Perselingkuhan antara Kaivan dan Diana saat tiga hari menjelang pernikahan, membuat hati Alisa remuk redam. Keluarga Kaivan yang kepalang malu, akhirnya mendatangi keluarga Alisa lebih awal untuk meminta maaf.
Pada pertemuan itu, keluarga Alisa mengaku bahwa mereka tak sanggup menerima tekanan dari masyarakat luar jika sampai pernikahan Alisa batal. Di sisi lain, Rendra selaku kakak Kaivan yang ikut serta dalam diskusi penting itu, tidak ingin reputasi keluarganya dan Alisa hancur. Dengan kesadaran penuh, ia bersedia menawarkan diri sebagai pengganti Kaivan di depan dua keluarga. Alisa pun setuju untuk melanjutkan pernikahan demi membalas rasa sakit yang diberikan oleh mantannya.
Bagaimana kelanjutan pernikahan Alisa dan Rendra? Akankah Alisa mampu mencintai Rendra sebagai suaminya dan berhasil membalas kekecewaannya terhadap Kaivan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ira Adinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Bahagia?
Tiga hari setelah kesepakatan itu dibuat, pesta pernikahan meriah pun digelar di sebuah gedung mewah. Background dengan kombinasi warna perak dan putih seakan menambah kesan elegan pada acara itu. Tak lupa rangkaian bunga beraneka ragam pun ikut menghiasi sudut-sudut ruangan sehingga menambah kesan romantis.
Dominasi warna putih dalam gedung seolah-olah menambah ironi pada sepasang mempelai hari ini. Ikatan pernikahan yang seharusnya didasari oleh cinta tulus dan suci, justru terasa hambar tak berarti. Rendra menganggap pernikahan ini sebagai tanggung jawab, sedangkan Alisa ... masih dengan rasa sakit atas pengkhianatan Kaivan yang belum sembuh.
Kendati demikian, kemeriahan pesta disambut baik oleh para tamu. Pihak keluarga Rendra sudah memenuhi kursi para undangan. Seserahan di tangan mereka siap dihantarkan untuk mempelai wanita.
Di depan mereka, tampak Pak Brata bersama seorang penghulu duduk di kursi. Rendra yang siap mengucap ikrar suci pernikahan, duduk berhadapan dengan calon mertuanya.
"Bagaimana? Sudah siap?" tanya penghulu sambil menatap Rendra dan Pak Brata secara bergantian.
"Siap, Pak," jawab Rendra mantap.
Pak Brata mengangguk sejenak, lalu saling berjabat tangan dengan Rendra. Matanya menatap lurus pada seorang pria yang sebentar lagi akan menerima tanggung jawab atas diri Alisa lewat ijab kabul.
"Bismillahirrahmanirahiim. Ananda Rendra Mahesa bin Heru Kurniawan, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya, Alisa Adijaya binti Brata Adijaya dengan mas kawin berupa seperangkat alat salat dibayar tunai," kata Pak Brata, lalu menekan tangan kanan Rendra dengan ibu jarinya yang masih bersalaman.
"Saya terima nikah dan kawinnya Alisa Adijaya binti Brata Adijaya dengan mas kawin yang tersebut, dibayar tunai," sambut Rendra dengan satu tarikan napas saja.
Mendengar ijab kabul yang begitu lancar dari Rendra, penghulu pun berkata dengan lantang ke para hadirin di dalam gedung. "Bagaimana? Sah?" teriaknya.
"Saaah ...!" sorak para tamu undangan diiringi oleh riuhnya tepuk tangan.
Tak berselang lama, Alisa berjalan menuju mempelai pria dari pintu masuk. Gadis itu tampak cantik dalam balutan gaun putih panjang yang menjuntai hingga menyapu lantai. Rambutnya yang disanggul rapi dihiasi bunga mawar putih dan tudung pengantin, seakan menambah keanggunan Alisa.
Kecantikan mempelai wanita sangat memikat bagi setiap mata. Tak ada satu pun tamu undangan yang melepaskan pandangan pada Alisa selama gadis itu berjalan menghampiri Rendra.
Ketika Alisa berdiri berhadapan dengan Rendra, ia tampak tertunduk dan berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain. Jantungnya berdebar-debar, tangannya gemetar memegang buket bunga lebih erat.
"Sekarang, kamu boleh membuka tudung Alisa. Dia sudah sah menjadi istrimu, Rendra," ujar Pak Brata, senyum mengembang lebar di bibirnya.
Rendra melirik sebentar pada mertuanya, lalu menatap lagi perempuan yang sudah menjadi istrinya itu. Perlahan, pria dalam balutan pakaian formal dengan jas hitam dan celana berwarna senada itu membuka tudung putih yang menutup paras jelita Alisa.
Ketika Alisa mengangkat wajahnya, Rendra menatap gadis yang sudah sah menjadi istrinya itu tanpa berkedip sedikit pun. Ia begitu terkesima oleh paras jelita yang dimiliki Alisa. Riasan wajah yang tak begitu tebal dan rapi seakan memancarkan kecantikan dari dalam diri gadis itu sampai-sampai jantung Rendra berdebar-debar dibuatnya. Saking terkesimanya, seulas senyum tipis menggaris di bibir Rendra.
Adapun Alisa, tampak tersipu-sipu sekaligus canggung berhadapan langsung dengan Rendra. Matanya sesekali menatap sungkan pada Rendra, seakan menyiratkan perasaan tak karuan yang meletup-letup di dadanya. Tak disangka, seseorang yang seharusnya menjadi kakak ipar, justru mengikatnya dengan tali suci pernikahan.
"Sekarang, bisakah kalian tandatangani dulu dokumen ini. Mulai hari ini, kalian resmi mendapatkan buku nikah," ucap seorang penghulu, membuat sepasang pengantin terhenyak.
Alisa dan Rendra segera menoleh, kemudian menandatangani buku nikah masing-masing. Setelah selesai ditandatangani, keduanya berbalik badan dan menunjukkan buku itu pada khalayak.
"Rendra! Sekarang kamu sudah sah mencium istrimu!" teriak seorang pemuda yang merupakan kerabat Rendra dari area kursi tamu undangan.
"Cium! Cium! Cium!" sorak para tamu.
Pipi Rendra seketika memerah. Dengan sungkan, pria itu menoleh pada Alisa yang sedang menatapnya. Teriakan para tamu undangan yang bergemuruh agar segera mencium Alisa, benar-benar membuatnya terusik. Sejenak, Rendra menghela napas dalam-dalam, sebelum akhirnya mengangguk pelan dan berdiri menyamping menghadap istrinya.
"Alisa, a-apa boleh aku mencium keningmu?" tanya Rendra dengan suara lirih. Kegugupan terdengar jelas dari nada bicaranya yang tergagap-gagap.
Kedua mata Alisa membulat. Untuk sesaat, gadis itu mengalihkan pandangan ke arah para tamu undangan yang sudah tak sabar melihat kemesraan sepasang pengantin. Sambil menunduk, gadis itu memutar badan hingga saling berhadapan dengan Rendra.
"Lakukan saja, Kak. Bukankah kita ini sudah sah menjadi suami istri?" ujar Alisa tanpa menatap Rendra sedikit pun.
Rendra mengembuskan napas pelan, lalu maju satu langkah lebih dekat pada Alisa. Kedua tangannya memegang kepala istrinya dengan lembut. Perlahan-lahan pria itu mendekatkan wajahnya pada Alisa dan mencium kening istrinya hingga membuat para tamu bergemuruh menyaksikan kedekatan mereka berdua.
Selesai mencium kening Alisa, mata Rendra masih tertuju pada gadis di hadapannya. "Maaf, ya, jika ini mengganggumu. Aku janji, nggak akan menyentuh kamu dulu sebelum benar-benar diizinkan," katanya sungkan.
Alisa tersenyum getir, seraya berkata, "Nggak apa-apa, Kak. Lagi pula, ciuman di kening biasa dilakukan oleh orang yang lebih tua, kan?"
"Kamu benar," kata Rendra, lalu mengembuskan napas lega.
Serangkaian acara penting satu per satu dilaksanakan. Seserahan dan mas kawin diberikan secara simbolis dari pihak mempelai pria kepada mempelai wanita. Selanjutnya, para tamu menyalami dan mengucapkan selamat atas pernikahan Rendra dan Alisa. Tak sedikit dari mereka yang terkesima akan kecocokan pasangan pengantin baru ini. Alisa yang cantik dan Rendra yang rupawan seakan menjadi pasangan serasi di mata orang-orang.
Setelah para tamu yang berdatangan mulai berkurang, Alisa dan Rendra duduk bersebelahan di pelaminan. Alisa menunduk sambil mengusap kepalanya. Sesekali ia menggeleng, seolah tak percaya bahwa hari bahagia yang diidamkannya bersama Kaivan, justru berjalan di luar rencana.
"Apa yang kamu pikirkan Alisa? Kamu menyesal telah menyetujui pernikahan ini?" tanya Rendra mendekati Alisa dan menatap wajahnya lekat-lekat.
Alisa segera menoleh dan membetulkan posisi duduknya sampai berhadapan dengan Rendra. "Enggak, Kak. Hanya saja ... aku masih nggak percaya kalau hari ini bisa terjadi di luar rencana. Walaupun Kakak sudah resmi menjadi suamiku dan menggantikan Kaivan, sejujurnya hati aku masih sangat sakit."
Rendra mengangguk pelan. "Aku mengerti bagaimana perasaanmu, Alisa. Pasti sangat sulit buat kamu menerima kenyataan kalau semua ini tidak berjalan sesuai harapanmu. Tapi, nggak apa-apa. Aku bersedia membantu kamu untuk pulih dari rasa sakit yang diberikan Kaivan."
Di tengah kemeriahan pesta, seorang pemuda datang bersama kekasihnya dengan tergesa-gesa dari pintu masuk. Mereka tidak lain adalah Kaivan dan Diana. Langkah Kaivan yang begitu cepat, membuat Diana harus setengah berlari mengejar sang kekasih.
"Keparat kamu, Rendra! Kakak macam apa kamu sampai berani-beraninya merebut Alisa dariku!" sergah Kaivan sambil berjalan cepat menuju pelaminan.
lanjut thorrrr.