatannya.'
"Diam! Aku tidak ingin mendengarmu lagi, sudah cukup!" Isak Allea lirih, dia menangis sejadi-jadinya, bahkan tanpa Ia sadari orang-orang yang sebelumnya berdiri bersamanya untuk menyebrang jalan sudah tak ada.
Allea mengusap air mata dari wajahnya, bertepatan dengan itu Arkan datang, "sayang, dengarkan aku dulu, tolong dengarkan aku sekali lagi, aku hanya--," perkataan Arkan di potong Allea seketika.
"Tak sengaja bertemu, aku hanya menolongnya, jadi kau hanya salah faham, kami tidak ada hubungan apa pun. Itu kan yang ingin kau katakan, bahkan kata-kata ini sudah aku hapal Arkan, saking seringnya kau katakan padaku. Aku sudah lelah Arkan, aku sudah bosan dengan semua alasan yang kau berikan, dan semua alasan itu berlawanan dengan apa yang aku saksikan." Geram Allea penuh amarah.
Arkan mengepalkan tangannya, matanya tampak memerah menahan sesuatu, entah tangis atau amarah.
"Aku tahu Allea, tapi aku tak bisa mengabaikannya, Gwen dalam masalah suaminya menyiksanya aku hanya ingin membantunya, itu saja. Aku bersumpah, tak ada hal lain yang terjadi di antara kami, tolong percayalah." Bujuk Arkan dengan wajah memelas.
"Entahlah Arkan, sebaiknya kau pergi saja. Aku ingin menenangkan diri dulu, saat ini aku sedang tak ingin melihat wajahmu." Allea membuang muka kearah lain.
"Tidak sayang, kamu mau pergi kemana? Tolong jangan tinggalkan aku," lirih Arkan, bukannya menjauh justru dia malah berjalan mendekat.
"Berhenti Arkan, jangan dekati aku, atau aku akan...," Allea menoleh ke jalanan.
"Tidak apa yang kau pikirkan?!" Bentak Arkan, dia dapat menangkap maksud kata-kata Allea.
"Kalau begitu, berhenti disana! Jangan dekati aku!" Allea mundur dua langkah kebelakang.
"Oke, oke, aku berhenti tapi jangan mundur lagi, itu berbahaya." Arkan terlihat panik, dia takut Allea benar-benar melakukan hal tersebut.
Desiran angin malam, tak membuat rasa dingin sama sekali di kulit Allea, rambutnya yang terburai tampak berhamburan karena angin tersebut.
"Sayang, ayo naik jalanan itu sangat berbahaya," Arkan mengulurkan tangannya, sambil berjalan mendekat secara perlahan.
"Berhenti disana Arkan, atau aku akan--," ancam Allea kembali, dia mundur selangkah lagi, kali ini kakinya benar-benar menginjak jalanan.
"Oke oke! Aku berhenti, aku berhenti!"
Tit...tit...
"Allea awas!" Belum sempat Allea menoleh, sebuah truk melaju cepat kearahnya, kemudian...Brak...!!!
Arrgghhh!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments