Arabella, dibesarkan oleh orangtua angkatnya yang cukup kaya raya, namun tidak pernah memberikannya kasih sayang. Hingga suatu hari, perusahaan orangtuanya terancam gulung tikar. Dan yang paling mengejutkan, bahwa dirinyalah yang menjadi jaminan atas semua hutang-hutang yang ada.
Elvan Aristides, seorang CEO dari sebuah perusahaan terbesar dan ternama. Status itu hanyalah peralihan dari kedudukannya, sebagai leader dunia bawah yang merupakan seorang psycopath dengan kekejamannya. Darinya tidak ada kata kasihan dan kesempatan kedua, bahkan dalam hidupnya tidak ada makhluk yang bernama wanita.
Dipertemukan oleh takdir, membawa mereka kedalam ikatan percintaan. Dipenuhi dengan berbagai halangan dan rintangan yang cukup berat, membuat ikatan tersebut semakin kokoh.
Sanggupkah Arabella untuk menghadapi dan menerima takdir tersebut?
Akankah seorang psycopath dan kejam mendapatkan cintanya?
Mohon dukungan like dan hadiahnya ya dan jangan lupa untuk tanggapannya, agar outhor menjadi semangat dalam berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6.
Sinar matahari pagi memasuki setiap celah pada mansion tersebut, semua asisten rumah sudah mulai bekerja mengerjakan pekerjaan yang biasa mereka lakukan.
" Permisi, apakah aku boleh membantu?" Tanya Ara yang saat itu memasuki dapur dan melihat beberapa dari asisten rumah sedang melaksakan pekerjaannya.
" Ara, kamu bisa membantu pekerjaan apa saja yang bisa kamu kerjakan nak." Suara wanita yang sudah sedikit sepuh, dia adalah nany. Kepala asisten rumah tangga di mansion besar tersebut, sangat disegani oleh seluruh para pelayan yang ada.
" Nyonya, baiklah." Ara sedikit terkejut dengan jawaban yang tiba-tiba saja terlontarkan dan dari mana arahanya saja tidak diketahui. Wanita itu muncul seketika, tepat disaat menepuk pundaknya.
" Ah, lebih baik kau membangunkan anak pemalas itu saja. Aku sudah lelah turun naik tangga, anak itu memang sangat kurang ajar. Membiarkan wanita tua ini, untuk selalu berolahraga dengan tangga. Ara, cepat kau bangunkan tuan muda." Wanita sepuh berkacamata itu memerintahkan Ara.
" Sa saya nany?" Kaget, itulah yang Ara rasakan. Bagaimana bisa, dia membangunkan pria kejam dan tidak punya hati itu.
" Disini, namamu Ara kan? Apa ada Ara yang lainnya, aish! Kalian yang muda, tapi otaknya sudah mulai menua. Sudah, cepat sana." Nany menggerakkan tangan, seakan-akan mengusir keberadaan Ara disana.
Dengan perasaan yang tak menentu, Ara terpaksa melaksanakan perintah dari Nany. Tidak akan ada yang berani menentang perkataannya, sebagai tertua didalam mansion yang selalu dihormati.
Dasar perempuan sialan, baru saja sehari dimansion ini. Sudah pandai bermuka dua, awas saja jika dia berani menggoda tuan muda. Dia akan berurusan denganku langsung, jangan sebut aku Friska kalau dia tidak bisa aku kalahkan.
Friska, salah satu maid yang mengabdikan dirinya untuk bekerja dimansion tersebut, dengan alih untuk mengantikan seseorang maid yang pulang kekampung halamannya. Usianya masih bisa dibilang sangat muda, tapi sikapnya sungguh membuat penghuni lainnya menjadi geram.
" Jangan banyak mimpi non, nanti jatuh. Atit deh." Mila, maid yang bertugas sebagai koki bersama dua maid lainnya mencibir Friska.
" Diam kalian! Lihat saja, tuan muda Elvan akan aku luluhkan. Dan kalian, akan aku pastikan menjadi gelandangan." Friska mencibirkan bibirnya kepada maid yang menggunjing dirinya dan berlalu dari sana.
" Lihat gayanya, sungguh membuat mataku sakit. Nggak sadar apa, tu muka udah kayak tembok lumutan. GR banget." Mila sangat geram akan sikap friska yang tidak pernah sopan dengan penghuni lainnya.
" Iya juga sih, tapi. Kasihan juga si Ara, kayaknya tuan muda dendam banget sama dia. " Yuri, ia tidak sengaja melihat kejadian didapur semalam.
" Dari mana lu tahu kalau tuan muda dendam sama si anak baru? Sudah jadi penguntit ya lu." Mata Mila menatap Yuri dengan mata menyipit.
" Hei! Masih bergosip, maka bersiaplah untuk angkat kaki." Nany mengeraskan suaranya, saat ia memergoki mereka sedang asik bercerita.
" Nany!"
Mila dan Yuri terkejut mendengar suara kerasnya si pemimpin para maid, dengan beracak pinggang ia melotot kepada mereka berdua yang menjadi salah tingkah. Mereka pun lari dan seger mengerjakan pekerjaan yang sebelumnya sedang dikerjakan.
Berjalan dengan sangat perlahan, Ara menaiki satu demi satu anak tangga yang ada. Detak jantung yang begitu cepat dan jarak pun semakin mendekat, Ara meremas kedua telapak tangannya.
" Kamarnya yang mana ya, masa' turun dan naik lagi untuk bertanya sama Nany. Aduh, Ara, Ara. Intip sajalah satu-satu."
Kamar pertama, menundukkan sebagian tubuhnya. Keadaan mata yang menutup pada salah satunya mulai menatap dengan tajam pada lubang pintu, merasa bukan kamar yang ia tuju. Lalu Ara berpindah kekamar berikutnya, lagi-lagi menundukkan sebagian tubuhnya dan mata yang melihat pada lubang kecil.
" Kok nggak kelihatan ya, apa didalam tidak dinyalakan lampu. Gelap dan ..."
Jari telunjuk itu menekan lubang kecil tersebut, yang dimana Ara menyangka jika lubang tersebut tersumbat.
" Ni kamar apa bukan ya? Kok aneh banget, lubang pintunya saja lembut banget. Nggak terlihat apa- apa, coba ditekan lebih kuat sedikit. Siapa tahu lubangnya terbuka."
Penuh keyakinan, Ara kembali menggunakan jemarinya untuk menekan lubang yang ia yakini tersumbat. Dengan kekuatan penuh, Ara menekan hingga pada akhirnya ada sebuah tangan yang menempel pada keningnya.
" Akh!"
Tubuh mungilnya Ara terdorong mundur ke arah belakang dan bokongnya terhempas ke lantai, terdengar suara rintihan atas rasa sakit yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut.
" Ssssttt, sakit." Perlahan Ara mengelus bokongnya yang merasakan sakit.
" Apa yang sedang kau lakukan didepan pintu kamarku?" Suara berat terdengar sangat nyata.
" Tu tuan!" Betapa terkejutnya Ara, melihat sosok pria yang menjadi sumber ketakutannya sudah berdiri dengan keadaan hanya menggenakan handuk pada bagian bawah tubuhnya. Secepat mungkin, Ara menutupi matanya dengan kedua telapak tangan.
Argh, mataku lagi-lagi ternodai. Selalu saja hidupku tidak terlepas dari yang namanya apes. Ara.
Wanita ini! Apa lagi yang sedang dia lakukan didepan kamarku? Sepertinya, dia asik juga untuk dijadikan sebagai hiburan dalam permainanku. Elvan.
" Ada apa?"
" Itu, itu tuan. Itu, ..." Perkataan Ara menjadi terbata-bata dengan ketakutan yang sangat besar.
Brak!!
" Cepat katakan! Merusak waktuku saja." Tangan kekar itu menggebrak pintu kamar dengan kuat.
" Itu, itu Nany menyuruh tuan untuk sarapan." Dengan cepat Ara mengatakan tujuannya.
" Kau sengaja ingin menggodaku, bukan. Biasanya Nany akan menbangunkan aku secara langsung tanpa perantara, pikiranmu sungguh licik nona. Tapi kau, tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa." Begitu kasarnya, Elvan menarik tangan Ara dan mencengkramnya begitu kuat.
" Aduh, sakit tuan." Suara Ara yang meringgis kesakitan.
" Sakit?! Kejadian ini akan selalu kamu terima setiap hari, maka berhati-hatilah dalam bersikap. Dasar tikus kecil, sana pergilah! Katakan pada Nany, aku akan segera turun."
Menghempaskan tangan si tikus kecil dengan sangat kuat, Elvan melangkah kembali memasuki kamarnya dan menutup pintu dengan sangat kasar.
Brak!
Hal itu membuat tubuh kecil milik Ara menjadi tersentak kaget, jantungnya merasa akan copot saat itu juga. Perlahan ia mengelus dadanya, berharap tidak akan berhadapan dan mencari masalah lagi dengan tuannya.
" Untung saja ni tubuh bukan buatan pabrik, kalau nggak. Sudah habis konslet semua onderdilnya, mana nggak ada asuransinya lagi." Selepas mengerutu, Ara segera turun kebawah.