7 tahun bertahan, lalu ditinggal tanpa alasan. Hanna pikir, cinta sudah cukup menyakitkan untuk dicoba lagi dan mungkin sudah saatnya ia memilih dirinya sendiri.
Namun jika bukan karena cinta yang pergi tanpa pamit itu.. mungkin dia tidak akan bertemu dengan dr. Hendra.
Sayangnya, dr. Hendra seperti mustahil untuk digapai, meski setiap hari mereka berada di bawah atap yang sama.
Kali ini, akankah Hanna kembali memilih dirinya sendiri? Entahlah..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deborah_mae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARI YANG SIBUK
Pagi itu, seperti biasa ruangan Unit Keuangan dipenuhi hiruk pikuk kesibukan Yati, Angela, Febi dan Hanna.
Saat itu, Yati terlihat kewalahan karena dokumen tagihan asuransi nya terlalu banyak jika harus discan sendirian.
Melihat hal itu, Hanna sedikit tertawa dan menawarkan bantuan padanya.
"Kok cemberut gitu, kak? Pusing lihat benteng dokumen ya? Hahaha.."
"Aduh iya nih, Han. Mana printer ku lelet banget lagi. Discan seharian juga nggak kelar ini mah.."
Hanna menghampiri Yati sembari mengambil beberapa dokumen tagihan milik Yati "Tenang.. Ada Hanna. Entar kalo tagihan Hanna udah kelar, Hanna bantuin scan dokumennya ya, kak. Sekitar 10 menit lagi. Hanna lagi nunggu invoice tagihan Hanna selesai direview sama perusahaan mitra.."
Dengan senyuman sumringah, Yati mencubit pelan lengan Hanna. Ia sangat senang disaat yang merepotkan begini, Hanna mau membantunya.
"Baik banget, sih.. Entar pengen di jajanin apa nih, Han? Hahaha"
Di sela candaan mereka, Handphone Hanna berdering. Terlihat notifikasi di layar handphone
Panggilan Masuk (Bu Sari Kadept HRD)
Entahlah, setiap melihat nama Bu Sari, Hanna merasa sangat malas untuk menanggapi atau bahkan berinteraksi.
"Hanna, kamu sudah kirim tagihan ke PT. Palm Nation?"
"Aduh.. kenapa lagi sih ini??"
Berkali-kali ia menghela nafas. Seolah tau bahwa ia akan dipersulit lagi."Rencananya hari ini Bu. Tapi Hanna masih nunggu hasil review invoice nya dulu."
"Ooh gitu.. Saya mau titip tagihan juga rencananya"
"NAH KAN.."
"Boleh, Bu. Asalkan tagihannya sudah selesai"
"Besok tagihannya selesai kok, Han. Tapi selesai makan siang, ya.."
"Iya selesainya pas kapan-kapan"
"Oke, baik Bu. Besok Hanna ingatkan lagi. Tapi kalo tagihannya belum selesai, Hanna kirim duluan ya.."
Dengan nada yang sedikit sarkas, Bu Sari membalas ancaman kecil Hanna "Hmm.. Kalo bisa kita ngirimnya barengan sih, Han. Sayang ongkos kirimnya. Lagian ini perintah Direktur untuk minimalisir pengeluaran. Harusnya kamu ngerti dong, kan kamu anak Keuangan.."
"Mulai deh bawa-bawa direktur.."
"Oke siap, Bu."
Dipertengahan perbincangan Hanna dan Bu Sari, tiba-tiba listrik mati.
Semua orang di ruangan terkejut karena mereka lupa menyimpan file pekerjaan yang sudah mereka kerjakan sedari tadi.
Tentunya, harus mengulang dari awal lagi.
Tak lama, listrik menyala lagi. Namun listrik terlihat tidak stabil.
Seketika grup rumah sakit pun terlihat berisik. Banyak pegawai yang mengeluh karena pekerjaan mereka terbengkalai karena mati listrik itu.
Belum ada lima menit, listrik mati lagi.
Begitu terus berulang hingga empat kali dan ini bukan sebuah pertanda yang baik.
📩 IGD RS GRAHA SEHAT
"Tim IT mohon bantuannya, jaringan internet di IGD eror. Dokter tidak bisa input obat"
📩 Dermawan IT
"Mohon maaf, kak. Untuk sementara ini jaringan internet akan sedikit terganggu dikarenakan mati listrik yang berulang"
📩 Jhonny Sanjaya (Direktur RS GRAHA SEHAT)
"Tim IPSRS dan GA, cek genset. Jangan gunakan lift untuk sementara"
📩 Bu Prameswari
"Genset sedang overheat, pak. Tim IPSRS sedang melakukan penggantian meteran. Mohon bersabar karena sedang dalam proses pengerjaan. Terima kasih."
📩 Dr. Ningsih
"To All : dikarenakan terjadinya listrik mati berulang, mohon untuk tidak menggunakan CT Scan. Untuk kasus emergency harap koordinasi dengan manajemen. Terimakasih"
📩 Dr. Hendra
"Pengunjung apakah aman semua? Pastikan tidak ada yang terjebak di dalam lift."
Membaca banyaknya pesan grup yang masuk, membuat Hanna dan rekan-rekannya ragu untuk melanjutkan pekerjaan mereka di komputer.
"Waduh..kok bisa ya genset nya sampe overheat? Padahal beberapa hari ini kan hujan, ya?"
"Ya kamu pikir sendiri aja. Itu genset udah ada dari awal rumah sakit ini berdiri, Han.. Ada deh 20 tahunan kayak nya"
"Ah, yang bener, kak?"
"Bener.."
Tak lama kemudian, ponsel Hanna berbunyi lagi. Sebuah pesan dari perusahaan mitra hendak memberikan konfirmasi bahwa invoice tagihan Hanna sudah sesuai.
Langkah selanjutnya, Hanna harus mengajukan penerbitan faktur pajak ke pihak Accounting dari Head Office rumah sakit tersebut sebagai syarat kelengkapan berkas tagihan.
Biasanya tidak sampai 30 menit mereka akan mengirim faktur pajak kepada Hanna.
Namun, sudah hampir dua jam mereka belum mengirimkan faktur pajak kepada Hanna.
Hanna pun memutuskan untuk menghubungi mereka dan sayangnya panggilan dari Hanna tidak dijawab.
Dengan hati yang gelisah Hanna sudah mulai khawatir jika pengiriman tagihannya akan tertunda "Waduh.. kayaknya besok juga nih ngirim tagihannya"
Disaat itu terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru menghampiri ruangan Hanna. Ternyata Doni, admin HRD.
Nafasnya tersengal-sengal karena berlari dari lantai 5 menuju gedung Fisioterapi dan harus naik dua tangga lagi. "Kak Yati... Kak.. Sorry nih.. Boleh pinjem materai nggak? Urgent kak untuk listrik"
Dengan wajah yang cemberut, mau tidak mau Yati harus meminjamkannya meskipun saat itu dia juga sedang butuh materai untuk tagihannya.
Wajahnya terlihat serius memperingati Doni "Oke deh.. karena ini untuk listrik, aku pinjemin. Besok udah harus balik ya, Don.."
"Baik, kak. Yang penting listrik kita aman"
Doni terburu-buru kembali ke ruangannya yang berada di lantai 5.
Angela merasa aneh melihat para HRD yang tidak cekatan dalam menangani tanggung jawab mereka.
"Tuh kan kebiasaan. Padahal udah dari minggu kemarin Angel ajuin pembayaran untuk maintenance listrik. Pas genset meledak gini baru deh sibuk bikin surat perintah kerjanya. Hadeh.."
Febi tertawa miris mendengar ucapan Angela.
Sudah bukan rahasia lagi cara kinerja tim HRD memang tidak cekatan dan justru tidak menghargai waktu. Mereka cenderung menunda waktu.
Mengetahui Yati tidak memiliki materai yang bisa dipakai, Hanna pun memberikan materai miliknya supaya Yati bisa menerbitkan tagihan yang harus segera diterbitkan.