NovelToon NovelToon
Malam Yang Mengubah Takdir

Malam Yang Mengubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / CEO / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Kaya Raya
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Tyger

Anya bermimpi untuk memiliki kehidupan yang sederhana dan damai. Namun, yang ada hanyalah kesengsaraan dalam hidupnya. Gadis cantik ini harus bekerja keras setiap hari untuk menghidupi ibu dan dirinya sendiri. Hingga suatu malam, Anya secara tidak sengaja menghabiskan malam di kamar hotel mewah, dengan seorang pria tampan yang tidak dikenalnya! Malam itu mengubah seluruh hidupnya... Aiden menawarkan Anya sebuah pernikahan, untuk alasan yang tidak diketahui oleh gadis itu. Namun Aiden juga berjanji untuk mewujudkan impian Anya: kekayaan dan kehidupan yang damai. Akankah Anya hidup tenang dan bahagia seperti mimpinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Tyger, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 - Perlakuan Terbaik

Kaos, kemeja, gaun santai, pakaian formal…

Celana pendek, celana panjang, jeans…

Semua jenis pakaian tersedia dalam berbagai warna. Pink, merah marun, biru langit, navy, dan lain-lain.

‘Ini gila!’

Mulut Anya menganga melihat koleksi pakaian dalam lemari itu.

"Ini semua… buat aku?" tanyanya tak percaya.

"Tentu saja. Tuan Aiden yang menyiapkan semuanya," jawab Hana sambil tersenyum.

"Beneran ini semua milikku?" tanya Anya sekali lagi.

Hana hanya tertawa pelan dan mengangguk.

Anya menyentuh salah satu gaun dan merasakan kelembutannya. Ia melirik merek-merek terkenal yang tergantung di lemari itu dan kepalanya langsung pening. Ia tak pernah menyentuh pakaian semewah ini, apalagi memakainya!

Hana yang mengira Anya bingung memilih, bukan takut memakainya, langsung mengambil gaun kasual kuning yang lucu. Ia menggantungkannya di depan tubuh Anya, lalu tersenyum lebar. "Coba pakai yang ini."

Anya hanya menurut. Ukurannya pas, seolah dibuat khusus untuk tubuhnya. Ia tak tahu bagaimana Aiden tahu ukurannya, tapi semua pakaian ini cocok dikenakan.

Ia berdiri di depan cermin tinggi, tertegun melihat bayangannya sendiri. Gaun kuning cerah itu membuat kulit putihnya tampak bersinar. Tanpa lengan tapi tetap sopan, panjangnya melebihi lutut—elegan, tapi tetap sederhana.

Hana sudah menyiapkan sepatu flat berwarna cokelat dan tas kecil yang senada. Semuanya tampak serasi. Anya terlihat lebih dewasa, tapi tetap manis.

"Sudah lama saya ingin punya anak perempuan biar bisa saya dandani seperti ini," ujar Hana sambil tersenyum haru.

Anya membalas senyuman itu. Ia merasa hangat. Sosok Hana yang ceria dan lembut mengingatkannya pada ibunya. Andai ibunya sadar, ia pasti akan cocok berteman dengan Hana. Kepribadian mereka begitu mirip.

Saat semuanya siap, mereka turun ke lantai bawah. Di depan pintu, Abdi sudah menunggu.

"Terima kasih, Bu Hana. Aku suka sekali pilihan Ibu," kata Anya, tulus.

Wajah Hana makin berseri, "Sama-sama. Kamu pergi sendiri?"

"Enggak kok. Aiden menyuruh Pak Abdi untuk antar aku," jawab Anya.

Hana tersenyum puas mendengar itu. Sejak dulu, Abdi selalu jadi supir pribadi Aiden dan hanya melayani Aiden. Tapi sekarang, ia punya tugas baru: mengantar Anya. Itu menandakan, wanita ini benar-benar berarti bagi tuannya.

Abdi sudah siap di depan mobil menyambut kedatangan Anya. Begitu melihat sosok nyonya mudanya, pria paruh baya itu langsung membukakan pintu mobil.

"Madam, saya diperintahkan oleh Tuan untuk mengantar Anda," ucap Abdi sopan.

"Terima kasih, Pak. Panggil saja aku Anya," jawab Anya sambil masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangan pamit ke Hana. Abdi mendengar ucapannya, namun ia tak terbiasa bersikap informal pada majikannya, jadi ia hanya membalas dengan senyum hangat.

Sebelum menemui ayahnya, Anya memutuskan untuk mampir dulu ke rumah sakit, menjenguk kondisi ibunya dan memastikan apakah benar semua biaya perawatan ibunya sudah ditanggung oleh Aiden.

Langkahnya mengarah ke ruang ICU, ruangan yang sangat familiar baginya. Dari balik jendela kaca transparan, ia melihat ibunya masih terbaring koma. Mata Anya mulai memerah saat menatap wajah pucat sang ibu.

"Ibu, bangun ya… Jangan tinggalkan Anya sendiri," bisiknya pelan, seakan berharap ibunya bisa mendengar doanya. Namun, hanya kesunyian yang menjawab.

Anya teringat tiga tahun lalu, saat ia pulang kuliah. Saat itu, statusnya masih mahasiswa baru dan ia sangat bahagia karena bisa menempuh jurusan teknik kimia. Rasanya mimpinya untuk mengikuti jejak sang ibu tinggal selangkah lagi.

Namun, saat ia sampai di rumah, ia mendapati ibunya sudah tak sadarkan diri.

Penyesalan dan duka langsung menyesaki dadanya…

Andai saja ia lebih peka terhadap kondisi ibunya…

Andai saja ia pulang lebih cepat hari itu…

Mungkin semuanya bisa berbeda.

Saat ia sedang larut dalam ingatan, beberapa dokter dengan jas putih menghampirinya. Di depan rombongan itu berdiri seorang pria paruh baya yang wibawanya sangat terasa. Dialah direktur utama rumah sakit. Pria itu memberi salam sopan kepada Anya.

"Madam, saya adalah direktur rumah sakit ini. Kami akan memprioritaskan kondisi ibu Anda dan menurunkan tim medis terbaik kami. Semua rencana perawatan sudah kami laporkan secara detail kepada Tuan Aiden," ucapnya.

Anya berkedip beberapa kali, bingung. "Direktur rumah sakit?"

Ibunya sudah dirawat di sini bertahun-tahun, tapi ini pertama kalinya ia melihat direktur rumah sakit muncul langsung. Dan kali ini, pria penting itu datang menemuinya secara langsung, lengkap dengan beberapa dokter di belakangnya, dan bersikap sangat hormat padanya.

"Benar," jawab direktur itu singkat.

Sebenarnya ia tidak mengenal Anya sama sekali, bahkan tak tahu bahwa ada pasien koma bernama Diana di rumah sakit ini. Namun, setelah menerima laporan bahwa Grup Atmajaya akan menanggung seluruh biaya perawatan, tentu ia harus turun tangan langsung. Grup Atmajaya adalah salah satu pemegang saham besar di rumah sakit ini!

Walaupun ia bukan pengikut gosip, ia tahu kabar skandal Aiden yang viral belakangan ini. Tentang seorang wanita yang tertangkap menginap bersama Aiden, lalu Aiden membatalkan pertunangannya dengan putri keluarga Tedjasukmana demi wanita itu.

Dan wanita itu… sekarang ada di hadapannya!

Tentu ia harus bersikap baik. Siapa tahu, ini jadi jalan untuk menjalin hubungan baik dengan keluarga Atmajaya.

"Bu Diana bisa dipindahkan ke ruang rawat inap setelah kondisinya stabil," ujar sang direktur, meyakinkan Anya.

"Terima kasih, Dok. Kalau Ibu sadar nanti, tolong langsung beri tahu saya," jawab Anya.

"Tentu. Kami pasti akan menghubungi Anda secepat mungkin," balasnya sebelum pamit untuk memeriksa pasien lain.

Anya merasa sangat bersyukur atas bantuan Aiden. Aiden tak hanya menepati janji untuk membayar pengobatan ibunya, tapi juga memberikan perlakuan terbaik yang bahkan tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

“Apakah ini bukan mimpi?” Anya merasa semuanya terlalu sempurna. Ia takut semuanya akan hilang begitu saja saat ia membuka mata.

Ia meninggalkan rumah sakit dengan hati hangat dan lega. Aiden tak hanya membantu, ia benar-benar peduli. Ia bertekad suatu hari nanti akan membalas semua kebaikan itu, sekecil apa pun.

Sekarang, tinggal satu tugas lagi—menemui ayahnya.

Kafe tempat pertemuan tak jauh dari rumah sakit, jadi Anya memutuskan untuk berjalan kaki dan meminta Abdi menunggu di area parkir.

Dari luar, ia melihat ayahnya duduk di dekat jendela. Ia mempercepat langkah, senyum merekah di wajahnya.

"Ayah!" panggilnya sambil melambaikan tangan. Suaranya cukup keras hingga beberapa orang menoleh.

Namun, bukannya terlihat bahagia, wajah sang ayah malah mengernyit, seolah risih melihat sikap Anya yang terlalu ceria. Melihat reaksi itu, Anya langsung menurunkan tangannya dan duduk dengan canggung di hadapan ayahnya. Namun senyumnya tetap ia pertahankan.

Senyum itu makin lebar ketika pelayan datang membawakan minuman. Ayah memesankan minuman untukku!

Tapi harapannya langsung pupus saat melihat yang disajikan adalah… kopi.

Ayahnya tidak tahu kalau ia alergi kopi. Setiap kali meminumnya, tubuhnya akan gatal-gatal dan bisa menyebabkan sesak napas. Bahkan setelah bertahun-tahun jadi anaknya, ayahnya tidak tahu hal sesederhana itu.

“Akhirnya kamu datang juga. Ayah sudah menunggu lama,” ujar Deny.

“Tadi aku mampir ke rumah sakit sebentar, menjenguk Ibu,” balas Anya. Ia sengaja mengingatkan bahwa ibunya masih sakit dan butuh perhatian.

Deny terlihat sedikit canggung. Ia menggaruk kepalanya dan berkata, “Ayah bisa pinjamkan sedikit uang kalau kamu butuh.”

Anya tahu itu hanya basa-basi. Ia tahu, kalau ia menyebut nominal, ayahnya pasti akan berkata tak punya uang sebanyak itu.

“Aku butuh banyak untuk biaya rumah sakit Mama. Ayah bisa bantu?” tanyanya, langsung ke inti.

“Ayah nggak punya uang sebanyak itu,” jawab Deny. Tepat seperti yang Anya duga.

Semangat Anya makin redup. Rasa bahagianya yang tadi besar usai dari rumah sakit, kini menurun drastis.

Akhirnya, ia tak ingin membuang waktu dan langsung bertanya, “Jadi, kenapa Ayah tiba-tiba mencariku?”

1
Syifa Aini
kalo bisa updetnya 3 atau 4 x dalam sehari. 🥰
Syifa Aini
alur ceritanya menarik, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!