NovelToon NovelToon
Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hasriani

Dinda memilih untuk menikah dengan seorang duda beranak satu setelah dirinya disakiti oleh kekasihnya berkali-kali. Siapa sangka, awalnya Dinda menerima pinangan dari keluarga suaminya agar ia berhenti di ganggu oleh mantan pacarnya, namun justru ia berusaha untuk mendapatkan cinta suami dari hasil perjodohannya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 33

Ibunya Indra tersenyum lega karena yang ia pikirkan semalam benar, ia pun tau teman lamanya sudah lama pergi karena kecelakaan, yang ia takjub adalah bertemu dengan anak mendiang temannya secara kebetulan seperti takdir yang sudah diatur.

***

Sore harinya, hanya tersisa Dinda sendirian yang menemani Ayahnya. Rindu dan juga Ibunya Indra sudah pulang beberapa saat yang lalu, Dinda dengan penuh perhatiannya mengelap tangan dan kaki Ayahnya menggunakan handuk basah agar Ayahnya merasa tetap nyaman dan bersih.

"Bagaimana perasaan Papa, masih ada yang sakit?." Tanya Dinda pada Ayahnya yang sedari tadi menatapnya melihat putrinya mengusapkan handuk basah di beberapa bagian tubuhnya.

Ayahnya menggeleng dan tersenyum ke arah putrinya, "Semuanya baik Din, Papa bersyukur masih bisa selamat dan bertemu sama kamu lagi."

"Dinda juga Pa, Dinda tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya hidup Dinda kalau sampai terjadi sesuatu sama Papa." Mata Dinda berkaca-kaca jika mulai membayangkan lagi bagaimana saat itu mobil yang hampir menabraknya malah mencelakai Ayahnya.

Ayahnya menatapnya dengan tatapan sendu, ada rasa khawatir dalam dirinya.

"Din..Papa jadi takut kalau kamu sendiri." Ucap Ayahnya khawatir, Dinda pun menatap Ayahnya lalu tersenyum tipis.

"Papa jangan khawatirkan Dinda, Papa harusnya jaga diri Papa sendiri, jangan pernah mengorbankan diri untuk Dinda, Dinda takut." Pinta Dinda berusaha terlihat kuat padahal jauh dalam hatinya ketakutannya sangat besar.

"Orangtua mana yang tidak mau berkorban untuk anaknya Dinda, kamu satu-satunya yang Papa punya, Papa tidak akan memaafkan diri Papa sendiri kalau sampai terjadi sesuatu sama kamu." Kata-kata Ayahnya membuat Dinda semakin sedih dan merasa bersalah, ia menggenggam tangan Ayahnya erat.

"Tapi Dinda juga akan sendiri kalau sampai terjadi sesuatu sama Papa." Ucapnya, suaranya terdengar sedikit bergetar karena menahan tangisnya saat mengucapkan kata-kata tadi.

"Papa janji akan selalu menjaga kamu Dinda." Dinda hanya mengangguk tidak berani menatap Ayahnya, rasanya ia hanya akan menangis jika menatap wajah teduh Ayahnya yang selalu berjanji akan menjaganya.

Ayahnya menatap putrinya dengan tatapan sedih, ada perasaan takut dalam dirinya melihat putrinya akhir-akhir ini seperti sedang diintip hal yang membahayakan dirinya.

***

Ibunya Indra tidak langsung pulang ke rumahnya, sebelum pulang, Ia menyempatkan diri untuk singgah dirumah anaknya karena perjalananya ke rumah melewati rumah putranya.

"Loh Mama kenapa tidak bilang mau kesini?." Tanya Indra saat membukakan pintu untuk Ibunya.

"Mama cuma lewat, kebetulan ingat kamu jadi Mama mampir." Jawab Ibunya tersenyum riang, mereka berdua pun berjalan masuk ke dalam rumah.

"Mama sudah makan siang?." Tanyanya lagi, Ibunya yang melihat sekeliling rumah putranya langsung menatapnya dan menggeleng.

"Belum, Mama baru pulang dari rumah sakit." Ucapnya lalu berjalan mendahului anaknya sambil sesekali melihat ke arah sekeliling rumah putranya.

"Ya sudah mama duduk dulu, aku buat makan siang untuk Mama." Kata Indra kemudian.

"Boleh tuh, Mama jadi rindu masakan kamu." Ibunya terlihat begitu antusias saat Indra ingin memasak untuknya.

"Kalau begitu Mama main dulu sama Ciara biar aku masak buat Mama." Ibunya mengangguk setuju.

Indra pun berjalan ke dapur untuk memasakkan makanan untuk Ibunya, sementara Ibunya mengajak Ciara bermain.

Ia menggendong Ciara dan berkeliling rumah, matanya tertuju pada banyaknya foto kenangan anaknya dan mendiang istrinya yang terpajang dirumah itu.

***

Tidak lama kemudian masakan Indra sudah jadi, ia lalu memanggil Ibunya di ruang keluarga yang masih asyik bermain dengan cucunya.

"Ma, makanannya sudah jadi." Kata Indra memberitahu Ibunya.

"Aduh Mama sudah lapar sekali." Ucap Ibunya tidak sabar ingin mencicipi masakan putranya yang sudah lama tidak ia makan.

"Mama duluan saja ke meja makan, biar aku yang bawa Ciara."

Ibunya lalu mengangguk mengerti dan berjalan lebih dulu ke meja makan sementara Indra mengambil Ciara di sofa bayinya.

"Ayo temani nenek makan sayang." Ajak Indra pada putrinya.

Mereka pun menyusul Ibunya yang berjalan lebih dulu.

Mata Ibu Indra berbinar melihat hidangan yang dibuatkan oleh putranya, sudah lama ia tidak memakan masakan putranya.

"Kamu tidak makan?." Tanya Ibunya yang sudah makan duluan.

"Nanti saja, Mama makan duluan saja." Jawab Indra tersenyum melihat Ibunya memakan masakannya dengan begitu lahap.

"Mama penasaran siapa perempuan beruntung yang akan kamu nikahi nanti Indra, masakan kamu selalu enak begini, Mama saja tidak bisa memasak." Kata Ibunya yang selalu takjub dengan masakan putranya.

Mendengar ucapan Ibunya hanya membuat Indra tersenyum.

"Kan Maura Ma, Indra juga beruntung bisa menikahi Maura." Ucap Indra dengan wajah yang berseri.

Ibunya terdiam menatap putranya, rasanya nafsu makannya perlahan berkurang.

"Istri kamu sudah tenang di surga Indra, sudah saatnya kamu memulai kehidupan yang baru." Indra terdiam sejenak, berusaha mengendalikan dirinya jika Ibunya membahas tentang mendiang istrinya.

"Kita sudah pernah membahas ini Ma, Indra sudah bilang Indra tidak mau menikah lagi, Maura satu-satunya perempuan yang Indra cintai Ma, hanya Mamanya Ciara saja." Kata Indra menegaskan keputusannya, ia bahkan tidak pernah berpikir untuk mendekati perempuan lain sepeninggal istrinya.

"Tapi Ciara juga butuh sosok seorang Ibu untuk membesarkan dia loh." Ucapan Ibunya terdengar seperti mendesak Indra untuk mulai memikirkan kehidupan yang baru.

"Maura belum lama pergi Ma, aku juga sudah bilang aku tidak mau menikah lagi, aku bisa membesarkan Ciara sendirian." Penolakan terus saja keluar dari mulut Indra.

"Kamu tidak kasihan melihat Ciara bolak balik rumah kamu dan rumah Mama?, kamu tidak mau tumbuh kembang Ciara didampingi seorang Ibu?." Tanya Ibunya yang terus memojokkannya, walau bukan untuk dirinya setidaknya ia bisa memikirkan nasib putrinya.

"Aku bisa membesarkan Ciara sendirian Ma, aku hanya butuh bantuan Mama untuk menjaga Ciara saat aku kerja saja, lainnya bisa aku urus sendirian Ma." Jawab Indra sekali lagi menegaskan.

"Mama tidak selamanya hidup membantu kamu menjaga Ciara, Indra. Kejadian yang menimpa Papanya Dinda bisa saja terjadi pada Mama maupun kamu kapan pun, kalau hanya kita berdua, lalu siapa yang akan menjaga Ciara kalau sampai terjadi sesuatu pada kita?, kamu juga tidak maukan Ciara diasuh orang lain yang tidak kamu kenal." Tutur Ibunya yang membuat Indra kehabisan kata-kata untuk membalas ucapan Ibunya.

"Mama lanjutkan saja makannya, Indra ke kamar dulu, Ciara sepertinya lapar mau minum susu." Indra pun tidak ingin melanjutkan pembahasan mereka.

Dengan cepat Ia berdiri dan melangkah menjauh dari sana membawa Ciara masuk ke dalam kamarnya, kata-kata Ibunya terus saja membayanginya namun jauh dalam hatinya ia sudah tidak ingin membangun rumah untuk kedua kalinya, baginya pemilik rumahnya hanya Maura, mendiang istrinya.

1
Evi Lusiana
gk kebalik bkn dinda yg ngganggu,justru yuda anakmu yg ngganggu dinda
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor
kalea rizuky
lanjut donk
Evi Lusiana
emng d rmh dinda gk ada ART dn satpam ny y kak?
Hasriani: Gak ada kak, Dinda sama Papanya cuma tinggal berdua.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!