Demi mendapatkan uang untuk biaya operasi transplantasi ginjal ibunda tercinta, Arini rela menjadi teman ranjang atasannya, Sean, selama setahun.
Selama menikah dengan Arini, Sean bersikap sesuka hati tanpa memikirkan perasaan Arini sedikit pun. Arini terbelenggu oleh beragam aturan yang diberikan Sean, dilecehkan dan dihina, termasuk oleh Monica, kekasih Sean.
Sedihnya, setelah semua pengorbanan yang sangat menyakitkan, sang ibunda justru berpulang dan Arini terus diperbudak oleh Sean. Entah sampai kapan. Mungkin sampai hati Sean melembut tersentuh oleh cinta yang datang tanpa diundang? Atau, sampai Arini cukup kuat untuk melawan dan melarikan diri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Disuruh minta maaf
Arini segera berlari masuk kamar, sebenarnya dia juga takut kalau Sean marah tapi dia melakukan ini karena kesal dengan Sean.
Sean yang kesal dengan Arini keluar kamar dan meninggalkan Monica, dia melangkahkan kaki masuk kamarnya sambil berteriak memanggil Arini.
"Arini!" teriak Sean yang menggelegar bak petir
Mata Sean terus memutar mencari keberadaan istrinya, Sean melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, namun Arini tidak ada di sana.
"Dimana dia," gumam Sean dengan mengepalkan tangannya
Arini bersembunyi di walk-in closet Sean, dia berharap Sean tidak menemukannya namun kali ini Dewi Fortuna tidak memihak padanya,
Saat Sean hendak keluar kamar tiba-tiba dia kembali dan mencari Arini di walk-in closetnya.
Sean melihat kaki Arini di salah satu celah diantara lemari Sean.
"Cepat keluarlah!" seru Sean
Arini memejamkan matanya, "Aaaaa dia menemukan aku," batin Arini
Dengan rasa takut Arini keluar dari persembunyiannya, kini matanya dan mata Sean saling bertemu. Terlihat Sean nampak marah, sedangkan Arini berusaha menguasai rasa gugup dan juga rasa takutnya.
Sean mendekat
"Apa maksudmu mengerjai kami. Hah!" seru Sean sambil mencengkeram lengan atas Arini
Arini hanya terdiam pasalnya dia sendiri bingung harus menjawab apa
"Jawab!" bentak Sean
Arini tersentak kaget
"Ini semua gara-gara kamu, aku kesal padamu. Kenapa kamu bilang pada wanita itu kalau aku pembantu mu, aku kan istrimu," jawab Arini
"Lagipula kenapa kamu juga membawanya kemari, hargailah sedikit perasaanku," imbuh Arini
Sean tertawa keras, "Apa? istri? aku tidak pernah menganggap kamu sebagai istriku," timpal Sean lalu melepas cengkeramannya
Arini memegangi tangannya yang terasa sakit akibat cengkeraman dari Sean.
"Kamu hanya teman ranjang ku, jadi ngga usah baper," imbuh Sean dengan tatapan tajamnya.
Arini hanya terdiam kata-kata Sean bagai sembilu yang menancap jantungnya. Sean juga meminta Arini untuk meminta maaf pada Monica atas apa yang telah dilakukannya.
"Nggak aku nggak mau minta maaf." Arini menolak untuk meminta maaf
"Baiklah lihat apa yang bisa aku lakukan pada ibumu," ancam Sean
"Kenapa kamu selalu mengaitkan ibuku dalam masalah kita," ucap Arini bersungut
"Kamu dia alasan kamu masuk dalam hidupku," sahut Sean
Dengan pasrah serta keterpaksaan tingkat dewa, Arini menuruti keinginan Sean untuk meminta maaf pada kekasihnya, dia mengekori Sean menuju kamar dimana Monica berada.
Bola mata Arini menatap Monica dengan malas begitu pula dengan Monica yang menatap kesal pada Arini.
Arini menghela nafas, "Maafkan saya nona karena telah mengerjai anda," kata Arini
"Dasar pelayan, berani sekali dirimu mengerjai pemilik rumah ini dan kekasihnya," maki Monica
"Iya nona, oleh karena itu aku minta maaf," sahut Arini
Monica mencibir," Jika minta maaf berguna untuk apa ada polisi," imbuh Monica
"Untuk menangkap para penjahat lah memang untuk apa?" sahut Arini
"Ups," Arini menutup mulutnya,
"Penjahatnya kamu," timpal Sean dengan datar.
Lalu Monika meminta Arini untuk meminum es buatannya, awalnya Arini menolak namun Monika berkata jika tidak meminum es itu dia tidak akan memaafkan Arini.
"Aaaa asin sekali," batin Arini saat meminum es teh buatannya
Karena tidak kuat Arini berlari keluar dan memuntahkannya di kamar mandi.
Arini menyandarkan tubuhnya di dinding, "Aku membencimu Sean," umpat Arini
**********
Sepanjang malam Sean menghabiskan waktunya bersama Monica, entah apa yang mereka lakukan hanya mereka yang tau.
Arini sedikit terusik hingga dia tidak bisa tidur, dia membolak-balikkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. "Brengsek Sean dan Monica itu, membuatku tidak bisa tidur. Ya Tuhan ini pernikahan seperti apa, mana ada seorang suami lebih memilih tidur dengan kekasihnya daripada dengan istrinya." Arini bermonolog dengan dirinya sendiri
Tenggorokan Arini terasa kering karena persediaan air di kamar habis, Arini turun ke bawah untuk mengambil air dan secara bersamaan Sean juga hendak mengambil air.
Segera mungkin Arini kembali ke kamar karena dia malas sekali melihat wajah Sean
"Buru-buru sekali tu air kamu ketinggalan," kata Sean
Arini memutar badannya dan kembali lagi, dia mengambil botol minumnya dan segera berlalu tanpa sepatah kata sedikitpun.
Sean mengangkat kedua bahunya lalu kembali ke kamarnya.
********
Pagi datang menyapa, sayup-sayup mata Arini terbuka. Ouuuuaaaaaa, Arini menguap lalu melangkahkan kakinya ke jendela.
Tangan Arini membuka tirai kamarnya, dari tempatnya berdiri dia melihat para pelayan sudah melaksanakan aktivitasnya. Mulai mencuci mobil, menata taman, bersih-bersih dan lain-lain.
Puas mengamati kegiatan para pelayan, Arini masuk kamar mandi untuk membersihkan diri,
Setelah itu Arini keluar kamar.
Mata Arini tertuju pada ruang fitnes Sean, tersirat niatan untuk masuk ke dalam.
"Olahraga ah," gumam Arini.
Dia mencoba beberapa alat di sana, hingga tak terasa keringat mulai bercucuran.
"Kelihatannya aku harus berolahraga supaya fisikku kuat melawan Sean si Monster kampret itu." Arini bermonolog dengan dirinya sendiri
"Siapa yang kamu sebut si Monster kampret," sahut Sean yang ternyata berada di belakang Arini.
"Ya dirimu lah siapa lagi," sahut balik Arini
Matanya membulat, Arini keceplosan. Dengan pelan dia memutar kepala kebelakang dan betapa kagetnya, dia melihat Sean berdiri di belakangnya.
"Mati aku," gumam Arini
Mata Sean menatap tajam Arini,
"Tuan maaf, kalau begitu saya pergi dulu," pamit Arini
Secepat kilat Sean menangkap tubuh Arini, kini dia mengunci tubuh Arini di dinding.
"Beraninya dirimu mengatai diriku yang tampan ini seperti monster," kata Sean
"Maafkan aku.......," belum melanjutkan kata-katanya bibir Sean sudah mendarat sempurna di bibir Arini.
Sean sangat menikmati bibir mungil Arini, entah mengapa Arini juga membalasnya.
Meraka berdua saling berpaut dan menghisap hingga keduanya kehabisan nafas.
"Sudah, paru-paruku kehabisan oksigen," kata Arini dengan tersengal
Sean melepaskan Arini dari kungkungan nya, karena tidak ingin membuang kesempatan Arini segera berlari keluar ruang fitnes Sean.
"Menggemaskan sekali," gumam Sean sambil tersenyum.
Aaaarrrggggg
"Wanita seperti setan, apanya yang menggemaskan." Sean bermonolog dengan dirinya sendiri.
Pikiran Sean mulai kacau, dia kini menjadi orang yang plimpan.
Arini yang sudah di kamar segara mengusap bibir mungilnya.
"Bagaimana bisa aku membalas ciumannya, pasti bibir itu sudah digunakan untuk mencium Monica," gerutu Arini
Huek, dia berekspresi ingin muntah.
"Aku harus membasuhnya tujuh kali dan sekali dengan debu, biar suci bibirku." Arini masih saja menggerutu sambil menghentakkan kakinya ke lantai
Puas membersihkan bibirnya Arini turun kebawah untuk sarapan karena perutnya sudah lapar sekali.
Dia mengambil lauk dan nasi yang lumayan banyak, disisi lain Sean dan Monica bersiap untuk sarapan juga dan tak sengaja mereka bertiga bertemu di meja makan.
"Hey, pelayan kenapa kamu makan di sini?" tanya Monica heran
"Suka-suka aku dong, tuan Sean saja tidak protes," jawab Arini dengan mulut yang penuh makanan
Sean menarik kursi dan duduk sedangkan Monica masih berdiri dia tidak mau duduk, katanya nggak level makan semeja dengan pelayan.
"Sudahlah, biarin saja dia," ucap Sean
Dengan terpaksa Monica duduk dengan raut wajah yang cemberut.
Sean memutar bola matanya ke Arini, dia heran karena Arini makan banyak sekali.
"Kamu makan banyak sekali?" tanya Sean
"Iya, karena pura-pura bahagia memerlukan banyak tenaga dan juga energi," jawab Arini asal tanpa menatap Sean
Monica yang mendengarnya mencibirkan bibir,
"Wanita sinting," gumamnya
Arini yang mendengarnya menatap benci pada Monica
"Jaga bicaramu Mak lampir, aku seratus persen waras, kamulah yang sinting plus bodoh," sahut Arini bersungut
apakah mantan nya Nick
kulit bersentuhan ada efek sampingnya
eh Sean malah frustasi lihat kelakuan nya Arini pada hantu🤣🤣