"Jangan lagi kau mencintaiku,cinta mu tidak pantas untuk hatiku yang rusak"
Devan,mengatakannya kepada istrinya Nadira... tepat di hari anniversary mereka yang ke tiga
bagaimana reaksi Nadira? dan alasan apa yang membuat Devan berkata seperti itu?
simak cerita lengkapnya,di sini. Sebuah novel yang menceritakan sepasang suami istri yang tadinya hangat menjadi dingin hingga tak tersentuh
Jangan lupa subscribe dan like kalo kamu suka alur ceritanya🤍
Salam hangat dari penulis💕
ig:FahZa
tikt*k:Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadiah
"Apa ini Mas?"
"Hadiah untukmu"
Nadira menerima sebuah kotak kecil berwarna biru mengkilap
"Ini hadiah keluar Rumah Sakit untukmu sayang"
"Hadiah keluar Rumah Sakit? Aku baru tahu kalau keluar dari Rumah Sakit akan mendapatkan hadiah"
"Kamu layak mendapatkannya karena sudah berjuang untuk cepat sembuh" Sambil memberikan setangkai bunga mawar merah wangi semerbak
"Mas ini terlalu manis"Nadira menerima bunga Mawar itu
"Tidak ada yang terlalu manis,kau bahkan pantas untuk mendapatkan lebih dari ini"
Nadira membuka kotak kecil berwarna biru tadi,matanya berbinar melihat sepasang anting dengan desain mewah tertata rapi
"Mas,Indah sekali anting ini"
"Kau suka?"
"Suka Mas,aku suka sekali"
"Aku akan memasangkannya untukmu"
Devan melangkah mendekat, mengambil satu anting dari kotak kecil yang sudah terbuka tadi dari tangan Nadira.Jemarinya lembut menyelipkan rambut yang menutupi daun telinga Nadira.Gerakannya hati-hati seperti takut menyakiti.
Devan memasang anting pertama lalu yang kedua.Sesekali ia menatap Nadira,ada senyum tipis di wajahnya,rasa hangat yang menentramkan jiwanya
"Cantik ngga Mas?"
Devan tidak menjawab,ia menangkupkan tangannya di wajah Nadira,menunduk lalu mencium bibir istrinya... lama penuh rasa cinta dan rindu yang menggebu,lalu melepasnya perlahan
"Kau selalu Cantik Sayang..."
"Terimakasih Mas..."
Senyum Nadira tidak hanya di bibir tapi juga di matanya,senyum yang tulus bukan di buat-buat.
"Kau lapar Sayang?"
"Iya,aku sudah kangen masakan Bik Laila"
"Ayo kita makan,aku sudah minta Bik Laila menyiapkan makan untuk kita"
Devan menggandeng mesra istrinya,menuruni tangga satu persatu.Gerakan Devan seperti menjaga sesuatu yang berharga,ia takut Nadira terpeleset lagi di tangga seperti waktu itu.
Bik Laila tersenyum lega,melihat majikannya kembali mesra.Sigap ia memundurkan kursi.Di meja sudah tertata hidangan yang menggugah selera,asap mengepul dari mangkuk-mangkuk masakan.Potongan buah tersaji rapi di piring-piring kecil
"Silahkan Tuan,Nyonya...hidangan sudah siap"
Nadira menyentuh bahu Bik Laila,senyum nya hangat
"Terimakasih Bik Laila"
"Iya Nyonya,apa masih ada yang harus saya siapkan lagi?"
"Tidak perlu Bik,ini sudah cukup"
"Baiklah Nyonya,saya kembali ke dapur"
"Iya Bik"
Devan diam saja,duduk di kursi dengan tenang.
Nadira mengambil nasi menaruhnya di piring Devan,lalu ke piringnya. Hal yang selalu ia lakukan setelah menjadi istri Devan.
"Mas ingin makan Ayam atau steik?"
"Apa pun itu,asal kau yang mengambilkannya untukku aku akan suka memakannya"
"Kalau begitu,aku ambilkan steik ini ya.Kesukaan Mas.."
Devan tersenyum,matanya terus menatap istrinya
"Mas,jangan menatap ku terus,aku malu"
"Kenapa harus malu?"
"Ya..aku malu kalau Mas terus menatap ku"
Devan tersenyum
"Bahkan aku ingin selamanya memandangmu,sampai....aku bisa..."
kalimat Devan terputus,ada rasa getir di senyumannya
"Kenapa tidak Mas teruskan?"
Devan menggeleng,lalu menyuapkan makanan ke mulutnya seperti tidak ada yang terjadi
"Makanlah...kau harus banyak makan supaya kesehatanmu cepat pulih"
***
Nadira termenung di depan cermin rias,tangannya membalurkan lotion di siku sampai sela-sela jari.
Hatinya riuh,ia merasakan ada sesuatu yang di pendam suaminya.Ia coba menerka-nerka
"Mas Devan,apa benar dia bahagia bersama ku.Atau dia hanya kasihan? Cintanya,sebenarnya untuk siapa? Sikap lembutnya?,cara dia menatap,menciumku...rasanya masih sama saat kami baru menikah dulu.Tapi,Rafika...apa benar dia mencintai Rafika? Seperti yang dia katakan waktu itu"
"Tadi,saat makan bersama,tatapannya seperti membingkai wajahku untuk dia ingat selamanya.Kalimatnya yang terpotong apa maksudnya? Ah...Mas sebenarnya ada apa?"
"Ehem.."
Suara Devan membuyarkan lamunan.Nadira cepat menoleh
"Sudah ngantuk Mas? Atau mau aku pijit?"
"Tidak perlu,Kau istirahat saja.Kau kan baru saja pulih"
Sambil merebahkan tubuhnya di kasur,kepalanya bersandar di kepala ranjang.Kakinya menyilang,dengan tangan memijit pelan pelipis menahan nyeri dari balik tengkorak kepalanya
Nadira mendekat,ikut merebahkan tubuh di sisi suaminya
"Mas,kamu lelah ya?"
"Hanya sedikit"
"Sini Mas,aku pijit...aku sudah merasa lebih baik kok"
"Aku bilang tidak usah!!!"
"Jangan memaksaku!!!!"
Nadira terkejut,pertama kalinya Devan berbicara tinggi padanya.Mata Nadira berkaca-kaca... menatap tidak percaya
Devan mengusap wajahnya,matanya terpejam.Nafasnya naik turun.Tangan nya mengepal,Ia berusaha meredam sebisanya emosi yang tiba-tiba memuncak.Setelah bisa ia kuasai,ia menatap kembali istrinya..rasa sesal nampak di wajahnya
"Maafkan aku sayang,aku tidak bermaksud membentakmu"
Nadira masih diam,masih syok dengan suara keras yang tak pernah ia terima selama ini
Devan mendekat,memeluk istrinya.Ada genangan di matanya... cepat-cepat ia hapus
"Maaf kan aku,aku membuatmu takut"
"Maaf,Sayang...Maaf"
Berkali-kali ia mencium puncak kepala Nadira,mengeratkan pelukannya
"Iya...sudah Mas,aku maklum.Mas sedang lelah makanya Mas bersikap seperti tadi"
Devan melonggarkan pelukannya,
"Sayang...sungguh aku tidak bermaksud "
"Iya Mas,aku faham"
"Kau tidak marah?"
"Tidak...aku tidak akan marah"
Devan memeluk lagi tubuh istrinya,meletakkan kepalanya tepat di mana jantungnya berdetak.
"Tidurlah Mas,biar lelahnya berkurang"
"Iya...Sayang,aku butuh istirahat"
Devan membaringkan tubuh dengan kepala di pangkuan istrinya,perlahan matanya terpejam.Di hatinya..
"Inilah yang aku takutkan jika terus bersamamu Nadira,Penyakitku ini sering membuat ku kehilangan kontrol emosi.Aku takut ini menyakitimu"
Devan masih memejamkan mata,ada genangan air di sudut matanya...hatinya perih, terombang-ambing antara ingin melepaskan Nadira tapi hatinya menolak tak sanggup jika istrinya menderita karna perpisahan.
Nadira mengelus lembut rambut suaminya,fikirannya melayang penuh tanda tanya.
"Perubahan sikap Mas Devan tadi, benar-benar aneh. Tidak pernah sekalipun ia berbicara dengan nada setinggi itu.Lalu ia menyesal, berkali-kali meminta maaf...seolah yang membentak tadi bukanlah dirinya"
"Ada apa dengan mu Mas?,kenapa kamu seperti ini?"
"Tapi apapun yang terjadi,aku akan terus mencintaimu Mas...Aku tak pernah bisa hidup tanpamu,walau aku harus terima kenyataan bahwa hatimu tak cuma aku. Meski kau juga mencintai Rafika aku akan ikhlas menerimanya, asalkan aku tetap menjadi istrimu.Karna bisa seperti ini denganmu,itu sudah cukup bagiku.Aku tak mau apa-apa lagi"
Nadira mengusap pipinya yang basah,menghela nafas berat.Beban itu benar-benar membuatnya sesak.Ia pandangi wajah suaminya,terdengar dengkur halus yang teratur. Ia usap lembut dahi Devan,lalu menunduk mengecupnya pelan.
"Tidurlah Mas,agar hilang lelah mu.Aku disini akan tetap menemani meski kau sedang lelah sekalipun... aku akan tetap di sini untuk mu"
~Devan,Yang kuat ya...
~Salam Hangat dari Penulis🤍