Novel ini sakuel dari novel "Cinta yang pernah tersakiti."
Tuan, Dia Istriku.
Novel ini menceritakan kehidupan baru Jay dan Luna di Jakarta, namun kedatangannya di Ibu Kota membuka kisah tentang sosok Bu Liana yang merupakan Ibu dari Luna.
Kecelakaan yang menimpa Liana bersama dengan suami dan anaknya, membuatnya lupa ingatan. Dan berakhir bertemu dengan Usman, Ayah dari Luna. Usman pun mempersunting Liana meski dia sudah memiliki seorang istri dan akhirnya melahirkan Luna sebelum akhirnya meninggal akibat pendarahan.
Juga akan mengungkap identitas Indah yang sesungguhnya saat Rendi membawanya menghadiri pesta yang di adakan oleh Jay.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan dari suami
Drttt
Drttt
Drttt
Jay yang tengah tertidur merasa terusik saat ponselnya tiba-tiba bergetar, matanya masih sulit untuk di buka karena rasa kantuk yang teramat sangat, Ia meraba nakas yang ada di samping ranjang dan meraih ponselnya, tanpa membaca siapa yang menghubunginya, Jay langsung menerima panggilan itu.
"Hallo." Sapa Jay dengan suara serak khas bangun tidurnya, dia bahkan sama sekali tak membuka matanya.
"Hallo Mas, Mas dimana?" Tanya seorang laki-laki yang merupakan adik Ipar Jay.
"Di rumah, kenapa?" Tanya Jay.
"Mas, Hari ini aku tidak bisa ke kantor, karena aku dan Rahma masih di Bandung, ada yang harus aku selesaikan disini." Ucap Aryas, "Mas bisa kan Handel semua pekerjaan dulu?" Tanyanya kemudian.
"Hemmmmm." Sahut Jay yang hampir saja kembali terlelap.
"Mas, apa Mas masih tidur? Ini sudah jam berapa Mas, sudah hampir jam delapan." Ucap Aryas sedikit meninggikan suaranya agar Jay segera bangun, sontak Jay terperanjat dan gegas membuka matanya.
"Astaghfirullah, Maaf Yas, Mas kesiangan. sudah ya, Mas akan segera bersiap." Ucap Jay gegas mematikan sambungan telponnya lalu berlari ke kamar mandi.
Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk Jay bersiap, kini dia sudah mengenakan setelan Jas berwarna navi, serta sepatu hitam. Ia gegas meraih tas hitam yang ada di sofa, lalu menghampiri sang istri.
"Sayang, maaf ya aku ke kantor dulu, kamu baik-baik disini." Ucap Jay mencium kening Luna yang masih tertidur.
Jay tak berniat membangunkan Luna, karena merasa tak tega, Ia tau Luna pasti sangat lelah, jadi dia membiarkan Luna tetap tidur. Jay pun gegas keluar dari kamar.
"Selamat pagi Tuan." Sapa Pak Mat yang sudah berdiri di depan kamar Jay untuk menyambut Tuannya.
"Pagi." Sahut Jay seraya menutup pintu kamarnya.
"Maaf Tuan, Mau langsung berangkat atau sarapan dulu?" Tanya Pak Mat seperti biasanya.
Jay melirik Jam di tanganya yang sudah menunjukan pukul delapan lewat sepuluh menit.
"Saya langsung berangkat saja Pak Mat." Jawab Jay, "Tolong jaga istri saya, dia masih tidur, nanti kalau dia bangun, minta seorang pelayan untuk membawakan sarapan ke kamar, lalu minta dia untuk menemani Nyonya di kamar, saya yakin istri saya butuh teman untuk mengobrol saat saya tidak ada, dan minta pelayan itu untuk menyiapkan semua keperluan istri saya. Saya akan pulang saat jam makan siang nanti." Titahnya panjang lebar.
"Baik Tuan." Sahut Pak Mat seraya menggeser tubuhnya untuk memberi jalan pada Tuannya yang akan segera pergi ke kantor.
"Pagi Tuan." Sapa Gani yang sudah stay berdiri di samping mobil.
Jay mengangguk seraya tersenyum, "Saya berangkat ke kantor sendiri, Kamu dan Ardan tetap berjaga disini, tolong kamu awasi rumah ini, jangan izinkan siapapun masuk tanpa izin dari saya." Titah Jay.
"Baik Tuan." Sahut Gani gegas membukakan pintu mobil untuk Jay.
Mobil yang di tumpangi Jay pun perlahan melaju, seorang penjaga segera membuka gerbang, dan mobil itu pun meninggalkan halaman rumah mewah itu.
Jay berangkat ke kantor tanpa menikmati sarapan pagi, mengingat jam sudah menunjukkan pukul delapan lebih, padahal Aryas tadi mengiriminya pesan bahwa ada jadwal meeting dengan klien pagi ini.
Setibanya di perusahaan, Jay berjalan tergesa-gesa menuju ruangan yang biasa ditempati oleh Aryas.
"Selamat Pagi, Pak Jay." Sapa semua karyawan yang berpapasan dengan Jay.
Jay hanya menanggapinya dengan anggukan dan senyuman.
"Selamat pagi Pak Jay, selamat datang kembali di kantor ini." Sapa seorang wanita bernama Vina yang meja kerjanya berdampingan dengan Jay.
"Pagi Vin." Sahut Jay, "Oh ya, Pak Aryas tak bisa datang, saya yang akan mewakili beliau untuk meeting pagi ini." Sambung Jay.
"Baik Pak." Sahut Wanita bernama Vina itu.
Jay gegas masuk ke dalam ruangan Aryas untuk mengambil berkas-berkas yang akan menjadi materi meeting.
Masih ada waktu lima belas menit, Jay pun memanfaatkannya untuk mempelajari materi meeting, hingga akhirnya seseorang mengetuk pintu ruangan milik adik iparnya itu.
"Masuk." Sahut Jay, namun tetap membaca berkas di depannya.
"Permisi Pak Jay, Pak Suroto sudah menunggu anda di ruang meeting." Ujar Vina.
"Okey, saya akan segera kesana." Ucap Jay yang segera menghentikan membaca laporan yang sedang Ia pelajari.
"Baik Pak." Sahut Vina gegas keluar dari ruangan itu.
Jay bangkit dari duduk nya, lalu merapihkan berkas yang baru separuh Ia baca itu, setelahnya dia gegas pergi ke ruang meeting.
***
Sementara di rumah.
Luna gelagapan saat bangun tidur dan melihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.
"Astaghfirullah, sudah siang." Dia mengucek matanya kemudian berniat membangunkan suaminya, namun tak ada siapa-siapa di sampingnya.
"Apa mungkin Mas Jay sudah berangkat ke kantor." Tebaknya lalu matanya menangkap sesuatu yang ada di atas nakas.
Tangan Luna meraih benda itu tanpa turun dari ranjang, ternyata Jay meninggalkan sebuah ponsel dan juga surat disana.
"Sayang, maaf ya, Mas ngga bangunin kamu, Mas ngga tega, kamu pasti sangat lelah. Mas berangkat kerja dulu ya, kamu baik-baik di rumah, kalau ada apa-apa segera hubungi Mas, Kamu bisa menggunakan ponsel milik Mas ini. Salam sayang. Suamimu." Isi pesan dalam surat itu.
"Kamu ini Mas, kenapa ngga bangunin Luna aja, pake nulis surat segala." Gumam Luna seraya melipat kembali kertas itu, "Awas aja kalau pulang." Sambungnya menerbitkan senyum tipis lalu menyalakan ponsel yang ternyata sudah banyak pesan masuk dari suaminya.
"Sayang"
"Kamu masih tidur ya?"
"Ya ampun, nyenyak nya istriku tidur."
"Masih belum bangun ya?"
"Tidak ada balasan, berarti masih tidur ya?"
"Sayang."
"Sayang."
"Baiklah, tidak apa-apa, yang pasti Mas udah coba bangunin loh, jadi jangan salahin Mas ya, kalau kamu bangunnya kesiangan."
Luna tersenyum membaca serentetan pesan dari suaminya yang hanya berjeda beberapa menit itu.
Baru saja dirinya mengatakan akan memarahi Jay saat pulang nanti, tapi ternyata sudah ada pesan dari sang suami yang akan menjadi alasan suaminya untuk mengelak.
Seakan Jay tau kalau Luna akan marah, "Apa ini? Mas Jay hanya mengirim pesan saja, kenapa ngga coba telpon aja, dia pasti sengaja supaya aku ngga bangun." Ucap Luna saat memeriksa riwayat panggilan dan sama sekali tidak ada panggilan yang masuk dari suaminya.
"Dasar curang." Umpat Luna namun bibirnya kembali tersenyum, dia pun beranjak dari tempat tidurnya lalu memilih untuk segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Semalam dia bahkan tak sempat mandi karena ketiduran.
"Ya ampun, kamar mandinya saja lebih besar dari kamarku di kampung." Luna kembali di buat tercengang melihat kamar mandi yang begitu indah dan bersih.
Ada begitu banyak perlengkapan mandi dan tidak hanya ada bak mandi saja, tapi disana ada wastafel, Shower dan lain sebagainya entah Luna tidak tau nama benda itu, ini sangat jauh berbeda dengan kamar mandi di rumah Ayahnya, yang hanya ada Closet dan juga ember serta gayung berbentuk love.
Luna menelusuri setiap sudut di kamar mandi itu. "Ini cara pakainya gimana?" Ucap Luna yang begitu ingin mandi di bawah guyuran air Shower, namun dia bingung untuk menyalakannya.
Dia mencoba memutar sesuatu yang menempel di tembok yang Ia yakini adalah Kran dari Shower itu.
Dan benar saja, gemericik air keluar dari lubang lubang kecil shower itu, "Ahhh begitu ternyata." Ucapnya senang, lalu dia segera memulai untuk mandi.
Luna begitu menikmati mandinya, hingga tak terasa Luna sampai menghabiskan waktu selama hampir setengah Jam, Luna keluar dari kamar mandi dengan menggunakan Jubah mandi nya serta handuk yang melilit di kepalanya.
"Astaghfirullah." Pekik Luna saat melihat seseorang yang berdiri di dekat pintu.