 
                            Keputusan gegabah membuat Sekar harus menderita, suami yang ia terima pinangannya 5 tahun lalu ternyata tak membawanya ke dalam kebahagiaan. Sekar harus hidup bersama ibu mertua dan kedua iparnya yang hanya menganggapnya sebagai pembantu.
Sekar yang merasa terabaikan akhirnya memilih kabur dan menggugat suaminya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Ikuti ceritanya setiap episode. Aku mohon jangan di lompat. Terima kasih 🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Kelima
Satu Minggu berlalu, Ayu kembali datang ke rumah. Reno dan Ayu akhirnya bertemu setelah beberapa kali wanita itu berkunjung.
"Eh Ayu, mari masuk!" Lastri begitu semangat menyambutnya. "Maaf, ya, lantainya masih basah," lanjutnya. Karena Sekar baru selesai mengepel.
Ayu pun masuk ke rumah, ia lalu duduk di ruang tamu.
"Bibi panggil Reno dulu, ya!" Lastri kemudian ke kamar putranya.
Tak lama kemudian keduanya kembali ke ruang tamu. Reno dan Ayu saling berjabat tangan lalu melemparkan senyuman singkat.
"Hmm, ada apa kamu ke sini?" tanya Lastri dengan wajah tersenyum senang dan duduk di sebelah wanita itu.
"Aku mau mengajak Bibi sekeluarga jalan-jalan ke pantai," jawab Ayu melirik Reno.
"Benarkah? Kapan?" tanya Lastri semangat.
"Hari ini juga," jawab Ayu lagi.
"Ya sudah, kalau begitu kami mau siap-siap!" kata Lastri beranjak dari tempat duduknya.
"Bagaimana dengan Sekar, Bu?" tanya Reno kepada ibunya.
"Maaf, mobilku tidak dapat muat banyak. Jadi, Sekar enggak bisa ikut," jawab Ayu.
"Sekar biar saja di rumah, jika dia ikut siapa yang akan beberes," kata Lastri.
"Kalau begitu, aku di rumah saja!" ucap Reno menolak karena memang malas mau bepergian.
"Reno, jangan begitu, dong!" kata Lastri membujuk. "Ayu sudah capek-capek ke sini mengajak kita, masa kamu enggak mau ikut!" lanjutnya.
"Aku malas saja, Bu!" ucap Reno memberikan alasan.
"Reno, kita tidak pernah bertemu. Lagian, ini hanya sesekali saja. Kebetulan ada potongan diskon di restoran dekat pantai," kata Ayu menjelaskan agar Reno mau diajak ikut.
"Tapi...." ucapan Reno terjeda.
"Kamu tenang saja, aku akan mentraktir kalian!" Ayu dengan cepat memotong perkataan pria dihadapannya.
"Iya, Kak Reno. Ayo ikut, sudah lama kita tidak ke pantai!" Lulu juga turut mengajak kakaknya.
"Ya sudah, tunggu sebentar. Aku mau ganti pakaian!" kata Reno kemudian berlalu ke kamarnya.
Sekar mendengar rencana keluarga suaminya akan berangkat ke pantai menghampiri mereka yang sibuk mempersiapkan perlengkapan yang mau dibawa.
"Sekar, jaga rumah, ya!" kata Lastri.
"Mobil Kak Ayu tidak muat!" sahut Lala menjelaskan agar Sekar mengerti.
Sekar cuma diam dan pasrah.
"Reno, ayo cepat!" teriak Lastri memanggil.
"Iya, sebentar lagi, Bu!" balas Reno dari arah kamarnya.
"Bu, Nenek dan Ayah mau ke mana?" tanya Arya kepada Sekar.
"Kami mau liburan!" jawab Lulu tersenyum lebar.
"Aku mau ikut, Bu!" kata Arya.
"Di rumah saja, nonton kartun!" kata Lulu menolak permintaan keponakannya.
Mereka pun berangkat dengan hati yang gembira meninggalkan Sekar dan Arya yang cuma memandang dalam kesedihan.
Sekar berdiri di depan pagar rumahnya memperhatikan dari kejauhan mobil Ayu yang melaju.
"Mereka mau ke mana, Sekar?" tanya Bu Doni karena halaman rumahnya sering menjadi tempat parkir mobil miliknya Ayu ketika berkunjung.
"Ke pantai, Bu," jawab Sekar.
"Kamu tidak diajak mereka?" tanya Bu Doni lagi.
Sekar menggelengkan kepalanya dengan raut wajah sedih.
"Tega banget mereka, enggak mau ngajak kamu!" kata Bu Doni iba.
"Mobilnya tidak muat, makanya aku dan Arya enggak bisa ikut!" ucap Sekar memberikan alasan sesuai yang disampaikan keluarga suaminya.
"Seharusnya kalau enggak muat, kamu dan Reno bisa naik motor," kata Bu Doni.
"Entahlah, Bu. Mungkin Mas Reno enggak punya uang kalau ngajak aku juga naik motor!" ujar Sekar.
"Sabar sekali jadi kamu, Sekar!" kata Bu Doni yang salut dengan sifat Sekar tetap bersama dengan Reno dan keluarganya meskipun tidak diperlakukan dengan baik.
Sekar yang mendengarnya cuma tersenyum getir. Ia pun tak tahan lagi hidup bersama dengan keluarga suaminya, namun ia tak punya pilihan. Tak ada tempat buat dirinya mengadu dan berkeluh kesah di kota ini.