NovelToon NovelToon
Ketika Aku Menemukanmu

Ketika Aku Menemukanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Wardani

Ini adalah kisah tentang seorang ibu yang terabaikan oleh anak - anak nya di usia senja hingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidup nya.
" Jika anak - anak ku saja tidak menginginkan aku, untuk apa aku hidup ya Allah." Isak Fatma di dalam sujud nya.
Hingga kebahagiaan itu dia dapat kan dari seorang gadis yang menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ingin Membawa Kepanti Jompo

*****

Kanaya duduk diam di dalam mobil, matanya terus menatap jalan di depan. Aris yang duduk di sampingnya merasa heran dan bertanya-tanya mengapa Kanaya terlihat begitu muram, meskipun dia tahu Kanaya tidak akan jujur dengan perasaannya.

" Sebenar nya Naya kenapa? Apa dia tidak nyaman berdua dengan ku di mobil? Harus nya aku tidak memaksa nya tadi. Sekarang aku malah membuat dia menjadi muram." Bathin Aris.

" Atau mungkin dia sedang menyembunyikan sesuatu dari ku? Tapi percuma saja kalau aku tanya. Dia tidak akan mau mengatakan yang sejujur nya." Bathin Aris.

" Nay." Panggil Aris.

Kanaya menoleh dengan senyuman getir nya.

" Ya mas?"

" Apa ada yang sedang kamu pikir kan? Dari tadi kamu hanya diam saja, Nay." Tanya Aris.

" Tidak ada, mas. Saya hanya sedang merindukan Bandung saja. Sudah hampir tiga bulan ini saya tidak berkunjung kesana. Rasa nya rindu sekali." Jawab Kanaya berbohong, jika dia sedang memikirkan soal kondisi nya sekarang.

" Saya bisa bantu kamu ambil cuti beberapa hari jika kamu mau ke Bandung." Tawar Aris.

" Serius, mas? Saya boleh ambil cuti beberapa hari?" Tanya Kanaya tak percaya.

" Serius, Nay. Kamu bilang saja kapan kamu mau ambil cuti kamu. Nanti saya yang bicara dengan HRD." Jawab Aris tersenyum.

" Akhir bulan ya, mas. Saya mau ambil cuti 3 hari saja untuk ke Bandung." Ucap Kanaya.

" Oke. Nanti saya ajukan pada HRD." Jawab Aris dengan yakin.

Kanaya tersenyum lebar. Bahkan Aris bisa melihat jika Kanaya sedang bahagia sekarang. Melihat senyuman Kanaya yang sumringah saja bisa membangkit kan semangat di hati Aris walau pun begitu sulit untuk memiliki nya.

" Kalau perlu apa - apa itu, jangan sungkan dengan saya. Mungkin saya bisa membantu kamu. Begitu pun jika kamu ingin berbagi cerita dengan saya. Jangan simpan semua nya sendiri, Nay. Kadang kita juga butuh seseorang untuk tempat kita mengadu dan berbagi. Agar rasa sakit itu bisa berkurang." Ucap Aris.

Kanaya tersenyum menanggapi ucapan Aris.

" Tidak mungkin aku menceritakan kan soal penyakit ku dengan mas Aris. Mas Aris terlalu baik untuk menjadi tempat cerita ku. Dia pria yang baik, tidak seharus nya aku membebani nya dengan penderitaan ku ini." Bathin Kanaya.

*

*

*

" Kamu ini bagaimana sih, mas? Kenapa malah nyuruh aku yang pulang? Kenapa nggak kamu saja yang pulang dan antar obat buat ibuk? Aku tuh lagi banyak kerjaan di pabrik, mas. Aku sampai di tegur sama mandor karena aku minta izin pulang." Omel Ariel panjang lebar saat Aris baru saja masuk ke dalam rumah mereka.

" Apa sih, Riel? Mas baru pulang , bukan nya di buat kan minum malah dengerin omelan kamu. Kamu kenapa sih?" Tanya Aris menghempaskan tubuh nya di atas sofa.

" Kamu kan yang nyuruh ibuk hubungin aku buat pulang ngantar obat buat ibuk?" Ariel balik bertanya.

" Iya. Memang nya kenapa?"

" Malah tanya kenapa? Aku di marahin mandor, mas."

" Kan kamu bisa balik ke pabrik lagi setelah antar obat ibuk. Lagian harus nya tadi, kalau kamu memang nggak bisa pulang ya kamu bilang lah sama ibuk kalau kamu itu nggak bisa pulang. Nggak usah maksain diri juga kali, Riel." Sanggah Aris.

" Ibuk nangis - nangis nyuruh aku pulang. Dia bilang dia nggak bisa jalan ke warung. Kalau begini terus aku bisa kehilangan pekerjaan aku, mas."

Aris tampak berpikir. Dia memijat kening nya pelan dan menunduk. Dia sedang memikirkan solusi dari keluhan adik nya sekarang ini.

" Jadi mau kamu itu bagaimana? Tadi itu mas juga nggak bisa pulang. Banyak pekerjaan di kantor." Tanya Aris.

" Aku mau nya ibuk di bawa ke panti jompo saja." Usul Ariel.

Aris seketika mendongak menatap Ariel. Kaget dengan usul dari adik nya tersebut. Sebuah ide yang tak pernah muncul dalam pikiran nya.

" Gila kamu ya? Ibuk itu kan masih sehat. Mana ada orang sehat di masukkan ke dalam panti jompo." Tolak Aris.

" Kalau ibuk sakit dia antar nya bukan ke panti jompo mas, tapi ke rumah sakit. Gimana sih kamu."

" Ibuk nggak akan mau kita antar ke sana." Ucap Ariel.

" Ya ibuk nggak perlu tahu kalau kita mau bawa ibuk ke panti jompo. Bilang aja mau kita ajak jalan - jalan gitu." Usul Ariel lagi.

" Kita itu dua - dua nya kerja, mas. Nggak punya waktu buat ngurusin ibuk yang sudah tua di rumah. Lihat saja kayak tadi. Ibuk sakit, di antara kita nggak ada yang bisa pulang. Mau ngarepin tetangga ngurus ibuk? Ya nggak mungkin mau kan." Ucap Ariel lagi.

Aris terdiam mendengar kan ucapan selanjut nya yang akan di katakan Ariel. Karena sekarang ini kepala nya memang sedang tidak bisa berpikir.

" Kalau di sana kan itu ramai. Ada dokter, ada suster juga. Tiap bulan nya kita tinggal transfer uang buat ibuk. Mereka pasti jagain ibuk dengan baik. Kalau ada apa - apa ada suster yang ngurusin ibuk. Lagian mereka juga. Isa ngabarin kita kan kalau ibuk sakit atau kenapa - kenapa. Di sana itu ibuk bakal lebih ke urus dari pada di sini, mas. Udah ... Kita bawa ke sana aja." Tambah Ariel.

Aris menggigit bibirnya, menahan getaran dalam dadanya. Memikirkan mengirim ibunya, Fatma, ke panti jompo adalah keputusan yang sangat berat baginya.

Namun, kata-kata Ariel menancap di benaknya, menawarkan secercah logika dalam dilema emosional yang dialaminya.

Di panti jompo, Fatma akan mendapatkan perawatan dan pengawasan yang lebih baik daripada yang bisa mereka berikan saat ini.

" Kita bisa bicarakan soal ini nanti saja ya, Riel. Mas capek. Mau istirahat sebentar." Kata Aris.

Aris pun bangkit dari duduk nya dan menuju ke dalam kamar.

Di sudut kamar yang hanya beberapa langkah dari ruang tamu tempat percakapan antara Aris dan Ariel itu berlangsung, Fatma berdiri bagai patung dengan air mata yang jatuh bagai hujan.

Hati yang dulu ia rawat dengan penuh kasih, kini hancur berkeping-keping mendengar rencana anak-anaknya untuk menyingkirkannya ke panti jompo.

" Bagaimana bisa anak ku berniat membawa ku ke panti jompo? Apa mereka sudah tidak sanggup lagi merawat ku?" Bathin Fatma.

Fatma pun masuk ke dalam kamar nya. Menutup pintu dengan sangat pelan hingga tak ada satu pun yang bisa mendengar nya.

*

*

*

Tok

Tok

Tok

" Ibuk..." Panggil Ariel dari luar kamar Fatma.

Fatma tidak menjawab karena dia sedang tidur di kamar nya.

" Ibuk..." Panggil Ariel lagi seraya mengetuk pintu dengan keras.

Tak kunjung ada jawaban, Ariel pun memutuskan untuk membuka pintu kamar dan masuk ke dalam kamar.

" Ibuk." Panggil Ariel menaikkan anda suara nya berdiri di samping tempat tidur Fatma.

Fatma mengerjap perlahan dan membuka mata nya sempurna.

" Ariel. Ada apa, Nak?"

" Itu ada bubur di atas meja. Ibuk makan gih. Habis itu minum obat. Biar ibuk cepat sembuh." Kata Ariel.

" Tapi ibuk sedang tidak selera makan, Riel. Badan ibuk lemas sekali mau bangkit." Rintih Fatma lirih.

" Nggak usah manja ya, buk. Kalau sakit itu badan jangan di lemasin. Di ajak gerak biar ibuk keringatan, cepat sembuh nya." Paksa Ariel.

" Tapi ibuk beneran lemas, Riel. Kepala ibuk saja masih pusing." Rintih Fatma lagi.

" Itu karena ibuk kebanyakan tidur. Maka nya ibuk bangkit. Makan, minum obat habis itu tidur lagi juga nggak papa kok. Yang penting ibuk nggak sakit lagi. Nggak ngerepotin kita. Aku nggak mau ya buk kejadian kayak tadi lagi. Aku sampai di marahin mandor gara - gara nganterin obat buat ibuk." Dumel Ariel sewot.

" Maaf kan ibuk, Nak. Ibuk nggak bermaksud membuat kamu sampai di marahin." Ucap Fatma merasa bersalah.

" Makanya ibuk bangun. Makan. Besok kalau masih sakit, kita ke dokter saja." Ujar Ariel.

Setelah mengatakan itu, Ariel pun meninggalkan Fatma dan keluar dari kamar.

Namun saat akan masuk ke dalam kamar nya, Ariel berpapasan dengan Aris di depan pintu kamar nya.

" Ibuk sudah bangun?" Tanya Aris.

" Kenapa nggak lihat langsung aja, mas?"

" Kamu juga sebenar nya malas kan ngurusin ibuk? Jadi kenapa kamu harus banyak berpikir sih buat bawa ibuk ke panti jompo? Apa kamu nggak mau bayar bulanan nya?"

" Bukan karena itu, Riel." Elak Aris yang sebenar nya masih ragu dengan keputusan sang adik.

" Aku sudah bilang sama ibuk. Besok aku akan bawa ibuk ke rumah sakit, habis itu aku akan antar ibuk ke panti jompo." Ucap Ariel yang kemudian masuk ke dalam kamar nya.

Aris terdiam memandangi pintu kamar Ariel yang tertutup. Lalu dia berjalan berniat akan melihat keadaan ibu nya di kamar.

Tapi notif pesan masuk ke ponsel nya menghentikan langkah Aris. Dia pun membuka pesan masuk. Ternyata itu adalah balasan dari Kanaya untuk nya. Pesan yang sudah Aris kirim sejak sore baru di balas Kanaya sekarang.

Aris tersenyum dan membalas pesan itu. Langkah nya pun berbalik ke kamar dan urung melihat kondisi Fatma sekarang.

1
partini
baca sinopsisnya penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!