NovelToon NovelToon
Pengantin Dunia Lain

Pengantin Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Hantu
Popularitas:752
Nilai: 5
Nama Author: BI STORY

Bu Ninda merasakan keanehan dengan istri putranya, Reno yang menikahi asistennya bernama Lilis. Lilis tampak pucat, dingin, dan bikin merinding. Setelah anaknya menikahi gadis misterius itu, mansion mereka yang awalnya hangat berubah menjadi dingin dan mencekam. Siapakah sosok Lilis yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BI STORY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Balasan Untuk Anak-anak Nakal

​Mobil mewah Reno berhenti di bahu jalan, agak jauh dari gerbang utama sekolah menengah atas yang terlihat ramai.

Zian menunjuk ke seberang jalan, di mana tiga remaja pria Denis berbadan besar, Zacky kurus dan sinis, dan Rio pemimpin kelompok, wajahnya keras, sedang tertawa keras sambil merokok sembunyi-sembunyi di balik warung pinggir jalan.

​Zian jiwanya terguncang, suaranya pelan.

"Itu... yang rambutnya dicat sedikit, itu Rio. Yang besar itu Denis. Dan yang di tengah, itu Zacky."

​Lilis pandangannya dingin dan intens, mengamati trio itu.

"Rio. Denis. Zacky. Aku ingat.

​Lilis mengeluarkan ponselnya. Ia membuka aplikasi kamera, mengarahkan ponselnya ke luar, dan mengambil tiga foto cepat satu untuk setiap anak."

​Zian panik.

"Kak Lilis mau apa? Jangan bilang ke guru!"

​Lilis menatap Zian, wajahnya datar.

​"Aku tidak akan melapor, Zian. Melapor... itu tidak efisien."

​Lilis mematikan mesin mobil.

"Tunggu sebentar di sini."

​Zian menahannya.

​Zian memohon,

"Jangan, Kak! Jangan lakukan apa-apa! Aku takut mereka akan membalas dendam!"

​Lilis memegang bahu Zian, genggamannya terasa dingin seperti es.

"Tidak akan ada balas dendam. Karena setelah hari ini, mereka tidak akan berani menyentuhmu lagi. Atau siapapun."

​Lilis keluar dari mobil. Ia menutup pintu dengan lembut dan berjalan menyeberang jalan ke arah para pembuli.

Zian bermonolog di dalam mobil.

"Tidak... jangan..."

​Zian menutupi wajahnya dengan kedua tangan, tidak berani melihat.

​Tiga pembully itu masih sibuk merokok dan mengobrol kotor.

"​Lilis berjalan ke arah mereka dengan anggun. Pakaiannya yang mewah dan pembawaannya yang tenang kontras dengan suasana kumuh di sana."

​Rio menyikut Denis.

"Wih, ada bidadari pagi-pagi. Anak mana nih?"

​Lilis berhenti beberapa langkah di depan mereka.

"Permisi. Saya mencari siswa bernama Zian. Apakah kalian melihatnya?"

​Zacky sinis sambil meniup asap,

"Zian? Oh, si baby face itu. Dia ada, kenapa?"

​Mata Lilis menajam.

"Saya adalah kakak iparnya. Saya hanya ingin memastikan dia baik-baik saja di lingkungan ini."

​Denis tertawa terbahak-bahak.

"Tentu saja dia baik-baik saja! Kami yang jagain dia kok."

​Rio memandang Lilis dengan tatapan kurang ajar, merasa tertantang oleh ketenangannya.

​"Mbak, kalau mau cari Zian, tunggu saja di gerbang. Mending ngobrol sama kita dulu."

​Lilis hanya tersenyum tipis. Senyum yang membuat darah para pria itu seharusnya membeku.

"Tidak perlu. Aku sudah menemukan kalian dan itu cukup."

​Lilis berbalik, berjalan kembali ke mobilnya. Trio itu tertawa terbahak-bahak, merasa berhasil menggoda wanita cantik.

Zacky berteriak ke arah Lilis.

"Hati-hati, Mbak, nanti ketempelan hantu!"

​Lilis tidak menoleh, tetapi langkahnya berhenti tepat saat Zacky mengatakan itu.

​​Kelas sedang berlangsung, tetapi Rio tidak fokus. Ia tiba-tiba merasa sangat kedinginan. Ia menggosok lengannya.

Rio berbisik ke teman sebangkunya.

"Gila, AC kelas kok dingin banget, ya? Padahal lagi musim panas."

​Teman sebangkunya hanya mengangkat bahu.

​Rio menoleh ke papan tulis. Di papan tulis yang baru saja ditulis oleh guru, ada bayangan. Bukan bayangan tubuhnya, tetapi bayangan CENGKERAMAN TANGAN yang sangat besar, seolah mencengkeram papan tulis dari belakang.

​Rio mengedipkan mata, bayangan itu hilang. Ia menggeleng.

​Tiba-tiba, ia merasakan sakit yang tajam di kakinya. Ia melihat ke bawah.

​Pensil miliknya yang baru diasah, yang tergeletak di lantai, tepat di bawah mejanya berdiri tegak dan ujungnya menembus sepatunya, menancap di jari kakinya.

Darah mulai merembes.

​Rio menahan teriakannya, tetapi ia melompat dari kursi.

​Rio meringis,

"Aduh!"

​"Rio! Ada apa?!" tanya guru.

​Rio menarik kakinya. Saat ia melihat ke bawah, pensil itu sudah tergeletak biasa, seolah tidak terjadi apa-apa. Jari kakinya sakit sekali, tetapi ia yakin pensil itu tergeletak.

​Denis, si berbadan besar, sedang di kamar mandi. Ia berdiri di depan cermin.

​Tiba-tiba, lampu kamar mandi berkedip cepat, lalu padam. Gelap total.

Denis berteriak.

"Woi! Siapa yang mainin lampu, sialan!"

​Denis mencoba membuka pintu bilik, tetapi pintu itu tidak bisa dibuka.

Denis mulai panik.

"Buka pintunya! Siapa di luar?!"

​Tiba-tiba, ia mendengar bisikan basah yang sangat dekat, tepat di telinganya.

"Kamu menyakitinya."

​Denis merasakan hawa dingin membeku, seperti ada es yang menempel di punggungnya. Ia meronta, memukuli pintu.

"Keluar! Siapa lo?!"

​Tiba-tiba, lampu menyala lagi. Kamar mandi kembali normal. Pintu bilik terbuka dengan mudah.

​Denis keluar dengan terengah-engah. Ia berlari ke cermin. Ia memeriksa punggungnya.

​Di punggung kaosnya, tampak jelas cetakan tepat seperti sarung tangan pengantin yang dipakai Lilis semalam.

Cetakan itu tidak kotor, tetapi seperti kain kaosnya Denis membeku dan memutih di area itu.

​Denis menjerit tertahan dan lari meninggalkan kamar mandi.

​Zacky sedang makan mi ayam, berusaha bersikap normal. Ia merasa sedikit cemas karena Rio tampak pincang dan Denis terlihat seperti habis melihat hantu.

​Zacky mengaduk minumannya, es teh.

​Tiba-tiba, ia melihat bayangan. Bayangan di atas minumannya. Bayangan itu berbentuk wajah seorang wanita cantik, tetapi terlihat sangat pucat dan sedih.

​Zacky melompat kaget, menjatuhkan sendok. Ia mengira bayangan itu dari jendela, tetapi tidak ada jendela di atasnya.

​Ia mengambil kembali minumannya. Ia melihat es di dalam minumannya.

​Es tehnya tidak dingin. Tetapi semua es batu di gelasnya tidak mencair. Sebaliknya, mereka mulai membentuk pola.

​Dalam beberapa detik, semua es batu di gelasnya membentuk satu kesatuan yang aneh.

​Itu adalah sebuah kepalan tangan kecil yang sempurna, terbuat dari es, mencengkeram sebuah sticker foto.

​Zacky memungut sticker itu dari es. Itu adalah sticker ukuran pas foto.

​Di sana, tertera foto Zian dengan wajahnya yang lebam, dan di sampingnya, sebuah tulisan kecil yang ditulis dengan tinta yang tampak seperti darah kering:

​"Jangan sentuh dia lagi!"

​Zacky menjatuhkan gelasnya. Semua mi ayam dan es tumpah di lantai.

​Semua siswa di kantin menoleh.

​Zacky menatap foto itu, lalu ia menatap ke gerbang sekolah, berharap melihat Lilis di sana.

​Tapi yang ia lihat, jauh di gerbang, adalah Zian, yang baru saja keluar dari kelas dan berjalan ke kantin, tampak bingung.

​Zacky langsung merasa dingin. Ia merasa bukan sedang ditatap oleh Zian, tetapi oleh sesuatu yang melindungi Zian.

​Zacky menjatuhkan sticker itu dan lari ke luar kantin secepatnya.

Zian berjalan masuk, melihat kekacauan.

"Ada apa ini?"

​Zian melihat Rio yang pincang di sudut, dan Denis yang terlihat syok.

​Rio dan Denis hanya menatap Zian, wajah mereka pucat pasi. Ketakutan yang nyata terpancar dari mata mereka.

​Zian, meskipun bingung, tahu. Ini pasti ulah Kak Lilis.

​Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!