Ternyata Dia Adalah Aku

"Kurang ajar.. Kamu pikir kamu siapa berani bersikap dingin terhadap adik ku? Ujar Vino Wicaksono kakak nya Nadia.

" Saya bukan siapa-siapa Tuan Muda, saya hanya anak pungut yang ayah anda ambil dari panti asuhan. Dan sekarang saya tau bahwa saya tak pantas berasa di antara kalian, jadi akan lebih baik jika saya pergi seperti yang Nyonya besar inginkan, " ujar Siska.

Mendengar apa yang di ucapkan Siska orang-orang itu kembali terdiam, satu orang pun tidak ada yang berani bersuara.

"Baiklah... Setelah pulang dari sini saya minta kemasi barang-barang tak berharga mu itu dari rumahku, dan ingan nanti kamu jangan menyesal lalu kemudian datang lagi kepadaku sambil merengek dan menangis" ujar bu Merida, sebenarnya dia tak ingin Siska pergi, karna dia menyayangi Siska walau bagaimana pun dialah yang mengurus Siska sejak usia Siska 6 taun. Jadi pastinya dia merasa ada yang hilang jika Siska benar-benar pergi.

"Baik Nyonya, seperti yang Nyonya inginkan saya tidak akan menyesal dan tidak akan datang untuk meminta kembali ke mansion anda. " Ujar Siska.

Keputusan Siska sudah bulat bahwa dia akan pergi dari mansion itu, dan sebenarnya Siska sudah mempunyai mansion sendiri tanpa ada orang yang tau. Hanya ada beberapa orang saja yang tau siapa Siska sebenarnya.. Cuma di sayangkan hanya karna rasa balas budinya terhadap sang ayah angkat Siska menjadi orang yang mudah di tindas bahkan sampai meregang nyawa.

"Haahhh... Kenapa ya diriku yang persi modern kok be-go, padahal tuh aku yang modern ini bukan orang sembarangan. Tapi kok miris, ma-ti aja cuma gara-gara jatuh dari lantai dua. Ck ck ck..., sudahlah mulai sekarang akan aku pastikan semuanya mendapat balasan" ujar Siska dalam hati.

(Eehhhh siapa sebenarnya Siska nih ya)

"Ayo anak-anak kita pergi dari sini" ujar bu Merida.

"Tapi bu.. Nadia masih mau disini, Nadia mau bujuk Siska biar dia gak pergi, " ujar Nadia dia masih saja pura-pura tak mau di tinggalkan oleh Siska.

"Udah dek, hayuk, ngapain sih kamu bersikap baik terus sama orang yang gak tau terimakasih itu? Cuma buang-buang kebaikan aja tau semuanya sia-sia. " Ujar Vino.

Meski tidak mau Nadia menuruti kata-kata ibu dan kakak nya, karna dia tau usahanya akan sia-sia.

"Akhirnya mereka pergi juga, ini tangan rasanya gatal banget pengen nampar mukanya Nadia" ujar Siska.

"Iihhh, Non, gak boleh kaya gitu.. Gak baik tau, terus siapa yang ngajarin kaya gitu ke Non coba?. " Ujar mbok Jumanah

"Hehehe.. Gak ada yang ngajarin kok mbok, ini Siska cuma lagi kesel aja" ujar Siska memberi alasan.

"Non ini, pasti selalu aja pinter kalo masalah alasan" ujar mbok Jumanah.

"Siapa dulu dong mbok!!? Mbok, apa kita mempunyai barang berharga yang bisa di pakai?" ujar siksa bertanya.

"Kita tidak punya apa-apa Non, tapi mbok mau ngambil baju masa kecil Non yang masih utuh disana.. Siapa tau nanti bisa berguna dan disana juga kan ada kartu Identitas Non yang harus di ambil" ujar mbok Jumanah.

"Baik mbok nanti kita ambil kesana ya, setelah itu kita berpamitan pada Nyonya besar" ujar Siska.

"Tapi Nona.. Nanti kita akan tinggal dimana, selama ini kan kita hanya tinggal di mansion itu,? " ujar mbok Jumanah.

"Tenang saja mbok....

BERSAMBUNG