Selama 20 tahun, dirinya menduduki tahta. Raja Lee Yun selalu tenggelam dalam ingatan kelam. Ingatan kelam yang membuatnya sulit untuk terlelap, bahkan sulit untuk melakukan segala hal. Karena tragedi buruk yang berhasil memecah belah dirinya dan sahabat karibnya, membuat Raja Lee Yun selalu bertahan agar tidak depresi karena rasa bersalah yang mendalam.
Suatu hari, saat putra mahkota JunHwa kembali dari pendidikan nya di Sungkyunkwan. Dan berhasil menjadi murid No. 1. Raja Lee Yun yang sudah tidak tahan, meminta bantuannya untuk menemukan dalang dari konspirasi 20 tahun lalu di balai kerajaan yang mengakibatkan perpecahan antara dirinya dan sahabat karibnya. Dan satu hal lagi yang dia minta, Yang Mulia Raja Lee Yun meminta agar putranya menemukan Sahabatnya yang pergi meninggalkan ibukota tanpa jejak.
Mampukah Putra Mahkota JunHwa memecahkan konspirasi 20 tahun lalu itu? dan apakah dia juga dapat menemukan dimana sahabat karibnya ayahnya.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sequoia_caca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesetaraan
Keesokan harinya, Suasana Dalbich-Arae terlihat ramai meski matahari baru saja terbit di ufuk timur. Para pekerja sibuk melayani tamu yang datang. Beberapa dari tamu itu ada yang kesana hanya untuk sekedar menginap karena ada urusan di Gyeonggi-do atau menginap untuk mengikuti pembelajaran akademis yang diajarkan oleh Ayah Hyun, Kang Cheol sebelum menempuh pendidikan formal. Ataupun yang non akademis seperti bela diri dan seni pentas yang diajarkan Hyun dan beberapa karyawan lain.
Banyak pelancong atau pedagang yang menginap disana, lalu ada juga mahasiswa dan anak-anak yang sengaja dititipkan disana untuk belajar. Kebanyakan dari anak yang dititipkan adalah bangsawan.
Kang Cheol membangun Dalbich-Arae dengan segenap hati. Saat dia masih muda, dia memang bercita-cita memiliki sebuah penginapan yang luas dan membuka semacam kelas untuk anak-anak dari kalangan bangsawan ataupun anak-anak yang kurang beruntung. Dia ingin mengajari mereka tanpa ada kesenjangan. Biaya yang dipungut pun tidak besar. Mereka boleh membayar semampu mereka.
Kang Cheol, Ayah Hyun memang terlihat menyeramkan bagi orang yang baru pertama kali bertemu dengannya. Bagaimana tidak, Sebagian rambutnya dibiarkan terurai dengan beberapa bekas luka di wajah. Tatapannya tajam dan bibir yang irit senyum. Kang Cheol lebih sering memasang wajah cemberut. Gaya berpakaian nya pun selalu di dominasi warna gelap seperti hitam, Maroon, Navy, dan Coklat. Namun, aslinya dia sangat menyukai anak-anak. Dia ramah terhadap anak-anak yang belajar disana.
Seperti yang terlihat sekarang ini, ditengah suasana Dalbich-Arae yang ramai. Dia mendisiplinkan anak-anak dengan cara berbaris sebelum memasuki ruangan kelas.
"Ayo para prajurit, berbaris lah. Ingat, kedisiplinan itu adalah hal yang penting. "
Anak-anak itu tampak sangat senang, namun ada beberapa dari mereka yang terlihat memasang ekspresi kesal akan sesuatu hal.
Salah satu anak gemuk dengan pipi merah yang berpakaian rapi khas bangsawan mengangkat tangannya.
"Pak Guru, Kenapa kami harus disatukan dengan para budak. Mereka tidak pantas belajar di satu ruangan bersama kami para bangsawan. "
"Siapa namamu, nak? "
Kang Cheol mendekatkan wajahnya pada bocah gendut itu. Yang tengah cemberut sambil menaikkan satu alisnya dan mengepalkan tangannya.
"Aku, Geum Dan dari klan Cho. "
"Hmmmhhh.. Geum Dan. Dengar ya nak. Belajar itu adalah hak bagi semua orang. Bangsawan dan Budak tidak ada bedanya karena mereka adalah sama-sama manusia yang ber-hak atas pendidikan. Apa kau tidak kasihan pada mereka? Kebanyakan dari mereka tidak punya orang tua, tidak punya saudara, tidak bisa membeli barang yang bagus sepertimu. Bahkan banyak diantara mereka yang disiksa atau dibiarkan kelaparan. Apa semua itu belum cukup untuk membuat mereka menderita?"
Bocah gendut bernama Geum Dan itu, seketika menunduk sambil memainkan jarinya.
"Maafkan aku Pak Guru. "
"Tidak apa-apa, justru aku senang jika muridku berani mengemukakan pendapat nya. Namun, yang harus diingat adalah kita tidak boleh membeda-bedakan orang. Semua berhak atas kehidupan yang baik. Pada dasarnya Di dunia ini tidak ada yang namanya Si kaya atau si miskin. Kita harus hidup berdampingan dan saling menghargai.. . Mengerti semuanya? "
"Mengerti Pak Guru!! ! "
Seru para murid yang di dominasi anak kecil itu serempak.
"Ayo masuklah, kelas akan dimulai.. "
Mereka semua menuruti perkataan Kang Cheol memasuki ruangan kelas dengan berbaris rapi.
"Wahhh.. Wahh ayahku memang hebat. Bisa menaklukkan para kurcaci itu dengan mudah. "
Hyun datang sambil menepuk tangan, sejak tadi dia memperhatikan ayahnya yang mengingat kan murid-murid kecilnya tentang kesetaraan.
"Berhenti bercanda, Apa kau sudah selesai menyiapkan ruangan untuk para mahasiswa besok.? "
"Ya ampun, ayah.. Ini masih pagi.. Aku akan menyicilnya bersama yang lain. Jadi tenanglah. Lagipula, aku sudah sering menyiapkan penyambutan untuk para mahasiswa itu. "
Hyun menghela nafasnya sambil melipatkan kedua tangannya.
"Tunggu sebentar, kemari.. "
Kang Cheol meraih wajah putrinya lalu memperhatikan nya dengan seksama. Hal itu membuat Hyun kesal dan risih karena orang-orang disana memperhatikan ayah dan anak itu.
"Aduhhhh, ada apa ayah.. . .! ! ! Wajahku bisa remuk!! "
Hyun berusaha melepaskan diri dari cengkraman ayahnya.
"Apa itu karena kau semakin dewasa ya.. ? Matamu semakin berubah warna menjadi kehijauan.. "
Kang Cheol mengatakan hal itu dengan nada rendah. Takut ada yang mendengar.
"Kalau itu benar, berarti waktu kita tidak banyak ayah.. "
"Kau benar.. Ya sudah, nanti kita bicarakan lagi. Kelas akan segera dimulai. "
Kang Cheol meninggalkan Hyun yang masih berdiri di halaman itu dengan sesuatu yang mengganggu pikirannya. Hingga suara salah seorang karyawan menyadarkan nya.
"Tuan muda, ruangan kamar mana saja yang akan dipakai untuk para mahasiswa. "
"Ehmmmm... Ahhh ya tunggu sebentar. Aku akan kesana.. "
Hyun merubah suaranya jadi lebih berat. Hal ini sudah ia lakukan bertahun-tahun. Jadi dia sudah terbiasa.