NovelToon NovelToon
Blow Me

Blow Me

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:453
Nilai: 5
Nama Author: nadhi-faa

Cinta yang di nanti selama delapan tahun ternyata berakhir begitu saja. Harsa percaya akan ucapan yang dijanjikan Gus abid kepadanya, namun tak kala gadis itu mendengar pernikahan pria yang dia cintai dengan putri pemilik pesantren besar.

Disitulah dia merasa hancur, kecewa, sekaligus tak berdaya.

Menyaksikan pernikahan yang diimpikan itu ternyata, mempelai wanitanya bukan dirinya.

menanggung rasa cemburu yang tak semestinya, membuat harsya ingin segera keluar dari pesantren.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadhi-faa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18

Axel lebih dulu bangun karena dia terbiasa tidur dengan waktu sebentar, begitupun dengan harsa yang terbiasa bangun pukul tiga dini hari.

Harsa masih melenguh, dia masih berat untuk membuka mata, bau wangi yang beraroma citrus dan musk itu membuat nyaman, dia ingin tidur kembali.

namun tak lama kesadarannya terkumpul kembali, wangi maskulin khas parfum pria yang menusuk hidungnya itu seketika membuat bola matanya membelalak lebar. seketika pandangannya langsung menghadap pada dada bidang seorang pria.

harsa mendongakkan kepalanya, pertama kalinya pemandangan pagi yang tak biasa ketika dia menatap wajah suaminya. harsa membungkam mulutnya segera, sebelum bibirnya menjerit karena terkejut.

Dia segera menatap sekeliling, guling dan bantalnya menggelinding kebawah, dia telah melewati batas yang dibuatnya sendiri.

dengan gerakan kecil, harsa menggeser tubuhnya. bergegas bangun dan turun dari ranjang, sebelum pria disampingnya menyadari kondisi saat ini.

"sudah bangun sayang."

tanya umma halimah yang melihat harsa sudah keluar dari kamarnya dengan mukena.

"sudah umma."

"suamimu gak ikut tahajud."

"kayaknya enggak umma, mas axel tadi malam lagi nglembur. tidurnya kayaknya larut malam."

umma halimah mengangguk mengerti. namun bibirnya tersenyum kecut.

Axel baru membuka mata ketika harsa sudah keluar dari kamar. Dia akan pergi ke masjid ketika adzan subuh.

Axel memijat pelipisnya yang sedikit pening karena tidak bisa tidur dengannya nyenyak, ini semua karena hasratnya.

jika terus menerus begini, dia akan sakit kepala setiap hari.

axel menyesal dengan ucapannya semalam.

***

"harsa, boleh umma tanya?."

"iya ma."

"kamu kan udah menikah, umma berharap kamu dapat melaksanakan peran sebagai istri yang baik untuk suamimu. jadi apa kamu sudah melaksanakan kewajiban sebagai istri?."

"maksudnya apa umma?."

umma halimah mengernyit kening, dia baru sadar jika dia tidak pernah mengajarkan putrinya itu tentang bab berumah tangga, dan sepertinya harsa juga melewati pelajaran pra -nikah.

"ya udah nanti umma jelaskan."

pagi-pagi dapur ndalem sudah disibukkan oleh tiga wanita yang tengah memasak. neng elsa yang memang sudah bisa memasak itu tentu sangat cekatan, berbeda dengan harsa yang tidak terlalu bisa memasak.

"sa, suamimu mau kamu masakkan apa?."

tanya umma halimah pada harsa yang sibuk memotong ayam.

"apapun yang umma masak."

"maksudnya, apakah ada makanan khusus yang ingin dia makanan."

"kayaknya enggak dech umma."

umma halimah hanya bisa berdesis pelan, sudah bisa ditebak putrinya itu tidak begitu peduli.

"ya udah kamu selesaikan potong ayam-nya."

harsa menghela nafas berat, kondisi seperti ini bukanlah sesuatu yang dia inginkan.

satu jam barulah masakan sudah selesai. neng elsa membuatkan perkedel jagung untuk gus abid.

umma halimah menata masakan diatas meja, dan bertepatan Axel keluar dari kamar dengan pakaian formalnya.

"harsa!!!."

"iya umma."

Dengan cepat harsa menghampiri ibu angkatnya.

umma halimah memberi kode pada harsa.

"cepat kamu urus suamimu."

ucapnya kemudian kembali ke dapur.

harsa menghela nafas pelan, kemudian dia menghampiri axel.

"perlu bantuan om?."

tanya harsa.

"masuk."

perintah Axel. harsa segera membuntuti suaminya.

Pria itu melepas kemejanya yang membuat harsa melongo, mata gadis itu melebar, namun dengan cepat dia berpaling.

pagi-pagi dia harus melihat tubuh seorang pria yang tiba-tiba telanjangnya di depannya.

"butuh di strika, kamu bisa kan?."

"iya bisa, tapi ada upahnya kan."

Ucap harsa dengan menyodorkan telapak tangannya.

"nanti."

"enggak kok om, bercanda."

harsa langsung keluar kamar. dia tidak mau lama-lama melihat pemandangan indah.

"ciye pengantin baru udah nongol di kamar asrama aja pagi-pagi."

celetuk talita, yang melihat sahabatnya datang dengan menyampirkan pakaian di tangannya.

"butuh setrika gue."

tak menanggapi candaan sahabatnya dan fokus untuk segera menyelesaikan pekerjaan pertamanya.

"itu di bawah kolong ranjang."

harsa segera mengambil setrika yang ditunjukkan talita, membentangkan sajadah sebagai alas.

"kemeja siapa sa?."

"siapa lagi."

"ya siapa tau kemeja gus abid yang lo setrika kan."

"udah di handel sama istrinya."

"hahaha, iya sich. eh gimana malam pertamanya."

harsa menghela nafas menatap sebal sahabatnya itu.

"kepo loe.."

"iya donk, sahabat gue ini udah di unboxing belum, tapi dilihat dari jalan loe kayak nya belum."

"apaan sich, loe bisa diem gak sih ta..."

"iya iya gue diem nyonya."

"eh sa, nanti bantuin gue berkemas ya."

"iya. kalau gak sibuk."

Setelah selesai, harsa langsung kembali. kenapa dia memilih menyetrika baju suaminya di kamar asrama, karena dia tahu setrika ndalem di bawa neng elsa ke kamarnya.

Harsa segera masuk kedalam kamarnya, dia hampir menjerit ketika melihat Axel masih dengan kondisi yang sama.

"om loe punya kaos apa gak sich."

gerutu harsa, dia langsung menyodorkan kemeja pria itu.

"menurut mu, apa aku setua itu?."

harsa mengernyit keningnya ketika axel bertanya sambil menggunakan kemejanya.

"mungkin."

"tapi aku suami mu."

"iya aku tau,"

"jangan panggil itu."

setelah mengancing kemejanya, axel segera keluar dari kamar. harsa masih diam dengan sikap suaminya itu.

"kenapa dia? memang diakan sudah tua. "

Harsa segera menyusul. dimeja makan semua sudah duduk kecuali dia dan gus abid yang baru saja datang.

Kini harsa akan memulai membiasakan diri menyiapkan nasi di piring suaminya.Dia takut di komen umma halimah lagi seperti tadi malam.

Apa yang dilakukan harsa, tak sengaja di perhatian gus abid, dan pandangan kakak iparnya kepada istrinya itu tanpa sengaja terlirik oleh axel. pandangan gus abid pada istrinya yang tak biasa itu menjadi tanda tanya. Axel adalah seorang Street smart, dia seorang pemimpin dan pebisnis jadi dia mampu membaca situasi dan kondisi yang dihadapinya.

ghem

Axel berdehem pelan, dia menatap piringnya kemudia beralih pada wajah harsa yang fokus mengisi lauk di piringnya sendiri.

Axel tersenyum kecil, namun tak ada orang yang mengetahui jika dia sedang tersenyum.

dia menarik piring harsa, yang membuat gadis itu menoleh spontan dengan cepat. dari gerak mimik wajah gadis itu yang penuh tanda tanya sekaligus kesal, dan ingin berkata, namun di telan mentah karena ada orang.

"harsa seharus nya kamu mengisi lauk sekalian di piring suamimu."

ucap umma halimah yang mengetahui-nya.

"aku kan tidak tahu om, mas axel suka yang mana umma."

umma halimah mengangguk namun tak lama harsa harus kembali mendapatkan wejangan.

"biasakan untuk memanggil suamimu dengan benar."

"baik umma, harsa akan membiasakan diri."

ucapnya dengan senyum jengkel.

entah mengapa penderitaan gadis disampingnya itu membuat hiburan tersendiri untuk axel. ketika harsa harus terpojok oleh kata-kata dari ibu angkatnya.

"axel, kamu jangan diam saja jika harsa tidak sopan denganmu, maaf kan umma yang kurang mendidiknya."

"ya tan."

Singkat padat, sebenarnya dia tidak terlalu peduli.

harsa kesal, dia melirik sebal sesaat pada pria disampingnya.

apalagi setelah melihat piringnya, dia tadi mengisi nasi suaminya lebih banyak nasi dari pada miliknya. tentu dia tahu porsi makan pria dan wanita berbeda. ingin mengembalikan, itu tidak sopan, akhirnya dia menumpukkan lauk diatasnya, urusan belakang jika nanti dia tidak habis.

di tengah keheningan sarapan pagi, harsa melirik piring suaminya. dengan gerakan cepat harsa memindah nasi di piringnya ke piring suaminya. masa bodoh jika itu sesuatu yang tidak baik atau dibilang dia telah memberikan sisa makanan pada suaminya. kemudian dia melirik sekitar, menghela nafas pelan setelah penghuni meja makan sibuk dengan piring masing-masing.

Axel melirik harsa sekilas, namun dia tidak protes akan tingkah isterinya yang memberikan sisa makan di piringnya, dengan tenang dia menyuap kembali makanan di piringnya.

kejadian itu sebenarnya terlihat oleh gus abid. dada pria yang masih memiliki perasaan pada adik angkatnya itu sakit melihat pemandangan beberapa detik tadi. apalagi Axel dengan tenang memakan sisa makanan adiknya tanpa protes, membuat dia iri pada pria yang lebih tua darinya itu.

Axel yang diam dan dingin itu mampu mengalihkan perhatian harsa padanya. tanpa sadar jika gus abid tengah cemburu.

Setelah sarapan, harsa harus mengantar suaminya kedepan, itu hanya sebagai bentuk formalitas-nya sebelum dia kembali terkena ceramah umma halimah.

harsa keluar kamar sambil membawa tas axel setelah drama kecil dikamar.

"kamu sudah mau berangkat kerja ya?."

"iya tan."

di ndalem hanya tersisa umma halimah, yang lainnya sudah keluar dalem dengan kesibukan masing-masing.

mau tak mau axel menghampiri ibu mertuanya itu dan berpamitan.

Sedangkan harsa mengekori dibelakangnya layaknya anak itik.

"ya sudah, hati-hati dan antarkan suami mu kedepan."

"iya umma."

Axel ingin tertawa melihat wajah istri kecilnya itu yang tertekan dan terpaksa melakukan apa yang tidak diinginkan nya.

Di depan ndalem, mobil hitam menunggu. harsa yang melihat lambang didepan mobil itu cukup tercengang.

ah ternyata suaminya ini sangat kaya raya. namun harsa bersikap biasa saja. dia tidak mau terlihat norak di depan pria kaya.

takutnya axel semakin congkak didepan nya yang tidak punya apa-apa ini.

max yang ada didepan kemudi itu memperhatikan pasangan suami istri yang masih di teras ndalem.

pemandang pagi yang langka, ketika melihat wajah datar bosnya dan wajah tengil istrinya yang seperti sedang memasang wajah jutek itu.

Axel mengulurkan tangannya untuk mengambil tasnya, harsa yang tak peka itu hanya menatap.

"tas."

"ah ya,"

responnya yang tersadar jika dia membawa tas kerja suaminya.

"kau ingin mengulur waktu kerja ku."

dengan spontan harsa menyodorkan tas pria itu didepan dada axel.

"aku tidak tertarik mengulur waktu anda om. cepat berangkat dan semoga perjalan anda menyenangkan."

kata-kata indah jika diucapkan dengan senyuman, namun sayang gadis didepannya itu mengucapkan dengan rasa kekesalan.

Axel mengambil tasnya. dia ingin mengulurkan tangannya, namun istri kecilnya itu terlanjur berbalik dan masuk kedalam.

"ah, ternyata pernikahan kali ini, tidak seindah yang dibayangkan. kasian pak bos di abaikan, ternyata masih ada perempuan yang masih waras."

ucap pelan max yang menjadi pengamat rumah tangga bosnya itu.

Axel segera masuk kedalam. meski istrinya itu sedikit kurang ajar dan tidak sesui ekpektasi dari latar belakangnya. entah mengapa axel malah menyunggingkan bibirnya.

apa tuan muda sudah gila...

Batin max yang tak sengaja melihatnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!