Istri Lemah Kesayangan Presdir

"Apa Anda ingin kita berhenti, Tuan?" tanya Willy saat mobil yang mereka naiki akhirnya melewati Anne yang berlari di luar sana.

Jackson tidak langsung menjawab, sorot matanya lurus ke arah Anne yang berlari dengan tergesa. Nampak jelas jika wanita itu ingin segera tiba di jalan raya.

Sumpah Jackson tidak menyangka jika Anne akan memilih berlari seperti itu dibandingkan meminta izin padanya untuk pergi bersama.

Logika Jackson mulai berputar, mana yang sebenarnya lebih masuk akal. Mereka pergi ke kantor bersama atau sendiri-sendiri seperti ini?

"Tuan," panggil Willy sebab dia tak mendapatkan jawaban apapun, sementara sang tuan malah terlihat melamun. Sedangkan mobil terus melaju semakin jauh dari Anne.

"Tidak, tetap jalan," titah Jackson kemudian. Pada akhirnya dia pun berpikir bahwa tak seharusnya mereka pergi bersama.

Memang harus seperti ini, menjadi asing ketika sudah keluar dari rumah.

"Baik Tuan," balas Willy seraya menekan pedal gas lebih dalam, mobil jadi melaju cepat meninggalkan Anne di belakang sana.

Tiba di jalan raya nafas Anne sudah terengah-engah, keringat pun mulai muncul di dahi dan sebagian tubuhnya. "Jam berapa sekarang?" gumamnya seraya buru-buru mengambil ponsel di dalam tas untuk melihat jam.

Waktu sudah menunjukkan jam tujuh lewat lima menit, Anne menatap sekeliling tidak ada satupun pangkalan ojek yang dia lihat. Malah di seberang sana nampak ada taksi yang mendekat.

"Taksi!" pekik Anne seraya melambaikan tangan dan melompat-lompat agar keberadaannya diketahui.

Anne sangat jarang menggunakan taksi seperti ini, hanya dalam keadaan mendesak contohnya sekarang.

"Pak, tolong antarkan saya ke perusahaan Wu Corporation," pinta Anne setelah masuk.

"Baik, Nona." Mobil mulai melaju.

"Kalau bisa tolong sedikit cepat ya Pak, saya tidak ingin datang terlambat."

"Baik, Nona. Saya usahakan."

"Terima kasih, Pak," balas Anne, sepanjang perjalanan dia cemas terus. Berulang kali menatap ponsel melihat waktu. Tentang pernikahannya dengan Jackson tidak terpikir lagi di benaknya.

Apa yang menjadi tujuan utama Anne sekarang adalah menepati janjinya pada Deon, yaitu belajar.

Sialnya Anne datang terlambat hari ini. Ketika tiba di perusahaan seluruh rekannya sudah bekerja di bagiannya masing-masing. Sementara Anne masih sibuk harus mengganti baju dengan seragam.

Setelahnya Anne menemui rekan kerjanya satu persatu untuk meminta maaf atas keterlambatannya dan alhasil Anne kembali mendapatkan tugas di lantai atas.

Lantai paling ditakuti oleh seluruh pekerja, karena di lantai atas adalah kantor para petinggi perusahaan. Sedikit saja melakukan kesalahan, orang-orang itu tak akan segan untuk memecat.

"Hei kamu, kenapa lama sekali datangnya? Siapkan kopi untukku."

"Baik, Bu."

"Jangan lama-lama, aku paling benci OG yang lelet."

"Baik, Bu," jawab Anne dengan kepala menunduk, namun setelahnya dia bergerak cepat menuju pantry untuk menyiapkan apa yang dimaui atasannya.

Tidak sampai sepuluh menit, Anne telah mengantarkan kopi tersebut ke ruangan manager keuangan.

"Fotokopi berkas ini, jadikan dua rangkap. Salah satunya langsung antar ke sekretaris tuan Jackson."

"Baik, Bu."

"Ingat, harus cepat."

"Iya Bu," balas Anne. Langkah kakinya yang biasa berjalan pelan, kini mulai melangkah lebih lebar dan cepat.

'Cepat, cepat, cepat, aku tidak boleh lelet,' batin Anne. Malah terlihat dia adalah yang paling sibuk dibanding semua orang. Anne bahkan belum sarapan atau mengkonsumsi Snack ringan.

Tapi sedikitpun dia tidak terganggu dengan hal itu, hari ini Anne lebih bersemangat bekerja dibanding kemarin.

Di masa lalu Anne telah terbiasa melewatkan sarapan, dulu saat tinggal bersama keluarga pamannya Anne hanya diizinkan makan setelah menyelesaikan pekerjaan rumah.

Anne baru bertemu makanan di hampir jam makan siang.

Tiba di tempat fotokopi, banyak orang pula yang berkunjung di sana. Anne mendapatkan nomor antrian ketiga. Tapi biasanya jika berkas itu datangnya dari lantai atas maka akan mendapatkan keistimewaan untuk dilayani lebih dulu.

Namun masalahnya Anne tak enak hati untuk menerobos antrian.

"Apa kalian sudah mendengar kabar tentang pertunangan tuan Jackson?" ucap seorang wanita.

Anne sontak langsung siaga mendengar pembicaraan tersebut.

"Tentu saja sudah, kabarnya pertunangan itu batal. Tuan Jackson tidak menghadiri tempat acara."

"Astaga, aku tidak menyangka akan ada drama seperti itu. Kasihan sekali nona Deinara," sahut yang lain.

"Apa artinya hubungan mereka akan berakhir?"

"Entahlah, padahal nona Deinara sangat cantik. Juga berasal dari keluarga yang terpandang, kenapa tuan Jackson malah mencampakkannya ya?"

"Apa ada wanita lain?"

"Sstt, sudah sudah. Kita jangan terlalu banyak bicara tentang hal ini."

Anne menundukkan kepala mendengar pembicaraan tersebut, sebab dia adalah salah satu penyebab kenapa pertunangan itu bisa batal.

Anne juga bertanya-tanya kenapa Jackson sampai megambil langkah sejauh ini, menolak bertunangan dengan Deinara dan malah menikahi dirinya sebagai istri kontrak. Sampai sekarang Anne tak benar-benar tahu apa alasan pria tersebut.

Tapi semua pertanyaan itu hanya muncul di dalam benaknya, tak kuasa untuk Anne suarakan.

Yang Anne pikiran matang-matang sekarang adalah dia harus merahasiakan pernikahan ini rapat-rapat, Anne tak ingin dibenci andai informasi tentang pernikahannya dengan Jackson sampai terkuak ke publik.

Sampai pernikahan ini berakhir harus tetap menjadi rahasia.

"Bu, tolong fotokopi ini jadi dua rangkap," ucap Anne setelah mendapatkan giliran.

Petugas di sana langsung melihat isinya dan mengetahui bahwa ini adalah berkas dari lantai paling atas gedung ini. "Apa kamu OG baru?" tanyanya seraya mulai memfotokopi.

"Iya Bu."

"Lain kali jika diminta fotokopi untuk semua berkas di lantai atas, kamu langsung berikan saja padaku tanpa perlu antri. Mereka semua tidak suka menunggu terlalu lama."

Mendengar hal itu sontak saja hati Anne jadi cemas lagi, terlebih dia langsung ingat kata-kata yang sering diucapkan oleh sang manager, yang selalu memintanya untuk cepat, jangan bekerja terlalu lama. "Ba-baik Bu, terimakasih sudah mengingatkan saya."

Selesai memfotokopi, Anne sampai berlari menuju lantai paling atas. Dia berpapasan dengan Jackson dan Willy yang hendak pergi keluar untuk bertemu dengan salah satu kolega.

Sontak saja Anne menghentikan langkahnya seperti mengambil rem mendadak. "Maaf Tuan, Permisi," ucap Anne dengan menunduk, bukan hanya kepala saja tapi menunduk sampai setengah tubuhnya.

Selesai meminta maaf dan menyapa dengan hormat Anne kembali berlari melanjutkan langkah ke meja sekretaris Jackson.

Seperti itu saja seolah mereka benar-benar orang asing yang tak terikat hubungan apapun.

Namun sikap Anne yang seperti itu justru membuat langkah Jackson terhenti. Mendadak hatinya terasa sedikit tercubit. Kenapa bukan dia yang mengabaikan Anne, kenapa justru terasa Anne lah yang mengabaikannya.

Seolah pekerjaan sederhana itu jauh lebih penting daripada dirinya, dirinya yang seorang Presdir.

"Tuan, mari pergi," ajak Willy, sebab sudah terlalu lama mereka terdiam.

"Cari semua informasi tentang wanita itu."

"Wanita? siapa yang Anda maksud Tuan?"

"Siapa lagi, tentu saja Anne."