Ketidaksengajaan nya bertemu seorang pria di sebuah pesta danca membuat nya terpaksa mengakui pria itu sebagai pacarnya, padahal dia tidak mengenal sama sekali pria tersebut.
Hingga dia dibuat terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang dia sewa sebagai pacar semalamnya adalah Presdir diperusahaan tempatnya bekerja........
Aluna Agung Santoso, usia 25 tahun. Cantik. Periang. Somplak. Lucu dan ceroboh dia harus terikat hubungan dengan Presdir nya sendiri.
Alvaro Radiana Putra Zein, Pria matang berusia 30 tahun. Dia Presdir diperusahaan milik keluarga nya sendiri. Dia pria dingin tak tersentuh. Tak pernah tersenyum. Terkesan cuek dan sombong. Pertemuannya dengan seorang gadis mengubah segalanya, dia menjadi pria yang bucin tingkat dewa.
Bagaimana kah kisah mereka?
Yuk simak.
Ini sekedar hiburan jadi mohon bijak dalam menanggapi bacaan.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FitrianiYuriKwon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacarku Presdir-05
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Aluna mengeliat dibalik selimut tebalnya. Cahaya matahari menyinari wajah cantiknya.
Segera gadis itu dengan mata masih terpejam sambil mengumpulkan nyawanya. Aluna menguap beberapa kali sambil mengusik matanya.
"Busyyyettt. Jam 7". Gadis itu melompat dari ranjangn tidurnya dan bergegas ke kamar mandi dengan secepat kilat.
Aluna merampas baju kerjanya dan memakai nya dengan buru-buru. Dia memasukkan alat make up nya kedalam tas, serta mengambil laptop dan memakai sepatu nya. Tak lupa jam tangan melingkar di tangan munggil nya. Jam tangan pemberian Rayyan saat dia ulang tahun.
"Bunda, keterlaluan nggak bangunin gueee". Gerutunya sambil menguncir rambutnya asal.
Aluna turun kebawah dengan langkah buru-buru sudah pasti kedua sahabatnya akan mengomelinya dengan panjang kali lebar kali tinggi.
"Pagi semua". Aluna duduk sambil meletakkan tas nya "Bunda, kok nggak bangunin Aluna sihh?". Protes nya sambil roti yang diberikan oleh Kakak iparnya "Makasih Kakak baik". Senyum Aluna.
"Hei, dengerin nya putri Bunda. Bunda udah gedor-gedor pintu kamar kamu, tapi kamu nya aja yang emang susah bangun". Cibir Kanti kesal.
Santoso menggeleng melihat perdebatan putri dan istrinya.
"Makan yang bener Dek". Tegur Arya
"Iya Kak". Sahut Aluna.
"Kamu berangkat bareng Kakak aja. Yura sama Mira udah berangkat duluan, karena nggak mampu nungguin kamu". Ujar Arya lagi.
"Iya Kak". Jawab Aluna.
Setelah makan Aluna bersiap-siap untuk berangkat.
"Putra-putra Bunda". Aluna merentangkan tangannya agar kedua bocah kembar itu mau memeluknya.
"Bunda". Kedua nya menghujani wajah Aluna dengan ciuman bertubi-tubi. Hingga membuat Aluna terkekeh.
"Ayah, Bunda, Kak Lia. Aluna berangkat dulu yaaa". Aluna menyalimi kedua orangtuanya.
"Iya sayang". Santoso mendaratkan ciuman dikening putrinya.
"Ntar, pulang dari kantor temanin Bunda belanja". Ujar Kanti menerima uluran tangan putri bungsunya.
Aluna memutar bola matanya malas. Dia paling tidak suka menemani Ibu nya belanja.
"Ajak Kak Lia aja Bunda". Seru Aluna.
"Kagak bisa. Kakak kamu mau nemenin Bara dan Brayn ke sekolah". Sahut Kanti cepat. Dia tahu kalau putrinya ini tidak suka belanja.
"Iya dehhh. Yang muda ngalah". Ucap Aluna dengan mulutnya komat-kamit.
Kanti terkekeh geli dan ingin rasanya dia mengigit wajah putrinya itu. Selalu membuat nya gemes.
Aluna dan Arya berangkat. Arya seorang dokter spesialis penyakit dalam dan bekerja disebuah rumah sakit ternama, karena kepintarannya dan prestasi nya membuat dia diterima bekerja disana. Sedangkan istrinya Lia, juga seorang dokter umum. Namun setelah menikah, Arya tidak mengizinkan lagi istrinya bekerja dan harus fokus mengurus kedua putra kembar mereka.
Didalam mobil Aluna sibuk memasang foundation dan bedak diwajahnya.
Arya tersenyum sambil menggeleng salut "Kamu beneran nggak sempat pasang make up dirumah Dek?". Ujar Arya salut.
"Kagak Kak. Kak Arya tahu kan, setiap malam Aluna sibuk Mulu. Ehhh tapi semalam kenapa Aluna tiba-tiba ada dikamar ya. Perasaan Aluna lagi nonton dirumah Kak Ray. Bareng Yuyur, Bang Yuyu, Mimir dan Bang Yayan?". Aluna tampak berpikir.
Arya gemes sendiri melihat adiknya "Kemarin Ray yang nganterin kamu ke rumah". Sahut Arya.
"Serius Kak?". Arya mengangguk "Astaga, malu ya. Kak Ray pasti liat aku tidur kek anak kecil". Desah Aluna malu.
"Nggak usah malu. Kan udah biasa sama Ray". Arya tersenyum menimpali ucapan adiknya.
"Menurut Kak Arya. Kak Ray itu gimana sihh?". Aluna mengigit bibir bawahnya menunggu jawaban Arya
"Baik. Tampan. Pintar. Kaya". Jawab Arya "Kenapa kamu suka sama dia?". Tanya Arya menyelidik namun tertawa kecil melihat wajah merah adiknya.
"Ihhhh, nggak lah. Kan Aluna cuma nanya doangggg". Kilah Aluna menahan senyum.
"Kalau emang suka nggak usah dipendam Dek. Sebelum keduluan sama orang lain". Nasehat Arya.
"Nggak ahh Kak. Masa iya cewek yang nembak duluan. Turunlah martabat jomblo Aluna". Sahut Aluna.
Arya tertawa kecil mendengar jawaban adiknya. Arya tahu jika Rayyan dan Aluna saling menyukai. Tapi entah kenapa keduanya masih membisu masalah perasaan.
Sebagai seorang Kakak, Arya sangat menyukai kepribadian Rayyan yang baik dan juga sopan. Serta selalu melindungi Aluna. Arya sangat berharap jika kedua orang itu segara mengakui perasaan mereka.
Sampai digedung pencakar langit. Aluna langsung turun. Tak lupa dia menyalimi Kakak nya sebelum masuk.
Aluna masuk kedalam lift. Dia memperbaiki penampilan nya. Tak lupa nametag dia pasang disaku baju sebelah kirinya.
Aluna membuka ikatan rambutnya dan menyisir rambut nya dengan tangan. Poni nya bertengger rapi dikeningnya membuat gadis itu imut dan juga menggemaskan.
Aluna keluar dari lift.
"Baru nyampe Lun?". Tanya Yura menahan tawa. Dia yakin jika sahabat nya itu akan mengomel karena ditinggalkan
Aluna mencebik kesal "Elu, berdua keterlaluan banget sihh, gueee ditinggal". Gerutu Aluna.
Yura dan Mira tertawa kecil "Ehhh, Lun. Kita berdua udah hampir karatan nungguin elu. Elu nya aja yang emang dasar tukang molor". Omel Yura. Sementara Mira menggeleng sambil tertawa kecil.
"Udahhh, ahhh. Guee mau ke ruangan dulu".
Aluna mellengang pergi keruangan nya. Ruangan mereka memang berbeda. Mira dan Yura berdekatan. Sedangkan ruangan Aluna tidak jauh dari ruangan Presdir
"Pagi Lun". Sapa Andre. Pagi-pagi dia sudah menampilkan senyum manis saat melihat Aluna masuk kedalam ruangan.
"Pagi Pak". Balas Aluna juga.
"Ohhh yaaa, gimana proposal kemarin?". Tanya Andre.
"Rebes pak". Sahut Aluna mengambil maff dalam lacinya "Ini Bapak tinggal sign in aja disini. Nahh ini proyek kan 5 M pak. Kek nya butuh ACC dari Pak Presdir. Ntar saya buatin rincian dananya".
"Oke Lun kamu atur aja semua nya ya". Suruh Andre "Minggu depan Pak Presdir baru yang gantiin Pak Zein. Saya mau kamu yang handle dan hold semua laporan dari semua divisi. Pastikan nggak ada yang selisih. Karena Presdir baru kita teliti sama laporan. Jadi kamu pastikan nggak ada yang salah atau selisih". Tintah Andre.
"Siap Pak".
"Ohh ya. Setelah proyek yang 5 M nanti berhasil. Saya mau kamu buat proposal baru untuk pembangunan hotel di Bandung. Ntar Pak Presdir sendiri yang bakal nangani, karena ini proyek pertama dia". Jelas Andre..
"Siap laksanakan Pak".
Jika masalah proyek dan proposal serta pengaturan dana, maka Aluna ahlinya. Bahkan gadis itu mendapat penghargaan sebagai staff terbaik dan termuda. Aluna juga biasa menangani keuangan perusahaan. Dia mendapat kepercayaan untuk mengelola data dan keuangan perusahaan.
Tak heran karena Aluna memang cerdas dan cepat tanggap. Andre saja salut dengan kemampuan gadis itu. Aluna juga menguasai dunia IT, semua data perusahaan dia yang melindungi. Jika ada hacker yang mencoba masuk, maka secepat kilat Aluna memblokirnya.
Bersambung.....