NovelToon NovelToon
MAHDI

MAHDI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Mata-mata/Agen / Hantu / Tumbal
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Mahdi mengunjungi Ishwar tua yang tengah sakit. Ishwar mengenali siapa orang itu. Tamu dari masa lalu.

Tapi ada perlu apa Mahdi kembali menemui Ishwar setelah puluhan tahun berlalu?

Perjalanan Mahdi berkeliling waktu demi mewujudkan kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan Dimakan, Dia Sahabatku

Semenjak menikah dengan Pak Kaji Ud dan diboyong ke rumah suami barunya di desa yang jauh. Siti belum pernah pulang ke desa asalnya.

              Sudah lebih dari satu bulan. Sahabatnya yang bernama Yuyun kangen dengan Siti. Dari kecil mereka selalu bermain bersama. Hingga sudah dewasa dan berkeluarga pun Yuyun dan Siti tidak pernah terpisahkan.

              Bedanya Yuyun berhasil dalam menjalani biduk rumah tangganya. Yuyun dikaruniai dua orang putra yang sudah beranjak dewasa dan juga suami yang setia.

              Yuyun tidak hanya rindu kepada Siti. Tapi ia juga cemas dengan keselamatan Siti yang sekarang tinggal bersama Pak Kaji Ud. Di desa barunya itu Siti tidak punya kenalan siapa-siapa.

              Apalagi dengan semakin menyebarnya desas-desus tentang Pak Kaji Ud yang memelihara demit-demit. Dan juga kejadian-kejadian mengerikan yang baru-baru ini terjadi di desa.

              “Ibu mau kemana?”,

              “Ibu mau pergi ke rumah teman ibu”,

              “Teman ibu lagi sakit”,

              “Nanti kalau bapakmu tanya ibu kemana jawab saja begitu”,

              “Paling sore ibu juga sudah sampai di rumah”,

              Pagi itu Yuyun hendak pergi dari rumah. Yuyun ingin mengunjungi Siti sahabatnya yang sudah cukup lama tidak ada kabar.

              Yuyun pamit kepada anaknya tanpa memberitahukan tujuan yang sebenarnya. Yuyun juga berani berangkat setelah suaminya terlebih dahulu keluar dari rumah untuk bekerja.

              Perjalanan dari desa ke tempat Siti sekarang berada lumayan jauh. Perjalanan bisa dipangkas menjadi lebih cepat dengan melewati jalan-jalan pintas untuk sampai di jalan utama. Kemudian naik bus satu kali sampai lah di pinggir jalan raya dimana desa yang jauh di barat itu berada.

              Di situ lah kampung rumah baru Siti. Yang tinggal bersama suami barunya Pak Kaji Ud.

              Ini adalah untuk kali kedua bagi Yuyun datang ke rumah Pak Kaji Ud. Yang pertama kali adalah ketika Yuyun ikut mengantar Siti sebagai rombongan pengantin.

              Yuyun masih hafal dengan rumah Pak Kaji Ud beserta jalan-jalan yang harus dilaluinya untuk sampai ke sana. Tanpa harus bertanya kepada orang-orang desa yang pagi itu juga sepi karena kebanyakan dari mereka pasti sedang sibuk tidak ada di rumah.

              Menjelang dzuhur sampai lah Yuyun di rumah Pak Kaji Ud,

“Assalamualaikum”,

              “Permisi”,

              “Kulo nuwun”,

              “Siti kamu di rumah?”,

              “Ini aku Yuyun”,

              Pintu rumah Siti terbuka. Dan setelah mengucap berbagai macam salam tidak kunjung ada orang dari dalam rumah yang menyambut kedatangan Yuyun yang mau bertamu.

              Meski pintu rumah depan terbuka, tapi kenapa rasanya rumah besar ini begitu sepi?

              Yuyun jadi khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu yang tidak baik kepada Siti. Apa aku nekat masuk saja dan mencari Siti di dalam? Pikir Yuyun.

              “Bismillah”,

              “Aku masuk rumahmu ya”,

              “Habisnya kamu tidak menjawab”,

              Akhirnya Yuyun yang takut kalau Siti kenapa-kenapa pun masuk ke dalam rumah Pak Kaji Ud diam-diam.

              Biar pun sebelumnya hanya pernah sekali datang kemari. Yuyun masih ingat betul dengan tata letak ruangan di rumah ini. Dimana ruang tamu, dimana kamar mandi, dimana dapur dan dimana kamar tidur Siti.

              Setelah melewati ruang tamu yang begitu sunyi Yuyun langsung menuju ke kamar Siti.

              Dan di sini lah Yuyun mengetahui kalau Siti benar-benar sedang berada di rumah.

              Yuyun sampai di depan kamar Siti yang pintunya tertutup rapat. Dan dari dalam kamar itu terdengar suara Siti yang sedang,

              “Ah… ah… ah... ah…”,

              “Meneh... meneh…”,

              (Lagi… lagi….)

              Rupanya Siti sedang bercumbu dengan sangat liar di dalam kamarnya. Terang saja Siti tidak mendengar Yuyun yang datang.

              Yuyun salah kaprah. Prasangka buruknya tidak terbukti. Ia justru mendapati sahabatnya tengah menikmati klimaks yang hanya bisa dirasakan oleh dua pasang sejoli yang sudah sah menikah.

              Hebat juga Pak Kaji Ud. Biar sudah tua tetap masih bisa membuat Siti menggelinjang sampai ketagihan minta terus. Yuyun salut.

              “Ah… ah… ah... ah………….”,

              “Meneh mas... meneh mas…”,

              (Lagi mas… lagi mas….)

              Siti keluar dari dalam kamarnya. Yuyun masih mematung di depan kamar Siti.

              Dua sahabat itu sama-sama terkejut.

              “Yuyun”,

              Siti terkejut melihat kedatangan teman baiknya yang datang berkunjung. Yang tiba-tiba sudah masuk ke dalam rumahnya.

              “Siti”,

              Yuyun terkejut melihat Siti yang keluar dari dalam kamar dengan telanjang bulat tanpa mengenakan sehelai benang pun.

Tubuh Siti yang kuning langsat penuh dengan merah-merah bekas cipokan api asmara yang beringas.

              Yuyun lebih terkejut lagi ketika ada seseorang yang keluar dari dalam kamar Siti. Seorang laki-laki berkumis yang hanya tersenyum kepada Yuyun lalu pergi berlalu begitu saja keluar dari dalam rumah lewat pintu depan yang terbuka.

              Yuyun mengenali orang itu. Laki-laki itu bukanlah Pak Kaji Ud suami Siti. Melainkan anak pertama dari istri pertama Pak Kaji Ud yang usianya tidak jauh beda dengan Siti.

              “Ya Allah Siti”,

              “Kamu main gila”,

              “Bagaimana kalau Pak Kaji Ud sampai tahu?”, kata Yuyun.

              Dengan tenangnya Siti pun menjawab;

              “Sepertinya Pak Kaji Ud sudah tahu”,

              “Tapi bukannya dia punya istri?”, tanya Yuyun.

              “Kalau itu istrinya jangan sampai tahu”, jawab Siti dengan santainya.

              Hari itu Pak Kaji Ud sudah berangkat pagi-pagi ke luar kota. Siti mengaku kepada Yuyun kalau dirinya memang sudah beberapa kali menjalin hubungan gelap dengan anak-anak suaminya.

              Kalau di film-film panas ini bisa diberi judul gairah ibu tiri.

              “Aku mandi dulu ya Yun”,

              “Badanku bau pejuh”, kata Siti.

              “Kalau mau makan minum ambil sendiri ya Yun”,

              “Anggap seperti rumah sendiri”,

              “Tidak ada siapa-siapa selain aku”, kata Siti.

              Tanpa sungkan-sungkan Yuyun menyeduh teh manis untuk dirinya sendiri.

              Sambil menunggu Siti selesai mandi, Yuyun pun menunaikan sholat dzuhur terlebih dahulu. Di dalam rumah Pak Kaji Ud.

              Ada sebuah kamar di dalam rumah itu yang dilarang bagi siapa pun orang untuk masuk kedalamnya. Kamar itu terletak di sudut bangunan.

              Awalnya Yuyun ingin numpang sholat di kamar Siti. Tapi karena kondisi kamarnya sedang terbengkalai seperti kapal pecah yang baru saja dipakai perang, Yuyun berubah pikiran.

Apalagi kamar Siti baru saja digunakan untuk berbuat maksiat. Dan masih bau pejuh.

Lalu Yuyun mau sholat dimana?

Mau sholat di ruang tamu khawatir nanti ada yang datang. Mau sholat di dapur tapi lantainya masih kotor belum disapu. Mau pergi ke masjid tapi jauh dan juga perempuan lebih utama untuk sholat di rumah.

Yuyun akhirnya membuka pintu yang tertutup rapat. Kamar di sudut bangunan yang terlarang bagi siapa pun.

Biasa saja rasanya. Di dalam kamar itu ada tirai hitam yang digunakan untuk membagi ruangan menjadi dua bagian.

Yuyun yang merasa itu adalah sebuah privasi tidak berani untuk melangkah lebih maju lagi. Yuyun sholat di depan tirai hitam yang menutup separuh ruangan.

              Siti pun sudah selesai mandi, sekarang baunya sudah wangi. Tidak harum pejuh lagi.

              Siti mencari Yuyun,

              “Yun…”,

              “Yun…”,

              Siti mendapati pintu kamar di sudut ruangan terbuka. Siti cepat-cepat mendatanginya.

              Siti menemukan Yuyun yang sudah selesai sholat yang sedang berdzikir.

          “Subhanallah”,

          “Subhanallah”,

          “Subhanallah”,

              Siti menarik Yuyun keluar dari dalam kamar itu. Siti kembali menutup rapat-rapat pintu kamar tersebut.

              “Ada apa?”, tanya Yuyun.

              “Kamu kalau mau sholat di kamar ku saja”, jawab Siti.

              “Kenapa kalau sholat di sini?”, tanya Yuyun.

              “Nanti aku ceritakan”,

              “Sekarang kita makan siang dulu”, ajak Siti.

*

              Tidak ada yang berubah dari Siti. Siti masih sahabat Yuyun sama seperti yang dulu.

              Tapi ada rahasia-rahasia yang sengaja Siti tutup-tutupi. Yang tidak mau Siti bagi sekali pun dengan teman baiknya Yuyun.

              Yuyun pun tidak memaksa jika Siti tetap tutup mulut perihal rahasia-rahasia yang memang bukan lah lagi ranahnya bagi seorang teman.

              Mungkin memang jawaban-jawaban itu hanya untuk Siti dan keluarga barunya saja yang berhak tahu.

              Siti tidak pernah mengungkapkan alasan kenapa Yuyun dilarang sholat di kamar itu. Kamar yang terdapat di sudut ruangan.

              Sebaliknya Yuyun juga tidak mau Siti tahu. Yuyun punya rahasia yang ia pilih untuk tidak dikatakan kepada Siti. Rahasia yang Yuyun temui di dalam rumah itu.

              “Sekarang kita makan siang dulu”,

              “Ada daging sapi sama kacang panjang”, ajak Siti.

              Yuyun hanya makan nasi putih dengan sayur kacang panjang. Ia tidak mengambil daging sapi yang katanya masih segar baru dimasak pagi tadi.

              “Kamu tidak makan daging Yun?”, tanya Siti.

              “Kemarin aku habis dari puskesmas”,

              “Tekanan darahku tinggi, aku tidak makan daging dulu”, jawab Yuyun berdalih.

              Yang dilihat Yuyun bukan hanya daging sapi. Ada juga lintah-lintah berukuran besar yang masih menggeliat hidup-hidup di dalam panci.

              Setelah berjam-jam melepas rindu dengan sahabatnya, Yuyun pamit pulang.

              Siti mengantar Yuyun sampai ke pinggir jalan besar untuk menunggu kendaraan. Setelah Yuyun naik bus baru Siti pulang ke rumah.

              “Hati-hati di jalan ya Yun”,

              “Besok aku yang akan main ke rumah kamu”, janji Siti.

              Setelah bus yang ditumpangi Yuyun berlalu. Siti bergegas pulang ke rumah dengan berlari.

              Siti langsung masuk ke dalam kamar yang ada di sudut bangunan.

              Di depan tirai hitam yang membagi kamar itu menjadi dua bagian Siti berujar,

Nada bicaranya seakan Siti sedang menghadap sosok yang ada di balik tirai itu,

Sosok yang begitu Siti segani,

“Jangan dimakan, dia sahabatku”,

Siti memohon,

1
noName
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!