Aku Yang Tersakiti

Sejak malam itu, Disha lebih dekat dengan Zafran. Jelas sebagai om dan keponakan.

Terutama karena Disha mau membuka online shop.

Papa Mirza begitu antusias atas rencana Disha dan mendukung.

Bunda juga amat mendukung rencana putrinya.

Bahkan paginya Papa memberi hadiah HP baru.

"Lho Pa, ini kan HP terbaru. Bagus banget..." Disha membolak-balik HP kagum. "Ini buat aku, Pa?"

Papa mengangguk. "Hadiah buat anak Papa yang mau jadi pengusaha. Gunakan HP ini untuk usaha online shop kamu. HP kamu yang itu untuk keperluan pribadi."

Disha mengangguk semangat dan memeluk Papa. "Makasih Pa.. pokoknya aku semangat jualan."

Bunda ikut mendukung. "Mulai sekarang kamu bisa belajar mengelola usaha. Bunda yakin anak Bunda ini pinter. Nanti Disha bisa bantu kelola toko kita. Siapa tau bisa buka cabang lagi. Anak Bunda kan cerdas."

"Iya dong Bunda.. anak siapa dulu.." Disha memeluk Bunda, penuh sayang.

"Tapi ingat..." Suara Papa agak berat ditekan. "Jangan sampai waktu belajarmu tersita. Sebentar lagi kan kamu lulus SMA. Papa akan carikan universitas bagus untuk kamu kuliah bisnis manajemen. Untuk saat ini Papa mengizinkan kamu merintis dan mempelajari bagaimana cara berjualan online. Tapi sekolah tetap menjadi prioritas utama. Setelah kamu lulus, baru aktif online shop. Paham?"

"Iya Pa." Disha menurut. "Aku akan semangat belajar."

Papa dan Bunda tersenyum melihat semangat putrinya.

***

"Eh gue rencana mau buka online shop dari toko Papa. Lo berdua punya ide nggak nama online shop nya apa?" Tanya Disha membuat dua sahabatnya yang centil langsung serius mikir.

"Lo jualnya apaan? Baju doang?"

"Pengennya sih bukan cuma baju. Mungkin gue bisa jual sepatu sandal juga. Atau apa aja yang bisa gue jual."

"Ya kalo gitu Disha Online Shop aja namanya. Fleksibel kan lo mau jualan apa aja. Nggak cuma fashion." Usul Lena.

Ira membenarkan. "Iya mending pake nama lo aja. Lo bisa jualan apa aja yang lagi hits."

Disha menjentikkan jari. "Oke tuh."

"Lo jual juga pernak pernik lucu. Lo kan paling jago milih barang."

"Eh tapi by the way, kok lo ngedadak pengen bikin online shop?" Tanya Ira heran.

"Iya nih kok ngedadak?" Sambung Lena.

"Emang aneh ya?" Disha balik tanya. Jangan sampai dua bestie-nya curiga mengenai hubungannya dengan Zafran sebagai om dan keponakan. Ide membuat online shop pun dari Zafran. Dia memang jarang punya ide unik tiba-tiba. Wajar sahabatnya jadi pada curiga.

Lena dan Ira nggak bertanya lagi. Karena bel masuk berbunyi.

Beberapa siswa masuk.

"Ngapain perwakilan OSIS ke sini?" Tanya Ira.

Disha agak bete melihat Aldo diantara perwakilan OSIS yang datang. Jelas Aldo itu wakil ketua OSIS.

"Kami dari OSIS, akan mengadakan kemah 3 hari 2 malam. Yang berminat ikut, harap mendaftar paling lambat hari Rabu depan. Jika ingin ikut, ada rundown acara, masing-masing kelas bisa fotocopy perbanyak."

Ronald sang ketua kelas menerima kertas rundown.

Begitu semua perwakilan OSIS meninggalkan kelas, langsung terdengar kasak-kusuk semua anak.

"Ikut yuk? Ini kemah terakhir kita bareng-bareng. Acaranya pasti seru." Ajak Ira.

Lena setuju. "Iya gue ikut kalo kalian berdua ikut."

"Gue ikut deh. Nanti kan kita kuliah pasti sibuk mana sempet kegiatan begini." Disha menyetujui.

Cukup lama, guru belum juga masuk kelas.

"Gawat!" Vira masuk kelas dengan aroma membawa berita gawat. "Di ruang BP lagi heboh, geng Brandon ketangkep rencanain tawuran."

"Apa?? Yang bener lo!"

"Iya. Tuh semua guru lagi geledah semua kelas."

"Buat apa?"

"Buat tawuran, Brandon pasti butuh pasukan banyak. Guru lagi pada geledah semua kelas razia senjata. Duuuhhh.... Brandon nggak kapok-kapok deh!"

Sementara yang lain sibuk memperhatikan keadaan di luar yang heboh, Disha berbicara dengan dua sahabatnya.

"Inget nggak waktu kita kelas 1, Brandon juga ketangkep tawuran. Kirain dulu dia udah insaf, ternyata dia rekrut anggota geng."

"Pengikut geng nya makin banyak. Tajir mampus emang bokapnya. Cuma ya gitu, anaknya kacau. Bikin ulah mulu. Karena bokapnya pemilik yayasan sekolah ini aja dia bisa kebal meski ngelakuin kriminal."

Disha ingat Brandon pernah mengganggunya ketika ia melintas di gang samping sekolah. Gang yang secara tidak langsung dikuasai geng-nya Brandon yang anarkis.

Namun ia bisa menghindar.

Ada untungnya juga Disha rajin olahraga hingga badan langsing nya gesit dan bisa berlari cepat. Geng Brandon nggak ada yang bisa ngejar dia.

Akhirnya Disha nggak pernah melewati gang itu lagi.

Yang jelas dia waspada.

***