NovelToon NovelToon
DENDAM KESUMAT

DENDAM KESUMAT

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Iblis / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Tamat
Popularitas:563.5k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Aku mohon! Tolong lepaskan!”
Seorang wanita muda tengah berbadan dua, memohon kepada para preman yang sedang menyiksa serta melecehkannya.

Dia begitu menyesal melewati jalanan sepi demi mengabari kehamilannya kepada sang suami.

Setelah puas menikmati hingga korban pingsan dengan kondisi mengenaskan, para pria biadab itu pergi meninggalkannya.

Beberapa jam kemudian, betapa terkejutnya mereka ketika kembali ke lokasi dan ingin melanjutkan lagi menikmati tubuh si korban, wanita itu hilang bak ditelan bumi.

Kemana perginya dia?
Benarkah ada yang menolong, lalu siapa sosoknya?
Sebenarnya siapa dan apa motif para preman tersebut...?

***

Instagram Author: Li_Cublik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dendam : 08

“Sawitri, kau adalah darah dagingku. Yang ku titipkan di rahim ibumu. Hanya kaulah yang bisa memancing Iblis peliharaan manusia biadab itu memasuki hutan terlarang ini_"

"Setelahnya penguasa hutan yang membunuhnya! Begitu dia mati, saatnya kau reka ulang kejadian 15 tahun lalu! Arak dua orang biadab itu! Telanjangi! Siram minyak tanah lalu bakar hidup-hidup!” Ni Dasah menekankan setiap kata seraya menatap lekat wajah putri kandungnya. Dia yang sudah mati rasa, seolah tak memiliki ikatan batin.

“Aku sudah terikat dengan hutan ini. Tak lagi bisa keluar, tugasku menjadi perantara makhluk ghaib dengan para manusia serakah yang haus ketenaran, kekayaan, kekebalan,” sambungnya.

Betapa terkejutnya Sawitri, ia menatap kosong Ni Dasah, lalu mengguncang lengan sosok yang ia anggap ibu kandung. “Betulkah, Mak? Apa benar yang dikatakan Ni Dasahi?”

“Sewaktu menyadari kau tumbuh di rahim ku. Almarhum kakek mu si pemilik ilmu hitam, datang lewat mimpi. Mengatakan kalau kau lah si pemilik darah manis tulang wangi, yang mana bila dibiarkan hidup akan menjadi ancaman sekaligus keuntungan para manusia tamak. Sebab, dirimu memiliki keistimewaan; dapat melihat, berkomunikasi, bahkan bisa mengendalikan makhluk tak kasat mata,” lanjut Ni Dasah.

“Maka dari itu, aku melakukan ritual gaib Pujon (pemindahan janin) ke rahim ibumu,” sambungnya dengan nada tegas.

“Seumur hidup Mamak tak bisa hamil, karena bapakmu mandul. Saat itu kami mendatangi ibumu yang menjadi dukun beranak terkenal di tanah transmigrasi. Kami berkeluh kesah, meminta solusi. Ni Dasah, menawarkan kau yang masih berumur 8 minggu di dalam kandungannya. Setelah berembuk, Mamak setuju lalu melakukan ritual itu. Kemudian kami pulang dengan membawamu,” bu Mina membantu menjelaskan.

“Berarti aku bukan bayi prematur?” Witri ingat kalau orang tuanya dan para tetangga mengatakan bila dia lahir di saat belum cukup bulan.

Bu Mina mengangguk “Iya, demi menutupi kenyataan yang sesungguhnya.”

“Lantas, siapa nama Kakak ku? Apa dia bernasib sama dengan ku?” Sawitri ingin mengetahui lebih dalam lagi. Sewaktu tragedi dulu, umurnya baru jalan 5 tahun lebih.

Masih sangat kecil untuk mengingat hal penting, apalagi tak lama setelah kejadian itu, para warga menutup rapat mulut mereka, tak ada yang membahas. Seolah hal tersebut hanya mimpi belaka.

Ni Dasah kembali bercerita dengan intonasi tenang, ekspresi datar. “Namanya Gayatri, hampir mirip dengan namamu. Kala itu dia menjadi kembang desa, umurnya masih 17 tahun, sedang ranum-ranumnya. Bahri begitu tergila-gila padanya, terobsesi ingin menjadikan kakakmu salah satu Gundiknya.”

“Tentu saja Gayatri menolak mentah-mentah, lebih memilih pinangan pemuda miskin. Hal tersebut membuat Bahri murka, merasa harga dirinya dipijak-pijak. Seminggu sebelum pernikahan, dia dan Sugeng menculik kakakmu. Membawanya ke perkebunan kelapa, menyekap, dirudapaksa. Kala itu, ilmu hitamku masih terkunci, karena sebelumnya telah bersumpah ingin menjadi manusia bersih, menjalani kehidupan layaknya orang normal.” Napasnya terdengar berat, tapi matanya sama sekali tidak berembun.

“Setelah melakukan pencarian besar-besaran, tapi tak jua membuahkan hasil. Aku memutuskan membuka segel itu, meskipun konsekuensinya tak lagi bisa menggembok nya. Melakukan ritual dengan tumbal mempersembahkan darahku sendiri.”

Flashback.

“Andai saja kau mau ku jadikan Gundik, maka nasib malang ini takkan menimpamu … ha ha ha. Rasakan ini!” Bahri yang kala itu masih berusia 30 tahun, menggorok leher Gayatri yang sudah meninggal dunia setelah digempur selama tiga hari penuh.

Kemudian giliran Sugeng memotong anggota tubuh gadis malang itu menjadi lima bagian.

Sementara di luar ... Gandi, Pendi, Herman, membakar tumpukan kayu sampai nyala api membubung tinggi.

Jasad tak lagi utuh itu dilemparkan ke dalam api hingga menjadi tulang belulang. Tak sampai disana saja, kerangka Gayatri dihancurkan sampai menjadi serpihan, hanya tersisa tulang ekor, lalu dibuang ke sungai berbatasan dengan hutan terlarang.

***

“Terlambat, sangat terlambat. Jangankan menyelamatkan nyawanya, jasadnya saja kami tak bisa menguburkan secara layak.” Tangannya terkepal erat sampai buku-buku jari memutih.

Tubuh bu Mina menjadi kaku, sedangkan Sawitri bertambah murka, dendam di hatinya kian membara.

“Aku dan suamiku berusaha membalas mereka. Namun, iblis peliharaan Bahri mengetahui rencana itu. Terjadilah fitnah kejam serta pembantaian, yang mana bapakmu dibakar hidup-hidup. Selama satu bulan penuh, tengkorak bapakmu dipajang di tugu kedatangan. Setiap orang yang melewati wajib meludahi dengan mengatainya Iblis_”

“Cukup Bu!” Sawitri tidak tahan lagi, dia bersimpuh memeluk kaki ibu kandungnya, menatap tanpa linangan air mata. “Katakan padaku, apa yang harus kulakukan untuk menghancurkan mereka!”

“Jadilah iblis kematian bagi mereka! Aku akan melepaskan perisai yang dulu ku buat untuk melindungi mu agar tidak ada satupun yang mengetahui bila kau memiliki darah manis, tulang wangi!”

“Kapan ritual pembuka segel itu dilaksanakan, Bu?” Sawitri masih bersimpuh, dia tak sakit hati apalagi tersinggung. Saat ibu kandungnya seperti menjaga jarak, enggan membangun ikatan batin ibu dan anak.

Lagipula, apa yang bisa diharapkan dari orang yang sudah mati rasa? Hidup hanya untuk membalaskan kematian orang tersayangnya.

Sungguh malang nasib Ni Dasah, menyaksikan sendiri bagaimana suaminya dibantai, dan melihat putri kandungnya dieksekusi, lebih menyakitkan lagi dia tak kuasa menolong, hanya menatap tanpa bisa berbuat apa-apa.

‘Aku bersumpah akan membalaskan dendam kesumat keluarga kita Bu! Membunuh mereka satu persatu, termasuk Badjingan itu!’

Ni Dasah tersenyum miring, dia mendengar sumpah Sawitri. “Dua puluh satu hari lagi adalah puncak bulan purnama, itulah waktu yang tepat melakukan ritual.”

"Satu hal yang perlu kau ketahui! Begitu segel itu dibuka, kau takkan lagi bisa hidup seperti manusia normal seutuhnya. Terlebih, bila peliharaan Bahri mengetahui keberadaan mu. Iblis itu sangat menyukai menghisap darah manis serta memakan daging manusia bertulang wangi. Kau harus jadi sosok tangguh, cerdik, bengis, bernyawa tapi tak memiliki hati nurani, sanggup kah?"

"Lebih dari sanggup!" Sawitri berdiri, menatap yakin netra ibunya.

"Persiapkan dirimu untuk hari itu!" titah Ni Dasah, lalu dia berlalu dari kamar.

Bu Mina mendukung penuh niat Sawitri. Dia yang dulu wanita lemah lembut, pengasih, kini menjadi sosok tega, tak kenal lagi apa itu simpati apalagi empati.

"Lakukanlah Witri, jangan ragu! Meskipun nantinya kau akan menjadi iblis sekalipun, Mamak tetap mendukungmu! Dunia terlalu kejam untuk kita para kaum lemah."

.

.

Keesokan harinya, di samping gubuk Ni Dasah. Sosok cantik tengah mematut dirinya pada pantulan kolam berlumut berair jernih. Rambut lurus hitam sepunggung, wajah manis, bibir seksi, pancaran mata menantang.

“Siapa kau?” Sawitri yang sedang ingin merendam kaki terkejut melihat sosoknya dari belakang.

Dia berbalik, tersenyum bengis menatap wanita yang kini keadaan tak lagi mengenaskan dibandingkan sewaktu pertama kali ditolongnya. "Apa kau lupa pada sosok yang semalam membanting mu?"

Mata Sawitri membulat sempurna. "Kunti?"

"Ya," jawabnya dengan tersenyum sangat manusiawi.

"Mengapa sekarang kau berbeda sekali?" Sawitri mendekati wanita beraroma bunga kantil.

"Karena majikan ku baru saja mempersembahkan tumbal."

"Siapa dia?"

Kunti terkekeh, enggan memberi tahu. "Kau mengenalnya, sering pula berbincang dengannya!"

"Kunti, bolehkah aku tahu kisahmu? Mengapa bisa sampai terdampar disini dan menjadi salah satu abdi ibuku ...?"

.

.

Bersambung.

1
Nisa Nisa
sama aja, demi apapun kalau yg dipuja iblis ya sesat jg namanya.
Begitulah manusia ada yg diuji dgn harta atau penderitaan semua berpulang bgm manusia menjalani ujian itu, bersyukur atau takabur bersabar atau mengikuti nafsu
Nisa Nisa
sdh deh bakal diantar ke hutan larangan 🤣🤣
Nisa Nisa
ini perang sesama pemuja iblis. dan iblis pun tertawa krn makin banyak teman ke neraka 🤣🤣
Nisa Nisa
utk memotong motong manusia 🤬
Nisa Nisa
setan mana mau rugi, manusia aja gk ada yg gratis sekarang ini pertolongannya apalagi kunti. semua tumbal itu gk akan dimakan hanya jalan agar manusia makin jahat pada sesama manusia dan menumpuk dosa utk memastikan menemani mereka ke kerak neraka
Emi Widyawati
bagus sekali
Nisa Nisa
logika alur cerita ini bgm?
kejadian 15 th yg lalu.. td aku berasumsi masa umur Sawitiri baru 15 th udah kawin, eh keterangan selanjutnya saat kejadian umurnya 5 th oke jd umur Sawitri 20 th. kenapa kemudian dia mencari kakaknya, cerita ini lompat atau bgm kok aku bingung dibagian mana disebut ada kakaknya,
Cublik: Umur Sawitri saat kejadian Kakak dan orang tuanya, masih lima tahun.

Dan cerita ini dibuat saat umur Sawitri 20 tahun, baru beberapa bulan menikah dengan Hardi.

Ada kok semua ulasannya, Kak.
Terima kasih sudah membaca karya sederhana ini.
total 1 replies
Nisa Nisa
jebakan setan berhasil, satu lg manusia mau jd budaknya
Nisa Nisa
anak setan lah. Anak Nini mungkin korban entah juragan Bahri entah Hardi.
tp yg mati gk bisa balik ke dunia lagi, yg gentayangan ya setan.
emma mahriana
ceritanya ngeri2 sedap, ada rasa takut tp tetep penasaran & tetep lanjut baca
mksh thor
Ass Yfa
centenge Juragan yg rudapaksa Sawitri ternyata
Ass Yfa
mampir thor...baru bab pertama udah ngeri...ditunggu pembalasan Sawitri
ttp semangat othor
emma mahriana
bayanganku Gareng itu burung gagak , iya ngga thor, maaf kl slh
Cublik: Bukan Kak.

Ada di bab berapa gitu, aku sertakan fotonya 😊
total 1 replies
emma mahriana
/Sob//Sob//Sob/ othooor /Sob//Sob//Sob/
Nisa Nisa
sehinga hina kematian adalah bunuh diri, Allah murka dan tak bakal mencium bau surga. Sesakit apapun jgn terlintas keinginan bunuh diri.
Nisa Nisa
benar juga ejekan preman di depan Sawitri suami lembeknya bisa apa, sarjana gk berguna ujung-ujungnya di ketiak orang tua jg
Nisa Nisa
anak sendiri disiksa.. dasar berhati iblis
Nisa Nisa
kok sdh tahu mereka mertua Hardi?
apa Hardi barusan bicara atau diam-diam mereka sdh tahu dan menyuruh preman kampung itu biar menggugurkan kandungan Sawitri dgn cara keji begitu.
Nisa Nisa
ternyata tukang sabung ayam juga... 😰
emma mahriana
astagfirullah ya Allah kejam banget si jurigan edan ni
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!