Soul-verse Beast adalah sebuah game MMORPG yg populer tidak hanya gamenya yang asik,tapi juga game ini memberikan akses kesempatan bagi para player untuk bermain secara realtime!
Soul-verse Beast,game yg berusia 2 tahun mengguncang dunia karena setiap update patch 2 bulan sekali,mereka melakukan pemilihan bagi semua player yg beruntung dapat bermain game Soul-verse Beast secara realtime. Dan pemeran utama dalam cerita ini Wazeng dan Vogaz,mendapatkan keberuntungan itu!
perjalanan dimulai apa saja yang akan mereka lakukan disana? dan apa mereka akan mendapatkan kehidupan yg lebih berwarna dalam dunia game? ikuti cerita mereka menjelajah dunia Soul-verse Beast!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MoonShape, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perburuan yg sebenarnya
...----------------...
...----------------...
...(Matahari menyelinap masuk lewat celah tirai jendela. Cahaya lembut membelai wajah mereka yang masih terlelap)...
...----------------...
...----------------...
(Dalam kamar 2-A, Eimi sudah duduk di ranjangnya, rambut setengah berantakan tapi wajahnya berseri. Ia melirik ke arah Hazuki yang masih tertidur, memeluk gauntlet barunya seperti bantal peluk.)
(Eimi berbisik lembut): “Hari baru, pejuang baru…”
(Ia bangkit, berjalan pelan lalu menyiram wajahnya di baskom kecil dekat jendela.)
(Hazuki menggeliat, suara serak): “…Udah pagi?”
(Eimi menoleh sambil tersenyum):“Sudah. Dan… nggak ada bos level 88 menunggu di luar pintu, kok.”
(Hazuki tersenyum kecil, lalu duduk): “Syukurlah…”
...----------------...
...----------------...
...----------------...
(Sementara itu, kamar 2-B Vogaz berdiri di depan cermin kecil, mengikat sabuk pada Jubah barunya.)
(Wazeng sudah duduk di kursi, membuka tab hologram melihat lihat dungeon list.)
Vogaz: “Sudah pilih dungeon?”
(Wazeng menoleh sebentar): “Ya. Dua dungeon area barat. Raventusk Hollow level 36 dan Hidden Cavern level 42.Low risk. Monster tipe biasa. Tidak ada boss fragment beast, tidak ada sistem aneh.”
(Vogaz mengangguk): “Bagus. Kita bangun fondasi dulu. Jangan jatuh dua kali.”
...----------------...
...----------------...
...----------------...
(Mereka berempat duduk di balkon penginapan, menyantap sarapan ringan: roti madu, dan teh herbal lokal. Wajah mereka segar, tapi sorot mata mereka serius.)
(Wazeng membuka tab hologram tim): “Rencana hari ini sederhana. Kita masuk dungeon kecil, latih formasi tim.”
“Eimi jaga support di belakang, Hazuki paling depan. Aku dan Wazeng nge plank kiri-kanan.”
(Hazuki mengangguk): “Kalau ada jebakan, biar aku hadapi dulu.”
(Eimi tersenyum, mengacungkan jempol): “Kalau ada luka... biar aku yang sembuhkan!”
(Wazeng menatap mereka satu per satu): “Tidak ada lagi insiden... Kita belajar dari yang lalu...Kita jadi lebih kuat... bersama.”
(Semua berdiri, mengikat tali armor mereka, dan berjalan menuruni tangga Ravathen menuju gerbang barat. Tidak dengan terburu-buru, tapi dengan tekad yang baru.)
...----------------...
...(Langit cerah membentang di atas kepala. Angin lembut menggoyangkan dedaunan pohon-pohon yang berjejer rapi di sisi jalan.)...
...----------------...
(Di tengah jalan itu... tampak empat bayangan berjalan berdampingan.)
“Dua kilometer lagi. Kita akan temui cabang jalan. Dungeon pertama di balik bukit itu.” (Ia menunjuk bukit yg jauh didepan mereka.)
Hazuki: “Dungeon... Raventusk Hollow, kan? Aku pernah ke sana waktu level 30-an.”
Eimi: “Eh? Jadi kamu udah pernah ke tempat itu, Hazuki?”
(Hazuki mengangguk): “Dulu. Tapi nggak pernah sampai lantai dua. Waktu itu... timku belum cukup kuat.”
(Seketika suasana agak hening. Eimi melirik Hazuki, ragu bertanya. Tapi sebelum sempat bicara, Hazuki lebih dulu bicara sendiri.)
“Tapi sekarang, aku akan kembali... sebagai seorang pejuang baru"
(Vogaz menimpali): “Pastikan kita juga nggak salah pilih member.”
Wazeng: “Kita semua nggak sempurna. Tapi sekarang kita berjalan dengan mata terbuka.”
(Eimi mengangkat tangannya ke langit): “Kalau kita selamat dari dungeon hari ini, aku traktir roti madu!”
Hazuki: “Kalau kita nggak selamat, siapa yang bayar?”
Vogaz: “Dompet kita... akan ikut dikubur bersama.”
(Gelak tawa kecil menyertai mereka. Tawa yang terdengar ringan… tapi penuh makna.)
...----------------...
...----------------...
...(Mereka akhirnya tiba di hadapan sebuah gua perbukitan batu. Akar pohon merambat di sekeliling pintu masuk dungeon.)...
(Di atas gerbang batu terdapat ukiran buram)
...[Raventusk Hollow – Level Recommended: 36–40]...
(Wazeng berdiri paling depan, membuka tab tim hologram yang melayang di udara. Matanya menyisir data satu per satu, lalu mengulanginya lagi. Vogaz menyusul, berdiri di sampingnya.)
...[Party Status]...
...Wazeng – Lv.48 – Assassin (Dagger)...
...Vogaz – Lv.47 – Assasin (Dagger)...
...Hazuki – Lv.39 – Fighter (Gauntlet Type)...
...Eimi – Lv.15 – Magic Support (Cane Staff)...
[Dungeon Info: Raventusk Hollow – Floor 1]
...– Recommended Level: 36–40...
...– Monster Class: common...
...– Field Info: Spike traps, Poison Trap...
...– Fragment Signature: None Detected...
(Wazeng tenang, tapi tegas): “Cek ulang. Dungeon ini tidak ada Fragment beast. Berarti... tak akan ada boss atau entitas level tinggi seperti sebelumnya.”
(Vogaz mengangguk): “Monster tipe biasa. HP rendah. Tapi gerombolan.”
(Hazuki membuka hologramnya, memeriksa statusnya lagi untuk ketiga kalinya. Tangannya sedikit bergetar—mungkin bukan karena takut, tapi karena ia tak mau kejadian yang lalu terulang.)
“Lv.39. Level rekomendasinya sesuai dengan levelku… tapi tetap saja...”
(Eimi berdiri di samping Hazuki): “Kamu nggak sendiri kali ini, Hazuki.”
(Hazuki menoleh, sedikit terkejut. Eimi menyodorkan potion ungu kecil.)
(Eimi tersenyum): “Potion anti-burn. Nggak perlu sih mungkin... tapi... siapa tahu.”
(Vogaz memandang ke arah Hazuki): “Kau pakai gauntlet sekarang. Gaya bertarungmu berubah, jangan pakai mindset lama.”
(Hazuki tersenyum hangat): “Benar. Kali ini... aku yang akan maju di depan, bukan sebagai pelindung timku yang dulu... tapi petarung untuk timku yang sekarang.”
(Wazeng menutup tab hologramnya dan menatap satu per satu wajah mereka.)
“Terakhir: tidak ada split. Tidak ada improvisasi solo. Hazuki maju, Eimi cover support, aku dan Vogaz serang dari kiri dan kanan. Setiap belokan dicek, setiap jebakan diwaspadai.”
(Vogaz menimpali): “Dan jangan lupa... jangan percaya pada sistem sepenuhnya.”
(Ia memasang masker, bersiap utk masuk.)
...----------------...
...----------------...