Memiliki kecantikan dan kepintaran saja tidak cukup untuk membuat ibu mertuanya senang padanya. Elleana Bella, seorang wanita karier dan juga ibu yang baik untuk putranya.
Namun ia selalu di cap sebagai menantu yang buruk oleh ibu mertuanya, bahkan suaminya pun selalu memojokan dan menyalahkan dirinya dalam segala hal dan selalu membenarkan kata-kata ibunya.
Bagaimana cara Bella menghadapi sikap toxic ibu mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Apa?! dipecat!" Abimana terkejut dan langsung mentap istrinya penuh selidik.
"Bagai mana kamu bisa di pecat Bella, menagapa kamu ceroboh sekali?" Abimana terus mencecar istrinya dengan berbagai macan pertanyaan, namun Bella hanya diam dan menundukan wajahnya.
Bella sungguh tak menyangka jika suaminya akan begitu marah dan terkejut dengan ceritanya.
"Mas, aku terlalu sering terlambat datang ke kantor dan itu,"
"Kenapa kamu bisa seceroboh itu Bella, apa kamu tidak berpikir biaya keperluan rumah dan sekolah Zayn lalu kebutuhan lainnya." Abimana memotong ucapan istrinya dan terus menyalahkan kecerobohan Bella.
Kini Bella menatap wajah suaminya yang sudah nampak kesal padanya, perlahan Bella pun menggengam tangan Abimna dan mulai berbicara denga lembut agar suaminya merasa lebih tenang.
"Karena itulah mas, mulai bulan ini gajimu untuk keperluan kita saja, bukan aku tidak suka jika kamu memberi ibumu uang saku tapi, kamu juga punya kewajiban untuk menafkahi kami, mas ibu tidak terlalu membutuhkan uang itu jadi,"
"Jadi apa Bella? kenapa jika aku memberikan gajiku pada ibuku? dia ibuku dan berhak dengan apa yang aku miliki dan kamu tidak berhak untuk melarangku." Abimana langsung memakai kembali pakaiannya dan keluar dari kamarnya meninggalkan istrinya begitu saja.
"Kenpa mas Abi begitu egois dan tidak pernah mengerti perasaanku, di saat aku terpuruk dia tak pernah datang merangkulku. Mas andai kau tahu penyebab aku di pecat karena sering terlambat, apakah kamu masih akan menyalahkan aku?" Bella mulai terisak dan menyelimuti seluruh tubuhnya, ia merasa sangat sedih karena suaminya tak pernah berpihak padanya.
Setelah kehilangan pekerjaannya kini Bella pun tinggal di rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah yang tiada habisnya.
"Bella kamu masak apa hari ini? jangan menu itu lagi ibu sudah sangat bosan sertiap hari kamu selalu masak menu yang sama."
"Iya bu akan Bella usahakan." Jawab Bella yang kini tersenyum kaku mendengar permintaan ibu mertuanya.
"Coba lihat cucuku sekarang sedikit kurus karena kurang gizi, itu karena ibunya yang tidak becus merawatnya. Jadi ibu kok tidak pandai mengatur makanan untuk anaknya sendiri." Sindir bu Maya dengan kejamnya.
Namun Bella hanya diam tak ingin menjawab perkataan ibu mertuanya saat ini, ia hanya menatap suaminya yang kini sedang duduk di sofa menikmati kopinya.
Bella menghampiri suaminya untuk meminta uang belanja, namun Abimana tak memberikan sepeserpun padanya dan mengatakan semua uang sudah ia berikan pada ibunya.
"Mas, jika kamu tidak memberiku uang bagai mana aku bisa memenuhi kebutuhan kita." Ucap Bella menahan emosinya.
"Kenpa kamu meminta uang pada suamimu, bukankah kemarin sudah ibu berikan padamu, itu sudah lebih dari cukup untuk satu minggu." Ibu Maya menyela pembicaraan anak dan menantunya.
"Tapi bu uang itu sudah habis,"
"Kamu itu boros sekali Bella, uang sebanyak itu sudah kamu habiskan begitu saja? apa kamu tidak kasihan pada putraku yang bekerja keras, sedangkan kamu dirumah tinggal tumpang kaki dan menikmati hasilnya, istri macam apa kamu ini." Ibu Maya terus memojokan Bella dengan perkataan demi perkataan yang merendahkan harga diri menantunya.
"Tapi bu, uang yang ibu berikan hanya cukup untuk beberapa hari saja dan sekarang,"
"Bella kenpa kamu tidak mendengarkan kata-kata ibu saja, ibu benar kamu jangan terlalu boros untuk hal-hal yang tidak perlu, jadi manfaatkan uang yang ibu berikan untuk keperluan rumah ini dengan baik." Ucap Abimana yang kini lebih memilih pergi meninggalkan ibu dan istrinya.
Bella merasa suaminya sudah tak bersikap adil padanya. Bahkan Kini ibu mertuanya selalu membatasi segala keperluan rumah mereka. Kini Bella merogoh sakunya dan melihat hanya ada beberapa uang berwarna kuning dan putih.
"Ibu meminta memasak sesuatu yang lain, tapi uang ini tidak cukup untuk membeli menu selain yang biasa aku beli." Bella merasa sangat sedih dan bingung.
Hal itu membuat Bella merasa sangat frustrasi dengan keadaan yang terus mendesak dan memojokannya dalam lembah kesedihan. Ia benar-benar merasa sangat tercekik dengan perlakuan ibu mertuanya yang semakin hari semakin kian menjadi.
"Ma.." Zayn menggoyangkan kaki mamanya dengan barang yang ia sembunyikan di balik bajunya.
"Iya sayang, ada apa nak?" Bella mensejajarkan tubuhnya dengan sang putra.
"Ini pakai saja tabungan Zayn, mama tidak perlu khawatir lagi soal uang, besok jika Zayn sudah besar maka apapun yang mama minta akan Zayn kabulkan, Zayn sayang mama. Mama jangan bersedih lagi." Zayn memeluk mamanya dengan sangat erat.
Mata Bella mulai berkaca-kaca, ia merasa sangat terharu dengan ucapan putranya yang begitu dewasa. Sungguh Bella tak ingin putranya berpikir masalah orang dewasa sebelum waktunya. Namun keadaan terus mendesaknya dan ketakutan Bella pun kini menjadi kenyataan.
"Jangan sayang itu tabungan mu, simpan saja, mama masih memiliki tabungan lain." Tolak Bella secara halus dan kembali mengembalikan celengan sapi milik putranya.
"Tapi mama lebih membutuhkannya dari pada aku. Mulai saat ini mama juga tidak perlu membelikan Zayn susu karena aku sudah besar dan kuat." Ucap Zayn yang memperlihatkan otot lengannya.
Bella semakin menangis dan terharu dengan penuturan putranya, sungguh tak ada kata-kata lagi untuk mengungkapkan segala perasaan yang ada dalam hatinya saat ini. Bella merasa sangat bersyukur, di dalam kegelapan hidupnya masih ada setitik cahaya yang selalu menuntun dan menguatkan hatinya kala sedang rapuh.
Beberapa bulan berlalu kini Bella pun nampak seperti layaknya mayat hidup, wajah cantik dan tubuh ideal yang ia miliki kini sudah tergantikan dengan tubuh yang sangat kurus karena tekanan batin yang di ciptakan ibu mertuanya.
Namun Bella tetap berusaha untuk bangkit dari semua keterpurukan hidupnya. Tanpa di ketahui suami dan ibu mertuanya kini Bella mulai bekerja menjadi seorang desainer online untuk bisa menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan putranya.
"Zayn tenang saja, mama akan terus berjuang untuk mu, mama tidak akan membiarkan Zayn kekurangan apapun." Bella mengusap rambut putranya yang kini sudah tertidur pulas.
Setelah semalamam begadang untuk membuat gambar yang indah, kini Bella pun mulai tertidur sebelum matahari mulai terbit dan menyibukkan dirinya dari aktivitas rumah yang tidak ada beresnya.
Setelah Bella tertidur kini Abimana masuk ke dalam kamar putranya dan ikut tertidur bersama dengan anak dan istrinya. Malam ini Abimana tak bisa tidur dan terus merasa gelisah dan ia pun memutuskan untuk menyusul istrinya di kamar sang putra.
Abimana memeluk istrinya dengan sangat erat menyalurkan kerinduannya. "Kenapa dia sangat kurus sekali." Gumam Abimana yang kini terus memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat.
Bella membuka matanya saat tidunya merasa terganggu, kini ia mendengar gumaman suaminya dengan tangan yang melingkar erat di pinggangnya, perlahan air mata Bella pun mengucur deras membasahi pipinya.
"Apakah kamu baru menyadarinya sekarang mas, lalu kemana saja kamu selama ini." Batin Bella bermonolog. Dengan air mata yang kini meluncur bebas melewati pipinya.
Bersambung