Menikah karena perjodohan membuat Arash begitu emosi, tanpa tahu siapa wanita yang sudah di pilihkan oleh orang tuanya, Tanpa melihat wajahnya ... Arash menikahinya namun ... Di malam pertamanya ia juga menikahi wanita lain demi mengusir istri pertama, Saat tahu siapa wanita di balik Niqab , penyesalan Arash rasakan, namun ... sudah tak bisa di perbaiki karena luka yang sudah ia torehkan, Ya... Wanita berniqab itu adalah wanita yang ia cari dan wanita yang ia cintai selama ini. Bagaimana kisahnya...
"Pergilah kau bersama nya, anggaplah diri ku yang tak pernah ada, jangan pernah kau. lukai hatinya, cukup aku saja"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fiah MSI probolinggo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Benar saja, Arash masih meneruskan rapat yang baginya sangat penting. Meskipun Liana sudah memperingati untuk segera pulang dan mengantarkan Fafa.
''Tidak seharus nya kau bersikap terlalu kejam padanya, bukankah kau susah dengat kalau dia setuju bercerai denganmu, '' ucap Liana saat mereka baru keluar dari ruang rapat.
''Liana, Kau tidak tahu bagaimana perasaan ku, Menikah dengan nya adalah hal yang tidak pernah aku inginkan, dia hanya mengincar hartaku dan kedudukan ku, '' ucap Arash dengan pemikirannya
''Kau salah besar, Arash. '' ucap Liana seraya membuka kan pintu ruangannya untuk Arash.
''Faffa bukanlan wanita seperti itu, dia bukan wanita matre, Rash. Jika ia hanya mengincar hartamu, sudah pasti ia akan koar-koar tentang pernikahan nya, hubungannya di dalam rumahmu, dan juga... kau tahu sendiri, Kita tidak pernah memberikan uang sepeserpun padanya, tapi setiap hari ia masak menu dengan menu yang berbeda, kau fikir... dari mana dia dapat uang,? " ucap Liana yang berhasil membuat Arash berfikir keras.
''Neneknya sedang kritis dan dia melakukan pernikahan karena neneknya, aku tidak ingin kau merasakan penyesalan nantinya, Arash. Aramu belum kau temukan, jadi jangan lah membuat Faffa tersiksa dalam pernikahan ini, ''ucap Liana pada Arash yang masih mematung. Jam sudah menujukkan pukul 1 siang, Fafa dan Hans sudah sampai di kampung Fafa. Sudah banyak tetangga yang duduk di ruang tamu istri dari pamannya.
''Apa yang terjadi, Kenapa banyak orang seperti ini, kak Hans?'' tanya Faffa saat ia sysah turun dari mobil Hans
''Aku juga belum tahu, Sebaiknya kita masuk,'' ucap Hans yang sebenar nya Hans sudah menyangka hal buruk telah terjadi.
Saat Fafa sampai di ruang tamu, betapa terkejutnya ia saat melihat sosok yang terbaring di tengah-tengah para warga yang sedang mengaji.
Tiba-tiba saja seluruh pemandangan menjadi gelap, tubuhnya langsung ambruk. Fafa sysah tudak sadarkan diri saat meluat wajah Neneknya yang sysah sangat pucat dan di hidung nya sudah di tutup kain kafan.
''Fafa, sadarlah Nak, ini bibi sayang, Sadarlah Nak '' ucap sang Bibi seraya mengusap kan minyak kayu putih pada tangannya, dan juga di bawah hidungnga.
''Fafaf, sadarlah! Nenek butuh doa kita, Yai. kita mengaji untuk nenek, Fa... nenek akan sedih jika kau seperti ini, " ucap Hans seraya menatap Linda
Beberapa saat kemudian, Fafa pun sudah sadar.
"Nenek, Mengapa nenek. meninggal kan Fafa, Bi. Bklan kah Fafa susah melakukan apa yang ia inginkan, Bi. Fafa sudah menikah, kemaren Nenek mengatakan jika keadaan Nenek sudah sangat sehat, tapi kenapa hari ini... " isak tangis Fafa pecah kala mengingat saat Neneknya bercanda dengan dirinya. Bahkan Fafa bisa melihat tawa neneknya kemaren.
"Apa yang kau lihat itu kenyataan, Fa. Kemaren neneknya masih sangat sehat, tapi tadi jam 5 dini hari, Ia merasakan sesak nafas dan saat kami panggil dokter kerumah, Ia sudah di nyatakan meninggal, " ucap bibi dengan derai air matanya. Aku bangun dari pingsan ku dan melangkah mendekati Nenek. kucium wajah pucatnya untuk terakhir kalinya, Satu-satunya wajah yang menjadi penyemangat bagi Fafa.
"Nek, Maafkan Fafa jika Fafa melakukan kesalahan, Maafkan Fafa, Nek" ucapnya lemah.
Setelah itu, Fafa sadar dan mengaji juga untuk jenazah sang Nenek. Meskipun air matanya terus saja mengalir membasahi berkas al-quran di wajahnya .
...----------------...
Di sisi lain nenek dan kakeknya Arash mendengar akan kabar kematian neneknya Fafa, lebih murkanya lagi, Arash malah menyuruh Fafa naik bus untuk kembali ke kampung.
''Ayah, Maafkan Arash. Bukankah rapat ini memang lah sangat penting untuk perusahaan, '' ucap Mamanya Arash menenangkan mertuanya.
''Jika aku bisa, aku akan menyerahkan seluruh kekayaan ini untuk Fafa, dan Arash sudah melakukan kesalahan besar karena sudah melakukan ini, Pejo... bawa aku dan Nyonya ke kampung Fafa, sekarang juga, '' ucap kakeknya Arash dengan wajah yang masih merah.
Jika tak seperti ini saja sudah membuat kakeknya murka, bagaimana jika ia tahu, bagaimana sikap Arash selama ini pada Fafa. Bagaimana jika kakeknya Nugroho mengetahui bahwa Fafa tidak pernah sekamar atau bahkan sudah di ancam bercerai dalam waktu satu bulan. Bukankah itu sangat mempengaruhi kesehatan yang kini baru saja sembuh dari serangan jantung.
Mamanya Arash hanya bisa memandang mertuanya denga kesal.
'Aku harap anak kampung itu tidak kembali lagi ke rumah anakku, Apa lebihnya dia, penampilannya aneh, ia hanya menyembunyikan wajahnya yang kampungan, ' bathin Mamanya Arash.
''Liana, Ayo! kau juga harus ikut, " ajak Arash pada Liana
"Tidak, Arash. Apa yang kan akau katakan nanti disana, bagaimana jika orang kampung bertanya. Kau membiarkan Fafa pulang sendiri sedangkan kau datang dengan wanita lain, Jangan memperburuk citra mu," ucap Liana yang di benarkan oleh Arash
"Setidaknya, meskipun kau dan Fafa bercerai nanti, Citra dan nama baikmu masih bagus, dan juga... aku masih memikirkan alasan yang tepat yang harus kai katakan pada kakek dan nenekmu, Sebenarnya kau jahat sekali Rash, kau menjadi kan aku yang kedua agar aku bisa membantu mu dari setiap masalah mu, iya kan, ?" tanya Liana seraya menatap Arash dengan mata yang memicing.
"Hahahha, hanya kamu yang tahu tentangku, Liana. Terimakasih atas semuanya, kalau begitu... aku pergi, kabarin jika ada apapun, " ucap Arash berlalu dari ruangannya. Liana hanya. menggelengkan kepala melihat kepergian Arash.
Kini jam sudah menunjukan pukul 3 sore, pemakamam pun sudah selesai. Fafa juga sufah bicara dengan Nenek dan kakeknya Arash, mereka minta maaf atas apa yang sudah Arsh lakukan. Lagi dan lagi Fafa membela Arash.
"Kakek, Nenek, jangan marah pada mas Arash, dia sedang memikul tanggung jawab yang besar, dia mungkin sedang berjuang, tidak apa-apa mas Arash tidak datang, tapi aku yakin do'anya sudah ia berikan untuk nenek Fafa, '' ucap Fafa saat sambungan telfon nasib terhubung.
Setelah sambungan itu terputus. Fafa termenung di dekat jendela kamarnya, yang mana langsung menghadap ke arah sawah yang terbentang. suasana sore membuat nya segar. Bersamaan dengan hembusan angin yang menerpa wajah nya, yang makan saat ini Fafa tidak memakai niqabnya.
'Sudah tidak ada alasan lagi untuk mempertahankan pernikahan ini,' bathin Faffa seraya tertunduk dan tersenyum kecut. Semua serentetan peristiwa pernikahan hingga saat ini seketika muncul bagaikan film yang berputar. Tiba-tiba ada suara ketukan pintu di luar kamarnya, dengan cepat Fafa mengambil niqab dan memakai nya. Lalu ia membukakan pintu kamarnya.
''Kak Hans, ada apa kak, ?'' tanya Fafa
''Mama dan papa ku datang, ia ingin bertemu denganmu, '' ucap kak Hans
''Kakak duluan saja, aku akan nyusul, '' ucap Fafa seraya tersenyum pada Hans, Hans tahu kalau saat ini Faffa sedang tersenyum. Ia bisa melihat dari sisi matanya.
Setalah melihat Hans berlalu, Fafa pun menutup pintu kamarnya, lalu ia menuju ke ruang tamu. Di sana ia sudah melihat orang tua kandung Hans yang duduk dan berbincang dengan Bibinya.
''Kesayangan tante, kemarilah, Nak, '' ucap Mamanya Hans seraya merentangkan kedua tangannya.
Fafa langsung berhambur dalam pelukan Mamanya Hans, Menangis seolah ia menangis di pelukan sang Mama.
''Menangislah sayang, setelah ini... tante tidak akan membiarkan kau menangis lagi, '' ucap Mamanya Hans seraya menepuk punggung Fafa dengan lembut.
''Fafa cengeng ya tante,'? tanya Faffa saat melepas kan pelukannya dan mengusap matanya.
''Tidak sayang, kau adalah wanita yang paling tegar buat tante, kau sudah banyak berkorban untuk nenekmu, Nenekmu sangat bangga memiliki cucu seperti dirimu, '' ucap Mamanya Hans seraya mengelus Kepala Fafa yang tertutup hijab.
sampe ara menikah dengan hans