NovelToon NovelToon
Gadis Rasa Janda

Gadis Rasa Janda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengasuh / Ibu susu
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: MahaSilsi24

Hutang pinjol 120 juta menjerat Juwita, padahal ia tak pernah meminjam. Demi selamat dari debt collector, ia nekat jadi pengasuh bayi. Tapi ternyata “bayi” itu hanyalah boneka, dan majikannya pria tampan penuh misteri.

Sebuah kisah absurd yang mengguncang antara tawa, tangis, dan cinta inilah perjalanan seorang gadis yang terpaksa berperan sebagai janda sebelum sempat menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MahaSilsi24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bianglala Bahagia

"Ramai sekali," gumam Zergan, alisnya berkerut karena semua lahan parkir penuh. Dari kejauhan terlihat deretan lampu warna-warni yang berkelip, musik dangdut koplo bercampur suara pedagang yang teriak menawarkan dagangan.

"Ya namanya juga pasar malam, Tuan. Kalau sepi sih kuburan." Juwita nyeletuk tanpa rasa bersalah, sambil menahan tawa karena ekspresi Zergan benar-benar kaku seperti bapak-bapak bingung cari jalan keluar dari macet.

Zergan menoleh dengan tatapan datar yang biasanya cukup membuat orang bungkam, tapi tidak dengan Juwita. Perempuan itu malah cengengesan, giginya terlihat rapi.

"Tuan, jangan dibawa serius. Dunia ini panggung sandiwara, jadi kita jangan terlalu bawa suasana, bawa enjoy aja. Hadapi kenyataan dengan kegembiraan, haha," katanya, sok bijak sambil memegang Princess di pelukan.

Zergan mendengus. "Setidaknya kau berbicara sesuai realita. Kau tak ingat kau menangis saat ada debt collector waktu itu?"

Wajah Juwita langsung merah. Ia menunduk sambil menggoyang-goyangkan Princess seolah sedang menidurkan bayi. "Udah ah, jangan dibahas."

Zergan smirk tipis, lalu akhirnya berhasil menemukan satu celah parkir. Ia memarkirkan mobil dengan presisi, lalu keluar duluan. Juwita yang masih kikuk buru-buru keluar sambil menenteng tas kecil.

Zergan membuka bagasi, mengeluarkan stroller, dan menyetelnya dengan cekatan. "Ayo," katanya singkat.

Juwita tersenyum, sedikit kagum sebenarnya dengan sikap tuannya itu yang meski dingin tapi rapi dan sigap. Ia pun meletakkan Princess ke stroller dengan hati-hati. "Tuan, kita main dulu atau jajan dulu?" tanyanya penuh semangat.

Zergan terdiam sejenak, menatap ke arah lautan manusia yang bergerak seperti gelombang. Ada anak-anak berlarian sambil menggenggam balon, ada ibu-ibu menawar sate, ada remaja kencan sambil jajan es. Semua tampak begitu asing baginya.

"Aku ikuti apa kata kamu aja," jawab Zergan akhirnya. Suaranya tenang tapi matanya jelas-jelas menyimpan rasa kikuk.

Mendengar itu, Juwita langsung melangkah riang. Ia mendorong stroller Princess sambil sesekali bersuara keras. "Permisi, Princess mau lewat! Hati-hati jangan kesenggol ya, ini putri kecil lagi jalan."

Beberapa orang menoleh, ada yang tersenyum geli, ada juga yang heran. Tapi Juwita cuek.

Zergan yang berjalan di belakang hanya bisa geleng-geleng kepala. Namun matanya tidak bisa menipu: ia memperhatikan punggung Juwita dengan seksama. Rambut perempuan itu tergerai sederhana, dress biru selutut bergoyang seiring langkahnya, membuat sosoknya tampak lebih manis dari biasanya.

"Kurus," gumam Zergan pelan tanpa sadar.

"Heh?" Juwita menoleh cepat. "Tuan ngomong apa? Suaranya kecil banget, coba agak kuat kalau ngomong."

"Ya, kau ku ..."

"Wah! Naik bianglala aja yuk!" potong Juwita spontan ketika matanya menangkap lingkaran bianglala besar yang berputar penuh lampu warna-warni.

Zergan mendesah panjang. "Naiklah. Aku akan tunggu di sini."

Juwita langsung melotot. "Oh, no. Tuan Zergan, untuk apa kau ke sini kalau cuma jadi patung. Ayolah, anakmu ini ingin naik bianglala."

Ia menunduk menatap stroller, lalu pura-pura menggerakkan boneka Princess sambil bicara manja, "Papa … ayo naik, aku mau lihat lampu dari atas."

Zergan terdiam. Dadanya sedikit sesak melihat Juwita memainkan peran itu dengan wajah tulus, seakan Princess benar-benar hidup. Ia menatap boneka itu lama, lalu kembali menatap Juwita.

"Kau benar. Princess mau naik," katanya akhirnya.

"Yesss!" Juwita bersorak girang, membuat beberapa orang di sekitar menoleh. Tapi ia tidak peduli. "Ayo Tuan, aku yang antri tiket."

Juwita berlari kecil menuju loket tiket sambil mendorong stroller. "Tuan, sini ikut. Jangan ditinggalin aku sama Princess," katanya setengah menoleh.

Zergan hanya mengangkat alis, lalu menyusul dengan langkah tenang. Saat mereka tiba di loket, Juwita langsung sodorin uang. "Tiga tiket, ya, Pak."

Petugas loket sempat melirik ke stroller. "Eh, anaknya belum boleh naik, Mbak. Itu masih kecil sekali."

"Hah?" Juwita langsung terdiam, lalu refleks menunduk ke stroller. Princess menatap kosong seperti biasa. Wajah Juwita memerah, tapi dengan cepat ia menutupinya. "Oh, iya bener juga ya, hehe tapi kan ini anaknya berjiwa besar. Lagian nggak rewel."

Petugas loket menatap heran. Zergan cepat-cepat maju, menyerahkan uang tambahan sambil berdeham. "Tiga tiket. Tak usah banyak tanya."

Petugas hanya mengangguk kaku, lalu menyerahkan tiket. Juwita melirik Zergan sambil berbisik, "Tuan galak banget, kayak mafia. Untung nggak langsung kena semprot air."

"Apa maksudmu?"

"Ya, muka Tuan itu, kalau tatap orang bisa bikin jantung copot."

Zergan tidak menjawab, hanya menahan tawa di balik wajah datarnya.

Mereka naik ke gondola bianglala. Juwita buru-buru duduk di samping stroller, lalu menepuk bangku kosong di seberang. "Sini, Tuan. Jangan jauh-jauh. Princess nggak suka kalau papanya dingin begitu."

Zergan menarik napas, lalu duduk. Gondola perlahan naik, meninggalkan keramaian pasar malam di bawah. Lampu-lampu kelap-kelip makin indah dipandang dari atas.

"Waahh …" Juwita menempelkan wajah ke kaca. "Cantik banget! Tuan lihat, kayak bintang jatuh semua. Aku suka banget suasana kayak gini."

Zergan menatap ke bawah, lalu mengangguk pelan. "Indah."

Juwita menoleh, heran. "Lho? Tuan bisa juga ya bilang indah. Kukira kata itu udah punah dari kamusmu."

Zergan menatapnya sebentar. "Aku jarang menemukan hal yang pantas disebut indah."

Juwita terdiam sepersekian detik. Pipi hangatnya bersemu. Ia buru-buru mengalihkan perhatian. "Lihat, ada orang jual balon! Dari atas kelihatan lucu banget."

Gondola makin tinggi. Angin malam berembus pelan, membuat rambut Juwita sedikit berantakan. Ia sibuk merapikan rambut sambil berceloteh tanpa henti. "Tuan, tahu nggak, naik bianglala itu romantis. Di film-film biasanya pas momen ini ada cowok nembak cewek. Terus ceweknya senyum manis, lalu mereka jadian."

Zergan menatapnya, ekspresi masih datar. "Lalu kau harap aku menembakmu di sini?"

"Hah?" Juwita langsung salah tingkah. "Tuan! Aku kan cuma ngomong doang. Lagi pula, mana mungkin orang kayak Tuan ngerti romantis. Pasti kalau Tuan nembak, kalimatnya kayak, 'Maukah kau menanggung semua bebanku seumur hidup?' Garing banget."

Zergan tersenyum tipis, sangat tipis, tapi cukup untuk membuat Juwita melongo. "Tuan, tadi … senyum ya?"

"Aku tidak."

"Ada! Aku lihat! Princess juga lihat kan?" Juwita pura-pura menggoyang stroller. "Papa senyum, lho."

Zergan mengalihkan pandangan ke luar jendela. Namun dalam hati, ia merasa dadanya lebih ringan. Entah kenapa, celotehan perempuan itu bisa mengikis beban pikirannya sedikit demi sedikit.

Tiba-tiba, bianglala berhenti mendadak di posisi paling atas. Gondola mereka bergoyang pelan.

"Aaaaaah! Tuan, ini gimana? Jangan-jangan mau jatuh!" Juwita langsung panik, meraih tangan Zergan spontan.

Zergan tetap tenang. "Itu biasa. Mereka berhenti sebentar untuk turunkan penumpang di bawah."

"Ya tapi, tinggi banget! Kalau jatuh aku bisa jadi rempeyek."

Zergan menoleh ke tangan Juwita yang mencengkeram tangannya erat-erat. "Kalau takut, lepaskan saja. Tidak usah panik."

Juwita malah makin menggenggam. "Nggak mau! Kalau aku jatuh, aku tarik Tuan ikut jatuh!"

Zergan menghela napas. "Dasar merepotkan." Tapi, diam-diam ia menggenggam balik tangan Juwita, sekilas, lalu segera menariknya kembali.

Wajah Juwita makin panas. "Eh, Tuan genggam balik tadi, ya?"

"Tidak."

"Ada! Princess juga lihat kan? Papanya genggam tanganku."

Zergan berpura-pura tak dengar, padahal telinganya sedikit memerah.

Hening sejenak. Hanya suara angin dan lampu-lampu yang berkelip di bawah. Juwita menatap keluar jendela, lalu tersenyum lembut. "Tuan … aku bahagia, lho. Bisa begini. Rasanya kayak aku punya keluarga kecil. Walaupun mungkin nggak sempurna, tapi hangat."

Kata-kata itu membuat Zergan tersentak. Ia menatap boneka Princess, lalu menatap Juwita. Ada perasaan asing menyelinap di dadanya perasaan yang membuat luka lamanya bergetar.

Ia ingin berkata sesuatu, tapi gondola mulai bergerak lagi, perlahan turun. Juwita tertawa lega. "Syukurlah, selamat. Tadi aku udah siap bikin wasiat di atas."

Zergan menggeleng. "Bicaramu selalu aneh."

"Tapi Tuan tetap dengar, kan? Artinya Tuan peduli."

Zergan tidak menjawab. Namun saat gondola berhenti dan pintu terbuka, ia berdiri lebih dulu, mengulurkan tangan pada Juwita. "Hati-hati."

Juwita menatap tangan itu sebentar, lalu tersenyum kecil sebelum menggenggamnya. "Baik, Tuan."

1
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
Zainab Ddi
🤣🤣🤣🤣emang enak Juwita ketahuan ngomongi xergan
Hesty
ka bikin desi diusir.. jgnada pelakorrrr...
Zainab Ddi
wah Juwita kelabakan nih mau dipecat 🤣🤣🤣
Zainab Ddi
sama author aku suka ceritanya lucu kadang bikin ketawa sendiri 💪🏻💪🏻💪🏻
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah xergan terima lg deh
Zainab Ddi
author makasih Uda update banyak ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
mami Malinau dan papinya bahagia melihat zergan
Zainab Ddi
author seneng banget update nya banyak🙏🏻🙏🏻😍😍😍💪🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita pake acara nyanyi lg gimana zergan ngak kerawa
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah Juwita lansung bertindak demi utang Uda dikubasin bikin Desi tambah iri nih
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah jangan Juwita disuruh jdi istrinya nih semoga ya
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
callyouMaijoi: makasih ya udah setia menunggu ceritanya 🥰
total 1 replies
Zainab Ddi
kaysky Desi nih ngasih tahu def kolektor biar Juwita di usir Dedi kan iri
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!