NovelToon NovelToon
Kelas Tujuh Untuk Zahrana

Kelas Tujuh Untuk Zahrana

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: DUOELFA

Aku menunggu jawaban dari bu Nirmala dan bu Zahira, namun hingga dua hari ini berikutnya, aku belum mendapatkan jawaban dari masalah tersebut.

"Bu, Andai aku tak cerita tentang masalah bullying ini pada ibu, aku mungkin masih sekolah di sekolah X ya bu," ucap Zahrana padaku saat kami tengah makan bersama.

Aku memandang putri sulungku tersebut.

"Bila kamu tidak bilang pada ibu, ibu yakin, Allah akan menunjukkan jalan lain agar ibu bisa mengetahui masalahmu nduk. Wis nggak usah dipikirkan lagi. Ayo cepat makannya. Nanti keburu dihabiskan mas," ucapku mengalihkan pembicaraan.

Aku berusaha tak terlalu mendengarkan perkataan Zahrana karena aku masih menunggu penjelasan dari bu Zahira dan bu Nirmala dan pengakuan dari Ghania agar semua menjadi jelas. Akankah Zahrana tetap bisa sekolah disana atau tidak pun tidak, akupun tak tahu jawabannya karena aku akan mempertimbangkan semua dari beberapa sisi, dan aku pasti akan memilih sisi yang paling aman untukmu, Zahran

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DUOELFA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

WA DARI FIDA

Setelah membaca Wa dari mbak Nina, entah mengapa seakan memiliki kekuatan dan keinginan bahwa aku harus menunjukkan pada mereka, mas Anton, mbak Nina dan keluarga besarnya bahwa aku mampu memberikan sekolah terbaik untuk ketiga anakku, Zahrana, Mumtaz dan Arsenio. Aku juga ingin menunjukkan pada mas Anton bahwa aku mampu merawat ketiga anakku dengan baik meskipun tanpa bantuannya sama sekali. Kata diopertombokne dari mbak Nina seakan membuat harga diriku terjun bebas, seperti aku tidak memiliki harga diri sama sekali. Aku bersikap baik pada mereka selama ini seakan tak terlihat sama sekali dihadapannya. Aku menunggu, menunggu dan terus menunggu, berharap ada sebuah keajaiban bahwa suatu saat mas Anton akan berubah. Tapi sampai kapan? Hingga sembilan bulan berlalu, sejak ia datang ke rumah yang terakhir kali yaitu mengantar Zahrana untuk menempuh ujian beasiswa di Yogyakarta, mas Anton juga tak kunjung datang ke rumah. 

Aku meraih dompet hitam yang terletak di lemari paling atas dan kubuka. Terdapat dua belas lembar uang berwarna merah yang berarti uangnya masih tersisa sebesar satu juta dua ratus ribu. Untuk membayar kebutuhan uang pangkal di sekolah X yang berjumlah dua juta lima ratus lima puluh ribu rupiah, berarti aku masih memerlukan uang lagi sebesar satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah yang harus kudapat dalam waktu tak kurang dari seminggu.

Aku kembali menyekrol Wa masuk di grup PPDB sekolah X untuk menemukan nomer pak Hasan, TU di sekolah tersebut. Aku segera menelpon beliau untuk menanyakan sesuatu hal terkait PPDB yang belum kuketahui.

"Assalamu'alaikum. Perkenalkan. Nama Saya Siti Anisa. Saya ibu dari ananda Arini Zahrana yang telah diterima di kelas keagamaan. Mohon maaf bila saya mengganggu waktu jenengan. Saya ingin bertanya terkait PPDB. Bila pembayaran uang pangkal sekolah dibayar dengan sistem diangsur, boleh atau tidak ya Pak?" tanyaku pada pak Hasan yang suaranya berada di ujung gawai ku. 

"Wa'alaikumussalam. Salam kenal ibu Siti. Mohon maaf sekali ibu. Untuk pembayaran uang pangkal di sekolah X tidak bisa dibayar dengan sistem diangsur atau dicicil. Sekolah X udah memberi waktu lebih banyak dibandingkan dengan sekolah lain yang hanya memberikan waktu hanya sehari atau dua hari saja untuk waktu pembayaran uang pangkal," jelas pak Hasan. 

"Iyaa Pak. Mohon maaf, saya izin bertanya sekali lagi, bila tidak dibayar bagaimana ya pak?"

"Dengan tidak menyelesaikan pembayaran uang pangkal dengan tepat waktu, maka siswa tersebut dianggap gugur dan akan  dicoret dari PPDB dan akan digantikan oleh siswa yang berada di cadangan," jelas pak Hasan.

"Terima kasih atas informasinya ya pak. Assalamu'alaikum," ucapku pada beliau. 

"Wa'alaikumussalam," jawab pak Hasan sembari menutup telpon dariku. 

Ternyata bila wali murid tidak membayar uang pendaftaran dengan waktu yang telah ditentukan oleh sekolah X, maka nama siswa akan dicoret dan digantikan oleh siswa yang berada di cadangan. Aku harus segera mencari solusi tentang kekurangan uang pendaftaran untuk Zahrana.

Aku kembali menyekrol gawai untuk menemukan nomer Fida yang begitu lama tak kukirimi balasan karena kesibukanku yang begitu padat akhir-akhir ini. Setelah kutemukan  nomer yang kuinginkan, segera kutulis pesan pada temanku tersebut

Maaf fid

Aku baru membalas wa darimu

Aku sangat sibuk sekali

Fida, aku jadi pinjam uang

Aku sangat membutuhkan uang tersebut untuk pendidikan Zahrana yang harus dibayar paling lambat seminggu lagi

Bila tidak dibayar

Akan diganti oleh siswa yang ada di cadangan

Maaf boleh tahu syaratnya? 

Kira-kira membutuhkan apa saja ya? 

Takutnya aku tak bisa memenuhi syarat-syarat dalam proses peminjaman

Tak lama kemudian Fida membalas pesan dariku yang berupa brosur peminjaman dari bank Sekar Harum

Aku membaca dengan seksama brosur tersebut. Pinjaman pertama sebesar dua juta rupiah, dikurangi admin, tabungan wajib. Jadi nasabah hanya menerima sebesar satu juta rupiah delapan ratus ribu rupiah. Persyaratan dari pinjaman tersebut hanya fotokopi kartu keluarga dan kartu tanda penduduk. Tidak ada persyaratan yang menyatakan membutuhkan tanda tangan suami yang merupakan poin penting bagiku karena mengingat saat ini aku dan mas Anton tengah pisah ranjang. Angsuran dilakukan seminggu sekali sebesar lima puluh ribu rupiah sebanyak lima puluh kali angsuran. Dengan kata lain pinjam satu juta delapan ratus ribu dan mengembalikan sebesar dua juta lima ratus ribu rupiah. Aku tahu ini adalah ... Uang riba, tapi ... Sungguh aku sangat membutuhkan uang dalam jumlah besar dengan tenggang waktu yang sangat sedikit sekali yaitu hanya tujuh hari ke depan. Aku juga mempertimbangkan bahwa aku mampu untuk membayar angsuran tersebut, mengingat Zahrana telah memiliki beasiswa yang ditransfer setiap bulan, serta aku akan lebih berusaha lagi dalam bekerja. Sukur-sukur semoga aku lekas mendapatkan pekerjaan yang baru untuk menyukupi kebutuhanku beserta ketiga anakku.

Sebenarnya, aku juga telah berusaha meminjam uang kepada sanak famili, tapi mereka tak ada yang meminjamkan uang padaku meskipun mereka terlihat kaya dan mampu. Aku juga tidak memaksa atau berusaha memelas dengan menceritakan nasib malang yang tengah kualami karena bagiku itu adalah hak mereka untuk meminjamkan uang padaku atau tidak sama sekali. Aku juga menyadari siapa diriku saat ini. Keadaanku saat ini hanya seorang yang berstatus ibu rumah tangga yang hanya bekerja sebagai tukang rosok yang memiliki penghasilan tak menentu, masih memiliki tanggungan tiga orang anak dan hanya terlihat tidak bekerja, hanya mondar mandir saja karena mengantar dan menjemput anak, seakan tidak mungkin mendapatkan pinjaman. Siapa yang akan mempercayakan pinjaman pada seseorang sepertiku yang tidak memiliki pekerjaan tetap? Mau meminjam pada tetangga juga nggak mungkin. Sudah tidak mendapatkan uang pinjaman, malah aib kita akan tersebar dimana-mana dan menjadi bahan gunjingan orang.

Kubalas WA dari Fida

Aku  jadi pinjam fid

Kira-kira aku akan menerima uang tersebut dalam jangka waktu berapa hari ya? 

Fida membalas

Tujuh hari lagi mbak. 

Mohon kirim foto kk dan KTP ya

Biar segera diproses oleh petugas banknya

Aku bergegas mencari kartu keluarga di dalam tas khusus yang berisi semua berkas penting milik keluarga kecilku serta mencari KTP didalam dompet yang kutaruh di dalam tas kain bekas bendera diler milikku. Setelah dapat keduanya, aku segera memoto dan kukirimkan pada Fida. 

Tak seberapa lama, aku mendapatkan balasan WA dari Fida. 

Sudah kukirim pada petugas untuk diproses

Ditunggu ya mbak

Bila ada pemberitahuan dari petugas

Nanti ku kabari. 

Segera kubalas WA dari Fida

Terima kasih Fida

Hari-hari berikutnya, aku kembali seperti hari biasa. Kembali fokus pada rongsokan yang tak seberapa, fokus pada Zahrana yang akan menghadapi try out terakhir, disusul ujian akhir semester dan berakhir pada ujian sekolah yang kurang lebih akan berlangsung selama satu setengah bulan ke depan. Tak lupa fokus juga pada Mumtaz yang semakin banyak latihan di sekolah, baik latihan fisik maupun psikis nya. Tak lupa aku juga mengecek buku praktek ibadahnya yang ternyata lancar saat praktek berwudlu. Aku mengetahui dari laporan harian yang dikirimkan ustadzah Najma padaku, baik berupa tulisan di buku penghubung, foto maupun video yang dikirimkan beliau lewat grup sekolah maupun lewat WA pribadi. Terima kasih ustadzah Najma.

Tak lupa aku juga fokus pada Arsenio juga yang semakin lucu-lucunya. 

"Terima kasih Ya Rabb atas anugerah ini. Rabbi hablii minas shaalihiin," ucapku dalam hati. 

1
ibuke DuoElfa
semangat
ibuke DuoElfa
selamat membaca
kozumei
Wow, luar biasa!
ibuke DuoElfa: Terima kasih kak
semoga suka dengan cerita saya
total 1 replies
Eira
Ingin baca lagi!
ibuke DuoElfa: sudah update 2 bab kak
masih proses review
semoga suka dengan cerita saya ya

selamat membaca
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!