Karena ulah wanita yang ia cintai kabur saat usai akad nikah, Letnan Harley R. A Navec tidak sengaja tidur dengan wanita yang berbeda, gadis yang sebenarnya sudah menjadi pilihan orang tuanya namun ia merahasiakan hal besar ini. Harley Navec hanya menganggap Pranagita Kairatu Inggil Timur sebagai adik, apalagi gadis itu adalah adik dari sahabatnya sendiri. Disisi lain, jiwa petarung dan jiwa bebas Harley masih melekat dalam dirinya.
Sakit hati yang mendalam ia lampiaskan di setiap harinya pada Gita hingga gadis lugu itu hamil. Sebenarnya perlahan sudah terbersit rasa sayang apalagi setelah tau Gita hamil namun kakunya Letnan Harley membuatnya kabur hingga bertemu kembali dengan seorang pria yang dulu pernah berkenalan dengannya tanpa sengaja, Letnan Herlian Harrajaon Sinulingga.
Pernikahan Letnan Harra dan Gita pun terjadi, rintangan silih berganti menghampiri hingga hadir istri titipan karena.....
SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Penindakan tegas.
Papa Decky melihat ada gelagat yang berbeda dari putrinya, sejak makan malam tadi, Gita terus saja muntah hingga tidak ada satupun nasi yang bisa masuk ke perut. Gita hanya bisa makan buah dan langsung masuk ke kamarnya.
Sebagai seorang ayah tentu Papa Decky merasa sangat cemas. Meskipun Gita sudah dewasa, karena Gita adalah anak bungsunya bahkan anak hasil tidak sengaja, tentu saja beliau menaruh perhatian lebih pada putrinya.
Kelahiran putrinya yang juga seperti anak pertamanya, belum cukup umur, di tambah saat itu ada keadaan tertentu membuat dirinya sangat hati-hati dalam menjaga putri kecilnya.
Dengan sayangnya beliau menyelimuti Gita dan memindahkan tas kecilnya yang terjatuh dengan isi yang berantakan. Namun perasaan cemas itu berganti perasaan waswas, waspada serta amarah saat melihat ada sebuah tespeck bergaris dua.
"Gita bangun..!!!! Jelaskan, benda ini punya siapa????" Bentak Papa Decky.
Seketika Gita terbangun, benda kecil sudah di tangan papanya dan dirinya tidak bisa mengelak.
"Punya.... Gita, Pa."
...
"Aaaaaaaaaa.." Jerit Gita begitu kencang.
Mama Anne histeris bukan main melihat putrinya mendapat cambukan sedangkan Bang Harra sudah terjatuh berlutut sampai berguling kelojotan mengerang kesakitan menerima cambukan dari Pak Decky.
"Sudah, Paaa.."
"Bawa istri saya masuk, Bi..!!" Perintah Papa Decky pada Bibi.
"Papaa.. Sakiit..!!" Gita terus meringkuk dan merintih.
Sekuat tenaga Bang Harra bangkit, hatinya teriris, tidak tega melihat Gita mendapat cambukan.
Perhatian Papa Decky kembali tertuju pada Bang Harra. "Jadi begini kerjamu selama ini???? Pagar makan tanaman. Saya memintamu untuk menjaga Gita, bukan memakannya..!!!!"
"Siap, salah. Tolong jangan cambuk Gita lagi."
cctttssss..
"Beraninya kamu ajari saya..!!"
cctttssss..
"Gita minta maaf, Pa."
Lagi-lagi selang berisi pasir mendarat di tubuh Bang Harra. Tak tahan melihat Gita yang kesakitan, ia pun merayap dan memeluk Gita dengan erat untuk melindunginya.
"Jangan pukul lagi, Pak. Saya tanggung jawab, saya yang salah, saya bapaknya."
"Oomm.." Gita bingung harus berucap tapi Bang Harra kembali menyembunyikan wajahnya dalam peluk pria yang kini sedang memasang badan untuknya.
Ucap Bang Harra terdengar begitu jelas di telinga Papa Decky. "Dasar laki-laki b******k, mata keranjang, pengecut, otak cabul. Apa harus seperti ini dulu baru kau mau mengaku????"
"Siap, saya bersedia menanggung apapun resikonya, asalkan.. Jangan pukul Gita lagi. Suka atau tidak, ada darah bapak di rahimnya." Ucap Bang Harra lagi.
Amarah Papa Decky semakin memuncak, beliau menarik krah pakaian Gita, mencengkeram lalu mengangkatnya tinggi.
Sontak saja Bang Harra bereaksi apalagi saat tangan Papa Decky hendak menamparnya. Ia menepis tangan Papa Decky dan meminta Gita menjauh. Perlawanan tersebut memicu kemarahan Papa Decky yang memang sedang memuncak.
"Cukup, Pak..!!!!! Bapak lebih pantas berhadapan dengan saya. Jika Bapak berkenan, saya mohon ijin untuk menikahi Gita..!!!"
Tenaga Papa Decky seakan habis. Beliau duduk lemas di sofa. Air matanya pun menetes. "Sebesar apa dosa saya di masa lalu, sakit hati apa yang istri saya rasakan sampai balasannya seberat ini. Kenapa kamu perlakukan putri saya seperti binatang? Apa karena dia tidak sepintar yang kamu bayangkan hingga kamu merendahkan dia serendah-rendahnya????"
"Saya sungguh mohon maaf, Pak. Yang saya tau.. Gita adalah berkah. Namanya selalu menjadi bagian dari tirakat saya dalam sepertiga malam, dia adalah alasan saya merayu Tuhan di setiap bait harap yang ada."
Hati kecil Papa Decky terketuk, ia menatap paras wajah 'ajudannya' itu. Seperti ada yang berbeda yang beliau rasakan.
"Benarkah kamu Ayah dari anak yang di kandung Gita?" Tanyanya memastikan.
Bang Harra menarik nafas dalam-dalam, kedua bola matanya tegas membalas tatap mata pria di hadapannya. "Iya, saya ayahnya." Jawabnya tegas tanpa ragu.
Pak Decky terdiam dengan banyaknya pertanyaan yang berputar memenuhi isi kepala. Kemudian beliau mengambil ponsel dari saku celananya.
***
Hari sudah menjelang pagi, di kamar itu hanya ada Bang Harra dan Gita di kamar milik putri kesayangan komandan.
Bang Harra hanya sekilas memercing saat Gita mengoleskan obat pada punggung pria yang sudah menyelamatkan hidupnya.
"Kenapa Om lakukan itu?? Om tidak harus menanggung kesalahan dan dosa yang Gita perbuat." Kata Gita trenyuh melihat pengorbanan Bang Harra.
"Adakah manusia yang tidak berdosa di dunia ini?? Setelah ini, jadikan sebuah kesalahan sebagai pelajaran berharga dalam hidupmu. Dunia ini adalah sebanyak-banyaknya ilmu sebagai bekal penuntun langkahmu."
Gita mengangguk menahan rasa haru. Entah apa jadinya jika Bang Harra tidak menyelamatkannya tadi.
Bang Harra kembali memakai kaosnya lalu berbalik badan dan menyelimuti Gita. "Sudah, tidurlah yang nyenyak. Siang nanti kita ke rumah sakit, periksakan kandunganmu." Setelah itu Bang Harra beranjak dari tempat Harra dan menyambar sesuatu dari atas nakas.
"Om mau kemana? Gita takut."
Bang Harra tersenyum tipis. Ia menyentuh pipi Gita dengan punggung jemarinya sambil memasukan rokok di saku kirinya." 'Abang' hanya mau merokok sebentar."
Pipi Gita mulai memerah mendengarnya, tapi ia cukup gengsi berhadapan dengan Bang Harra. Gita pun memalingkan wajahnya.
"Gita mau coba."
"Coba rokok yang mana? Saku kiri atau saku tengah?" Godanya mulai berani sedikit nakal meskipun perasaan cemas masih mengoyak batinnya.
.
.
.
.
konfliknya makin komplek, mantapp💪💪