Clara yang kini hidup seorang diri, menerima penawaran pekerjaan sebagai mata-mata dari seorang temannya yang merupakan anak dari pemilik organisasi mafia dengan upah yang lumayan tinggi. Ia harus bertahan hidup dengan kerasnya dunia di usia muda.
Ibunya yang meninggal karena kecelakaan dan ayahnya yang cacat akibat kecelakaan itu, membuatnya harus mencari uang, hingga ayahnya juga menyusul ibunya 3 bulan kemudian, saat ia ingin memasuki SMA. Saat itulah kemudian ia menerima sebuah misi baru. Apakah ia akan berhasil menjalani misi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon intan maggie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"kenapa sih gua harus sekelompok sama lo" ucap ara saat sudah membentuk kelompok 4 orang di mata pelajaran sejarah.
"lo pikir gua mau sekelompok sama lo? Awas aja jadi beban" balas ray.
"tenang aja ray, gua gak akan jadi beban" sella bella, kemudian mendekat ke arah ray.
"jangan deket-deket gua" sahut ray yang menjauh dari bella.
"kayanya gua yang salah masuk kelompok disini" sahut william dengen menepuk keningnya, ia biasa dipanggil willi, salah satu teman sekelas mereka.
"oke kalian sudah berkumpul dengan kelompok kalian, saya akan menjelaskan tugasnya" ucap seorang guru di depan kelas dan menjelaskan tugasnya dengan detail.
"besok sabtu kerja kelompok di rumah gua aja gimana?" tanya willi.
"gua usahain ya, takut gak bisa" balas ray.
"beban kan" sahut ara.
"hah? Tinggal bilang aja apa yang perlu gua bantu, gua kerjain di apart" balas ray.
"sok sibuk, ngapain emang lo? Palingan juga males-malesan di kasur, biar bisa sambil rebahan kan lo" balas ara.
"suka-suka gua mau apa, kenapa lo yang repot" balas ray.
"gua kira lo dingin, gak banyak omong, ternyata ngeselin" balas ara.
"udah weh udah, ngapa jadi pada berantem" sela willi.
"betul tuh kata willi, mending sama gua aja ray, ara emang ngeselin" sahut bella.
"apanya yang kata gua coba" balas willi sambil menggelengkan kepala.
"jadi gimana? Kita mau kerja kelompok atau enggak?" tanya willi lagi.
"gua ikut kalo ray ikut" jawab bella sambil tersenyum ke arah ray.
"iya gua ikut, karena gua gak mau NGEBEBANIN kalian" sahut ara menatap ray kesal.
"oke gua ikut" balas ray cepat menatap ara.
Tringg.. Jam istirahat berbunyi.
"hahhh akhirnya istirahat, laper banget gua" sahut ara.
"kantin?" tanya ray melihat ke arah willi.
"yok" balas willi yang kemudian berdiri diikuti ray.
"ray gua ikut ya" ucap bella setelah mengikuti mereka.
"terserah" jawab ray singkat tanpa melihat ke arahnya.
"dingin banget sih" balas bella, sampai akhirnya mereka sudah keluar kelas.
clara melihat sekitar, tersisa beberapa orang yang membawa bekal.
"aaa.. Dari pada sendiri, gabung aja dah" pikir clara yang langsung mengejar ke-3 temannya tadi.
"ikut juga lo" ucap ray setelah melihat clara duduk bergabung di meja kantin bersama mereka.
"kan gua juga laper" balas clara.
"lama-lama jodoh kalian" sahut willi.
"hah? Gua sama dia?" seru ray.
"ogah banget gua sama pelacur" bisik ray di telinga ara kemudian.
Paakkk.... Ara melemparkan tamparan ke arah ray, lagi.
Membuat kedua temannya terbengong melihat itu.
"ra maaf gua bercanda, gak usah sampe begitunya kan" ucap willi merasa bersalah.
"gak, lo gak salah wil" balas willi.
"lo ikut gua sebentar" ucap ara, kemudian memegang tangan ray dan menariknya sedikit menjauh dari keramaian.
"stop bilang kalo gua pelacur, bisa gak?" tegas ara melihat mata ray dalam-dalam.
Ray juga melihat mata ray dalam-dalam.
"kok lo malah diam? Berhenti bilang gua pelacur oke?" tanya ara lagi.
"emang kenyataannya itu kan, malam-malam pergi ke diskotik bersama seorang pria" jawab ray dengan santainya.
"pengen bilang gua gak ngelakuin apa-apa sama def, tapi sebelum itu gua juga HS" clara dalam hati.
"kenapa diam? Bener kan omongan gua?" tanya ray lagi.
"gua sama def ke diskotik itu cuma buat bersenang-senang semata ya, bukan berarti gua mau diapa-apain sama def" balas clara.
"bersenang-senang? Semua orang untuk ke sana untuk bersenang-senang" balas ray.
"capek ya ngomong sama lo, intinya gua bukan pelacur, gua bukan cewek murahan, lo gak tau apa-apa tentang gua" ucap ara dan menahan tangis di akhir kalimatnya.
"oke gua gak akan bilang lo pelacur lagi, maaf" balas ray.
"bagus" balas ara dan mengelap matanya yang sudah mengeluarkan sedikit air matanya.
"sekarang lo bisa lepasin tangan gua?" tanya ray yang merasa tangannya masih di pegang ara dari tadi, ara langsung melepaskan pegangannya.
"yuk makan, laper kan?" tanya ray lembut.
Ara mengangguk.
"ngangguk doang, jalan enggak" ucap ray lembut Yang kemudian menarik tangan ara.
"mau makan apa? Gua traktir, anggap sebagai permintaan maaf dari gua" ucap ray saat sudah di jejeran penjual makanan.
"bisa lembut juga lo ya" balas ara.
"setidaknya gua bukan iblis" balas ray.
"jadi, mau makan apa?" sambung ray.
"double steik chicken" balas ara.
"minum?" tanya ray.
"es teh aja" balas ara pelan.
"oke" balas ray berjalan menuju penjual steik.
"double steik chicken 2, es teh 2" ray memesan makanan, setelah itu menarik tangan ara lagi untuk duduk bergabung bersama kedua temannya tadi.
"lo mesen yang sama kaya gua?" tanya ara.
"kenapa? gak boleh?" tanya ray.
"gapapa" balas ara.
"udah baikan?" tanya willi, ketika ray dan ara duduk bergabung.
"udah" jawab ray.
"pipi kamu masih merah" ucap ara sambil mengompres pipi ray dengan tisu basah.
"ehh? Gapapa kok gua" balas ray sambil mengepak tangan bella pelan.
"diem dulu sih, lagi diobatin juga" sahut bella yang masih ngompres pipi ray.
"kayanya gua gak kalah ganteng dah" sahut willi.
"silahkan" ucap seorang pelayan saat makanan yang di pesan ray Sampai.
"gua mau makan dulu ya bella, terimakasih" ucap ray sambil mendorong sedikit tangannya yang memegang pipi ray.
bruukk... Brakk.. suara tubrukan dari ujung kantin. Mendadak kantin menjadi ramai.
"def" seru ara melihat def dan seorang pria lainnya sedang bertukar pukulan.
"jangan mendekat, bahaya" ray memegang tangan ara, menahannya agar tidak mendekat.
"tapi gak ada yang pisahin ray" seru ara, panik.
"kita lapor guru" balas ray.
"sepertinya tidak perlu" sela willi dan menunjuk beberapa guru yang kemudian memisahkan mereka.
"cowok lo itu emang hobi berantem ya" seru ray.
"dia bukan cowok gua" tegas ara.
"oke-oke tapi kalian sering berduaan dan terlihat dekat" balas ray.
"bukan berarti dia cowok gua" balas ara.
"ooke" balas ray singkat.
Situasi mulai kembali tenang. def dan satu laki-laki lainnya sudah pergi, mungkin dibawa ke ruang Bimbingan konseling.
"ray" panggil seseorang dari jauh, itu riska, cewek berkacamata yang sekelas dengan def. Ia berlari mendekati ray.
Aa.. Riska yang tersandung, tapi tidak tau tersandung apa, ia ingin terjatuh.
Ray melangkah maju dan menahannya.
"gak papa?" tanya ray sesaat setelah menahan riska.
"ray, aku takut" ucap riska setelah bangun dari tangkapan ray, kemudian memeluknya.
"gimana caranya gua bisa dekat sama ray, kalo yang deketin dia banyak begini" pikir clara.
"mana gua bukannya dekat malah berantem mulu sama dia" tambah clara dalam pikirannya.
"takut kenapa?" tanya ray.
"heh.. Gak usah gatel dah lo jadi cewek" seru bella sambil mendorong riska dari tubuh ray yang sedang dipeluknya, hingga terjatuh.
"lo gapapa?" willi menawarkan bantuan pada riska.
Riska menerima uluran tangan dari willi, hingga berdiri kembali.
"kalian pada kenapa sih? gua gak ngerti" ucap ray bingung.
"nih cowok emang gak peka atau benar-benar bodoh sih" pikir clara lagi.
Kemudian jam istirahat berakhir, mereka kembali ke kelas meneruskan pelajaran.