NovelToon NovelToon
Gadis Kesayangan Om Garda

Gadis Kesayangan Om Garda

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Keluarga / CEO / Cinta Terlarang / Romansa
Popularitas:454
Nilai: 5
Nama Author: yourladysan

Bening awalnya hanya mengagumi Garda seperti seorang anak terhadap ayahnya sendiri. Tumbuh dalam keluarga yang kurang harmonis membuat Bening bermimpi memiliki ayah seperti Garda. Namun, seiring berjalan waktu, ternyata perasaannya terhadap Garda berubah menjadi ketertarikan yang tak masuk akal. Bagaimana bisa dia menginginkan dan menyukai ayah dari sahabatnya sendiri?

Ketika Bening ingin menyingkirkan perasaan gila itu mengingat usia mereka yang terpaut jauh, tiba-tiba suatu hari Garda membuat pernyataan yang membuat Bening bimbang. Sebuah ciuman melayang, mengantarkan Bening pada kelumit masalah antara menjadi gadis kesayangan Garda atau janji persahabatannya dengan putri pria itu.

#adultromance #agegap #cintabedausia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yourladysan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Uluran Tangan dan Kehangatan

“Ada apa?” tanya Garda tatkala Mercedes Benz yang ditumpanginya bergerak perlahan.

Sang sopir meliriknya dari rear view. “Sepertinya ada kecelakaan di depan, Pak Garda. Ramai sekali. Ada mobil polisi dan ambulans. Kita akan sedikit terlambat tiba di rumah.”

“Nggak masalah. Fokus saja menyetir.”

“Baik, Pak.”

Garda memejamkan mata seraya melonggarkan dasi. Rapat Umum Pemegang Saham yang diikutinya beberapa jam lalu benar-benar alot. Protes sana sini, pembicaraan yang kian meninggi, dan berakhir setelah berjam-jam lamanya. Garda ingin pulang, istirahat karena belum sampai dua hari kepulangannya dari luar kota.

Ekspansi bisnis furnitur Kaditya Living membuat pria berusia 39 tahun itu agak sibuk. Bahkan Nata—putrinya—kerap memprotes. Mau bagaimana lagi? Itulah tuntutan untuk Garda Mahesa Kadityanegara semenjak menduduki posisi sebagai Chief Excutive Officer—CEO—di perusahaan keluarga. Bisnis furnitur yang dibangun ayahnya sejak puluhan tahun lalu.

Garda melonggarkan dasi, menyandarkan kepala seraya memejam. Mendadak kepalanya pening saat mengingat pekerjaan yang menumpuk. Apalagi laporan dari tim operasional yang mengalami masalah dengan supplier.

“Hujan, ya? Tolong nyalakan radionya,” kata pria berperawakan kekar itu.

“Baik, Pak.”

Samar-samar suara pembaca berita terdengar dari speaker radio mobil.

Meski usianya tak lagi muda, tetapi tubuh Garda tetap terlihat atletis. Otot biseps-nya selalu menjadi daya tarik kaum hawa selain wajah tampan dengan rahang tegas. Apalagi saat melihat bulu-bulu kasar yang tumbuh di area dagu, pasti ada saja wanita yang terpesona.

Sayangnya, semenjak pisah dengan mantan istri, Garda tidak pernah membuka hati lagi. Garda sadar, masalah asmara bukan lagi yang terpenting. Ia memiliki setumpuk pekerjaan di Kaidtya Living dan ada anak perempuan yang harus diperhatikan.

Akan tetapi, semuanya tak sama lagi. Hati Garda seolah-olah mulai terbuka lebar, seakan dirinya kembali menjadi remaja puber belasan tahun silam. Tepat ketika gadis itu datang … sahabat putrinya yang bernama Bening.

“Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, cuaca diperkirakan tidak ….”

Suara pembaca berita terdengar lagi, Garda mendesah samar. Hujan adalah sesuatu yang cukup menjengkelkan baginya. Sejak dulu, ia enggan bersahabat dengan hujan.

“Pak Garda, itu bukan temannya Non Nata, ya?” tanya sopir pribadi Garda.

Refleks membuat kedua mata Garda terbuka. Dari balik kaca mobil, ia melihat Bening duduk di halte. Tak jauh dari tempat mobil berhenti. Gadis itu menunduk, terlihat sedikit menggigil karena hujan yang mulai turun agak deras. Sementara malam juga mulai menyapa.

“Berhenti di depan halte,” titah Garda pada sang sopir.

Klakson mobil terdengar begitu sang sopir berhenti di depan halte sesuai dengan titah bosnya. Bening yang duduk di halte langsung mengangkat wajah, menemukan Garda keluar dari mobil seraya membuka payung berwarna hitam. Kekagetan tampak kentara di mata Bening.

“Apa yang kamu lakukan di sini, Ning?” tanya Garda. Tiba-tiba berjongkok di depan gadis itu. Sepasang matanya mengamati pakaian Bening yang basah; dari puncak kepala sampai sebagian bajunya.

“E-enggak apa-apa, Om. Aku cuma …, nunggu hujan reda.”

Sialnya, Garda tidak cukup bodoh untuk memahami situasi. Ia melihat pergelangan tangan Bening yang memerah. Selama ini hanya Garda dan Nata yang mengetahui jika orang tua Bening kerap melakukan kekerasan. Karena hanya kepada Nata-lah gadis itu berani bercerita. Lalu, Nata sudah pasti memberitahu ayahnya sendiri.

Garda berdiri, melepas jas yang sempat dikenakan sebelum turun dari mobil. Kemudian tanpa sungkan menyampirkan ke pundak Bening sebagai selimut. Setidaknya bisa sedikit membantu menutupi baju Bening yang basah karena sedikit transparan sampai pakaian dalamnya kelihatannya sedikit.

“Ikut saya!” perintah Garda.

“Nggak usah, Om. Kos aku dekat dari sini. Lagian aku nggak mau merepotkan Om dan Nata kalau aku ikut ke rumah kalian. Nata juga pasti akan tanya-tanya kenapa saya bisa datang bareng Om.”

“Kalau begitu kita ke tempat lain.”

Terlihat Bening cukup terkejut, apalagi ketika mendongak pada lawan bicaranya. “Om, nggak usah, aku ….”

“Ayolah, Bening. Saya nggak akan macam-macam. Mana bisa saya melihat kamu seperti ini di sini?” Lagi-lagi Garda berjongkok untuk memandangi perempuan itu. “Saya tau kamu butuh didengarkan. Saya akan dengarkan kamu. Apa karena kejadian tadi pagi, kamu jadi menghindar dan marah pada saya? Oke, saya minta maaf. Saya merasa bersalah juga, Bening.”

Selama sekian detik Bening terdiam, bikin Garda kebingungan. Garda berharap Bening akan ikut karena jika tidak, pria itu jelas akan terus memikirkannya. Ia mengamati sepasang mata Bening yang tampak sedikit memerah barangkali karena habis menangis.

“Mau, ya?” Suara Garda terdengar lembut. “Kita nggak harus ke rumah dan bertemu Nata. Kita pergi ke tempat lain sampai kamu tenang. Urusan Nata, biar saya yang bicara dengannya.”

“T-tapi ….”

“Saya janji nggak akan macam-macam,” ucap Garda untuk mengenyahkan keraguan Bening.

Pada detik berikutnya Bening mengangguk samar. Senyum lega terlukis di bibir Garda. Ia kembali berdiri sambil mengulurkan tangan terbuka pada Bening. Dengan hati-hati dan sedikit sangsi, Bening menerima uluran tangan itu. Membiarkan Garda menggenggam jemarinya, menghantarkan kehangatan.

Mobil berjalan pelan di antara kemacetan ketika Bening dan Garda sudah duduk di kursi belakang. Sesekali Garda melihat si sopir mengamati dari balik rear view, dia tahu apa yang harus dilakukan nanti. Sekadang yang penting Bening mau ikut bersamanya.

“Tolong mampir sebentar, beli baju ganti buat Bening,” ucap Garda kepada sopirnya.

“O-om, nggak usah. Aku—”

“Kamu mau pakai baju basah itu terus? Saya nggak punya banyak baju santai dan kalaupun ada, pasti ukurannya nggak muat di tubuh kamu,” katanya memotong kalimat Bening. Saat Bening hendak membuka bibir untuk protes, Garda kembali bersuara. “Jangan memprotes, itu saja pasti kamu sudah kedinginan.”

“Terima kasih,” Bening berucap dengan suara sepelan mungkin. Lantas menunduk sembari menggenggam jari-jarinya sendiri.

Sesekali ia menggigil membuat Garda mencuri pandang beberapa kali ke arahnya.

Garda tanpa permisi meraih jemari kanan Bening, menyisakan kekagetan dari gadis itu. Ketika Bening mendongak dan hendak melepaskan genggaman tangan, Garda tersenyum hangat padanya. Walaupun Raras tampak ketakutan karena ada sopir yang melihat, pada akhirnya ia tak protes. Karena genggaman tangan mereka perlahan menghangat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!