NovelToon NovelToon
Legend Of The Sky Devourer-Kunpeng Terakhir

Legend Of The Sky Devourer-Kunpeng Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Epik Petualangan / Fantasi
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Alvarizi

Di Desa Fuyun yang terkubur salju, Ling Tian dikenal sebagai dua hal yakni badut desa yang tak pernah berhenti tertawa, dan "Anak Pembawa Sial" yang dibenci semua orang.

Tidak ada yang tahu bahwa di balik senyum konyol dan sikap acuh tak acuh itu, tersimpan jiwa yang lelah karena kesepian dan... garis darah monster purba yang paling ditakuti langit yakni Kunpeng.

Enam puluh ribu tahun lalu, Ras Kunpeng musnah demi menyegel Void Sovereign, entitas kelaparan yang memangsa realitas. Kini, segel itu retak. Langit mulai berdarah kembali, dan monster-monster dimensi merangkak keluar dari bayang-bayang sejarah.

Sebagai pewaris terakhir, Ling Tian dipaksa memilih. Terus bersembunyi di balik topeng humornya sementara dunia hancur, atau melepaskan "monster" di dalam dirinya untuk menelan segala ancaman.

Di jalan di mana menjadi pahlawan berarti harus menjadi pemangsa, Ling Tian akan menyadari satu hal yakni untuk menyelamatkan surga, dia mungkin harus memakan langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12: Kunjungan Delegasi Istana Shenxiao

Li Wei mundur selangkah. Wajahnya yang bulat kehilangan warna darahnya, menyisakan rona pucat pasi seperti adonan tepung mentah yang dibiarkan basi.

Dia mengerti tatapan itu. Itu bukan tatapan seorang pelayan yang memohon belas kasihan. Itu adalah tatapan yang sama dengan serigala liar yang menatap domba pincang. Tatapan yang melihat Li Wei bukan sebagai manusia, melainkan sebagai sekerat daging berlemak yang siap dikunyah.

"K-kau..." Li Wei tergagap, tongkat penyangganya bergetar di tanah berbatu, menghasilkan bunyi tik-tik-tik yang ritmis karena tangannya gemetar.

"Cukup!"

Diaken Zhao melangkah maju, memotong ketegangan itu dengan bentakan keras.

BOOOM!

Aura kultivasi meledak dari tubuhnya. Udara di sekitar mulut gua bergetar hebat. Debu dan kerikil terangkat melayang. Ini adalah tekanan asli dari seorang ahli di Ranah Foundation Core. Bagi seorang murid pelayan yang masih di tahap fisik dasar, tekanan ini seharusnya cukup untuk meremukkan lutut dan memaksanya bersujud muntah darah.

Tapi Ling Tian tidak bergeming sedikitpun. Dia berdiri tegak seperti karang di tengah ombak badai. Rambut hitamnya berkibar liar, tetapi kakinya tertanam kokoh di dalam tanah.

Di dalam tubuhnya, Tulang Besi Kunpeng yang baru saja terbentuk seolah bernyanyi. Tulang-tulang itu bergetar dalam frekuensi tinggi, menyerap tekanan aura Diaken Zhao dan menyebarkannya ke seluruh otot, mengubah rasa sakit itu menjadi sensasi menggelitik yang aneh.

Ling Tian memang baru mencapai Body Tempering Tingkat 6, tapi fondasi tubuhnya adalah Monster Purba. Kualitas tulangnya jauh melampaui tulang baja manusia mana pun.

Ling Tian menyipitkan mata, senyum di bibirnya melebar, seakan menantang.

"Diaken Zhao," kata Ling Tian tenang, suaranya dalam dan tidak bergetar sedikit pun. "Apakah ini cara Divisi Logistik menyambut pahlawan yang berhasil membersihkan sarang hama? Menekan junior dengan aura Foundation Core?"

Mata Diaken Zhao membelalak. Dalam hati, dia terkejut setengah mati. 'Anak ini... dia menahan tekanan auraku? Tanpa berlutut? Bahkan napasnya tidak sesak sedikitpun?'

Insting politikusnya langsung bekerja. Jika ia membunuh Ling Tian sekarang, di depan dua saksi murid senior dan di pagi hari ini, adalah langkah bunuh diri dalam kariernya. Apalagi jika Ling Tian memiliki tubuh sekuat ini, membunuhnya tidak akan bisa dilakukan dalam satu dua detik. Jika terjadi keributan, Tetua Sekte pasti akan datang.

Diaken Zhao menarik kembali auranya perlahan. Wajah tikusnya berubah menjadi topeng birokrat yang kaku dan dingin.

"Kau beruntung, Bocah," desis Zhao, matanya berkilat penuh racun. "Langit melindungimu pagi ini. Tapi keberuntungan juga ada batasnya."

"Tentu," sahut Ling Tian ringan. "Omong-omong, tugas 'Berbahaya Tingkat Tinggi' seperti membersihkan Gua Angin Ratapan ini... menurut buku peraturan sekte, hadiahnya adalah 100 Poin Kontribusi, benar?"

Ling Tian mengulurkan telapak tangannya yang terbuka ke depan muka Zhao. "Bayar sini!"

Wajah Diaken Zhao berkedut menahan amarah. Urat di pelipisnya berdenyut. Dia ingin sekali merobek leher anak ini. Tapi aturan tetaplah aturan, dan Ling Tian memainkannya sempurna dengan adanya saksi disini.

Dengan gerakan kasar, Zhao merogoh lengan bajunya dan melempar sebuah koin giok hijau ke arah dada Ling Tian. "Ambil dan pergilah. Tapi ingat, Ling Tian... paku yang menonjol adalah yang pertama dipalu."

Ling Tian menangkap koin itu di udara dengan dua jari. "Terima kasih nasihatnya. Tapi saya lebih suka jadi palunya."

Dia berbalik, meninggalkan paman dan keponakan itu yang mematung di tengah angin pagi yang dingin ini. Dia berjalan santai menuruni gunung, langsung menuju area kantin.

Perutnya telah meraung. Evolusi tubuh semalam membakar kalorinya secara gila-gilaan. Dia butuh sebuah daging yang banyak.

Kantin Murid Luar di Jam Sarapan.

Kantin sekte nampak seperti sebuah bangunan kayu luas yang diiringi suara bising, beraroma uap nasi, teh melati, dan keringat ratusan para murid remaja.

Hari ini, suasana kantin terasa berbeda. Lebih padat dan penuh bisik-bisik antusias. Di beberapa meja sudut yang lebih bersih, terlihat kelompok murid yang tidak mengenakan seragam abu-abu Sekte Pedang, melainkan jubah biru langit dengan sulaman awan dan petir.

"Lihat itu," bisik seorang murid sambil menyenggol temannya. "Rombongan dari Istana Shenxiao. Mereka benar-benar datang untuk kunjungan delegasi sebelum turnamen."

"Ssst! Jangan menatap mereka terlalu lama. Kudengar murid-murid Shenxiao sangat arogan. Tapi... gila, murid perempuannya cantik-cantik sekali."

"Katanya 'Dewi Es' Xueya juga ada di sini? Apa dia ada di ruang VIP?"

Di tengah hiruk-pikuk gosip itu, pintu utama kantin terbuka lebar.

Ling Tian melangkah masuk.

Penampilannya sangat kontras dengan tamu-tamu elegan dari Istana Shenxiao. Bajunya sobek memperlihatkan kulit dadanya dengan celana yang penuh debu gua dan tanpa alas kaki. Tapi langkah kakinya seakan memiliki bobot. Dia berjalan lurus menuju loket pembagian makanan, memotong antrean panjang murid-murid lain yang langsung menyingkir karena insting seperti hewan kecil menghindari predator.

"Hei! Antre, Babu!" teriak seorang murid bertubuh kekar di barisan depan. Dia mencoba mendorong bahu Ling Tian dengan kasar.

Dug.

Tangan murid itu menghantam bahu Ling Tian, tapi rasanya seperti memukul tiang pancang pelabuhan. Murid itu justru yang terpental mundur dua langkah sambil memegangi pergelangan tangannya yang kesemutan.

Ling Tian bahkan tidak menoleh sedikitpun. Dia sampai di depan bibi kantin yang tengah memegang sendok sayur dengan tatapan bengong.

"Bibi," kata Ling Tian, meletakkan koin giok hijaunya di meja kayu. "Satu nampan daging, maksudku semuanya."

"Se-semuanya?" Bibi kantin ternganga. "Tapi itu jatah untuk sepuluh orang..."

"Justru itu aku bayar untuk sepuluh orang." tambahnya.

Lima menit kemudian, sebuah pemandangan mengerikan terjadi di sudut kantin.

Ling Tian duduk sendirian di meja panjang, dikelilingi tumpukan piring kosong. Di depannya, ada tumpul gunung daging berasap, ayam panggang utuh, dan sepuluh mangkuk nasi besar.

Dia makan dengan cara yang membuat nafsu makan orang lain hilang. Bukan makan dengan cara yang berantakan melainkan seperti orang yang belum makan berhari-hari.

Dia mengambil satu paha ayam utuh, memasukkannya ke dalam mulut, dan mulai menggigitnya.

KRAK.

Suara tulang patah terdengar jelas. Dia tidak membuang tulangnya. Dia justru mengunyah tulang itu sampai hancur menjadi serbuk, lalu menelannya bersama dagingnya.

Rahangnya bergerak dengan kekuatan hidrolik.

"Pelan-pelan, makhluk primitif," komentar Tuan Kun yang melayang di sebelahnya, tampak jijik. "Kau sedang mengisi ulang kalsium untuk tulang barumu, aku tahu. Tapi kau terlihat seperti orang yang baru keluar dari penjara bawah tanah seratus tahun."

"Memang rasanya seperti itu," gumam Ling Tian di sela kunyahannya.

Murid-murid lain, termasuk beberapa tamu dari Istana Shenxiao yang duduk tak jauh dari sana, menatapnya dengan pandangan aneh.

"Itu si pelayan gila dari Kolam Pencuci Pedang..."

"Kenapa dia makan tulang? Giginya terbuat dari apa?"

"Dia merusak pemandangan di depan tamu..."

Tiba-tiba, sebuah bayangan besar menutupi meja Ling Tian.

Tiga orang murid senior berdiri di sana. Pemimpinnya adalah pemuda tinggi besar dengan wajah kotak yang angkuh. Otot lengannya menyembul dari balik jubah abu-abunya.

Namanya Wang Gang. Kultivator Body Tempering Tingkat 7. Dia adalah algojo tidak resmi di kantin ini, dan semua orang tahu dia adalah anjing penjaga Li Wei.

"Hei, Tong Sampah," Wang Gang menendang kaki meja Ling Tian.

BRAK!

Sup Ling Tian tumpah sedikit.

"Kau duduk di tempatku. Dan kau membuat tamu-tamu kita jijik dengan cara makanmu."

Ling Tian berhenti mengunyah. Dia menelan gumpalan daging di mulutnya perlahan. Kemudian dia mengambil sebuah serbet kasar, mengelap minyak di bibirnya, lalu mendongak.

"Tempatmu?" Ling Tian melihat sekeliling. Kantin masih banyak dengan kursi yang kosong. "Aku tidak melihat namamu tertulis di sini. Yang kulihat cuma tumpahan air liurmu di lantai."

Kantin menjadi sunyi senyap. Wang Gang menyeringai marah, urat lehernya menonjol.

"Kau punya nyali juga setelah menghajar si gendut Li Wei yang lemah itu. Kau pikir kau hebat? Kau cuma pelayan Tingkat 6, aku bisa merasakan auramu yang lemah itu. Beda satu tingkat itu adalah perbedaan diantara langit dan bumi, kau tahu?!"

Wang Gang menggebrak meja lagi, kali ini meja itu retak terbelah dua.

"Keluar dari sini, atau aku akan membuatmu memuntahkan semua tulang ayam itu lewat hidungmu!"

Ling Tian menatap retakan di meja itu. Dia menghela napas panjang, kecewa karena acara makannya diganggu.

"Sayang sekali," gumam Ling Tian. Dia berdiri perlahan. Tingginya kini setara dengan Wang Gang, tapi posturnya lebih rileks.

"Makan dengan tenang adalah hak asasi setiap makhluk hidup. Bahkan anjing liar pun tidak diganggu saat sedang makan."

Ling Tian menatap mata Wang Gang lekat-lekat.

"Tapi kau... kau bahkan lebih buruk dari seekor anjing."

"Mati kau!" Wang Gang meraung. Harga dirinya terluka di depan para tamu sekte lain. Dia melayangkan tinju kanannya lurus ke wajah Ling Tian, dialiri tenaga penuh Tingkat 7.

Angin pukulan itu berdesing tajam. Wusss!

Secara teori, Ling Tian yang hanya Tingkat 6 seharusnya kalah tenaga. Tapi Wang Gang tidak tahu, Tingkat 6 milik Ling Tian adalah Kultivasi Tingkat 6 Kunpeng.

Ling Tian tidak menghindar. Dia hanya membuka telapak tangan kirinya dan... menangkap tinju itu.

PLAK.

Suara daging bertemu daging terdengar kering.

Kepalan tangan Wang Gang berhenti mendadak di telapak tangan Ling Tian. Tidak bergerak satu milimeter pun. Getaran kejut menyebar ke seluruh lengan Wang Gang, membuat bahunya nyeri.

"Apa...?" Wang Gang melotot. Dia mencoba menarik tangannya, tapi rasanya seperti tertanam di dalam catok besi hidrolik.

"Hanya segini tenaga Tingkat 7-mu?" tanya Ling Tian datar, sedikit memiringkan kepala. "Kau kebanyakan latihan pamer otot, tapi tulangnya keropos."

Ling Tian meremas sedikit.

KREK... KRAK...

Bunyi tulang jari yang remuk terdengar mengerikan di kesunyian kantin.

"A-AAAAARGH!" Wang Gang menjerit, lututnya goyah, wajahnya berubah ungu menahan sakit.

"Tadi kau bilang mau membuatku muntah lewat hidung?" Ling Tian mendekatkan wajahnya. Senyum iblis muncul di bibirnya, dingin dan kejam. "Ide bagus. Bagaimana kalau kita coba padamu?"

Ling Tian mengangkat tangan kanannya, mengambil sisa tulang paha ayam yang tajam dan runcing dari piringnya. Dia mengarahkannya lurus ke lubang hidung Wang Gang yang tengah gemetaran.

"Satu... dua..."

"Berhenti!"

Suara wanita yang dingin dan jernih membelah kerumunan.

Suara itu datang dari arah pintu penghubung Ruang VIP. Sosok berjubah putih bersih dengan sulaman teratai biru melangkah keluar, wajahnya tampak kesal, seolah baru saja melarikan diri dari jamuan makan resmi yang membosankan dan malah menemukan keributan ini.

Xueya.

Dia berdiri di sana, memancarkan hawa dingin yang membuat uap nasi di sekitarnya membeku menjadi kristal es.

"Di kantin dilarang berkelahi," kata Xueya datar. Matanya yang bening seperti danau beku menatap lurus ke arah Ling Tian. "Sebagai tamu dari Shenxiao, aku kecewa melihat kualitas kedisiplinan di sini. Lepaskan dia."

Ling Tian menatap Xueya. Dia merasakan Yin di tubuh gadis itu bergejolak tidak stabil.

Tuan Kun terkekeh di kepalanya. "Wah, Tuan Putri datang menyelamatkan rakyat jelata."

Ling Tian tersenyum tipis. Dia melepaskan cengkeraman kasarnya. Seketika Wang Gang jatuh terduduk, memegangi tangannya yang hancur sambil merintih seperti bayi.

"Aku tidak berkelahi, Kakak Senior," kata Ling Tian sopan, melempar tulang ayam itu ke pangkuan Wang Gang. "Aku hanya sedang mengajari dia bahwa mengganggu orang makan itu tidak sopan."

Ling Tian mengambil satu mantou terakhir dari meja, menggigitnya, lalu berjalan santai menuju pintu keluar. Kerumunan murid membelah memberinya jalan dengan tatapan takut.

Saat bahunya sejajar dengan Xueya, Ling Tian berhenti sejenak. Jarak mereka hanya satu jengkal.

Dia tidak menoleh, tapi dia berbisik dengan suara yang hanya bisa didengar oleh telinga kultivator Xueya.

"Dan kau... kau terlihat lebih pucat dari kemarin."

Ling Tian menghirup udara di sekitar gadis itu.

"Saran gratis dariku. Racun dingin di jantungmu itu sedang naik ke paru-paru. Jangan minum teh melati yang disajikan di ruang VIP itu, sifat Yin-nya memperburuk kondisimu. Carilah air jahe merah."

Tanpa menunggu jawaban, Ling Tian melangkah pergi keluar pintu, meninggalkan Xueya yang tengah mematung. Mata gadis itu sedikit membelalak, ekspresi kaget pertama yang merusak topeng dinginnya yang sempurna.

Ling Tian tersenyum sambil mengunyah mantou-nya di bawah sinar matahari pagi.

Perut kenyang hatipun senang. Poin kontribusi terkumpul juga dominasi ditegakkan. Dan benih rasa penasaran sudah ditanam di hati sang dewi es.

Waktunya belanja teknik.

1
Sutono jijien 1976 Sugeng
👍👍👍👍
Sutono jijien 1976 Sugeng
siapa predator puncak 😁😁😁
Sutono jijien 1976 Sugeng
si fang yu hanya jadi badut ,yg Tak tahu apa apa 🤣🤭
Anonymous
Ga kerasa cepet banget udh abis aja 😭
Anonymous
Whooa, apakah sekte matahari hitam itu keroco yang ditinggalkan seberkas kehadiran void Sovereign pada bab prolog?
Renaldi Alvarizi: Hehe mohon dinantikan kelanjutan ceritanya ya
total 1 replies
Anonymous
Alur ceritanya makin kesini makin meningkat, tetap pertahankan
Renaldi Alvarizi: Terimakasih kawan Kunpeng 😁
total 1 replies
Anonymous
up thor
Anonymous
Hahaha Ling Tian punya budak pertamanya
Anonymous
Haha akhirnya badut yang sebenarnya 'Li Wei' mokad juga
Anonymous
Ceritanya bagus, besan dengan yang lain seperti titisan naga, phoenix dsb. Semoga tetap konsisten updatenya.
Joe Maggot Curvanord
kenapa xinxin penyimpanan ataw barang berharga musuh tidak di ambil
Renaldi Alvarizi: Hehe sudah kok kak yang akan digunakan untuk keperluan di bab mendatang namun saya memang lupa memasukkan atau menjelaskannya didalam cerita. Terimakasih atas sarannya.
total 1 replies
Sutono jijien 1976 Sugeng
semoga semakin berkembang ,dan bukan di alam fana ,naik ke alam atas
Renaldi Alvarizi: Hehe tunggu saja kelanjutannya bersama dengan Ling Tian dan Tuan Kun ya kak hehe
total 1 replies
Sutono jijien 1976 Sugeng
belagu si fang yu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!