Bagaimana jadinya kalau seorang pemuda yang baru berusia 18 tahun, dinyatakan menjadi Narapidana dan di penjara selama 10 tahun lamanya, karena telah menghabisi seseorang demi berusaha untuk menyelamatkan kakaknya dari pemerkosaan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda kaya raya. Dan pemuda malang itu bernama Bara Aditama. Bukan hanya penjara saja yang dia dapatkan, tapi banyak ketidakadilan serta penyiksaan yang akan Bara dapatkan. Lalu apakah Bara mampu untuk bertahan? Sedangkan kakaknya yang mengalami Pemerkosaan telah menjadi depresi akibat kejadian yang menimpa dirinya? Lalu apa yang akan Bara lakukan kepada ketiga para penjahat yang masih berkeliaran di luar sana? Akankah Bara berhasil membalaskan dendam nya kepada mereka semua? Dan inilah perjuangan Bara setelah menjadi sang Narapidana.
#bantu like nya kawan dan jngan lupa komennya kasih tau jika ada kesalahan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cimde 123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kepanikan bara
Sedangkan di dalam kantin. Bara mulai merasa gusar, pasalnya sudah hampir setengah jam lamanya dia menunggu kedatangan kakaknya, tapi sampai saat ini, orang yang dia tunggu tidak juga kembali ke kantin.
Lalu, Bara pun bangkit dari duduknya, sambil mondar mandor melirik kearah depan. Ibu Dina yang melihat kepanikan Bara langsung menyapa pemuda tampan itu.
"Nak Bara! Kenapa ya, kakak mu belum juga kembali?" tanya ibu Dina yang ikut penasaran.
"Entahlah buk. Kalau boleh tahu! Memangnya kakak saya mengantarkan makanan kemana buk?" tanya Bara menatap lekat.
"Dia ibu suruh mengantarkan makanan ke tempat perkumpulan Geng Tuan Muda Ferdy. Kebetulan, Tuan Muda Ferdy itu adalah pelanggan setia ibu, yang selalu memesan makanan kepada ibu."
"Lalu, di mana tempat perkumpulan mereka bu?"
"Nak Bara. Lebih baik kamu jangan ke sana. Karena sangat mustahil kalau kakakmu ada di sana. Mungkin saja kakakmu sedang berada di aula pesta saat ini."
"Buk! Katakan saja di mana tempat perkumpulan Tuan Muda Ferdy itu. Aku janji tidak akan mencarinya ke tempat itu." pinta Bara dengan nada sedikit memaksa.
Wajah ibu Dina menjadi berubah kalut. Jujur saja, dia merasa takut akan kekuasaan yang dimiliki oleh pemuda bernama Ferdy itu. Sebab, seluruh penjual yang ada di kantin, selama ini harus mengikuti peraturan yang diberikan oleh pria tersebut.
Bukannya ibu Dina tidak tahu, kalau Ferdy sering mengganggu Nadia dan berbuat senonoh terhadap hadis itu. Tapi! Ibu Dina tidak berani berbuat apa apa, sebab bisnisnya di kantin, bisa berjalan lancar karena Ferdy.
"Nak Bara. Lebih baik kamu di sini saja. Tidak usah mencari keberadaan kakakmu. Atau tidak! Kamu pergi saja ke ruangan Dekan, mungkin penerimaan mahasiswa baru sudah dibuka saat ini." rayu ibu Dina kepada Bara.
Bara yang melihat ekspresi wajah dari wanita paruh baya tersebut, menjadi penasaran. Lalu, dengan sigap Bara segera berlari pergi meninggalkan kantin.
"Aku harus mencari keberadaan kakakku. Entah mengapa perasaan ku menjadi ttidak enak."
Bara berlari kencang menuju masuk ke dalam gedung mewah itu. Sedangkan ibu Dina, hanya bisa menatap dengan tatapan panik.
"Ya Tuhan. Semoga tidak terjadi apa apa dengan Nadia. Aku sangat takut, kalau tuan muda Ferdy sampai melakukan sesuatu kepada gadis itu. "
Dengan gusar ibu Dina mondar-mandir ke sana kemari. Sebenarnya, Ferdy lah yang menyuruh bu Dina untuk memerintahkan Nadia mengantarkan pesanan makanan ke tempat perkumpulan mereka. Dan saat ini, ibu Dina benar-benar khawatir, kalau saja para pemuda kaya raya itu, sampai melakukan hal yang tidak seharusnya kepada Nadia.
Sedangkan di dalam gedung kampus, Bara mulai menyusuri kampus mewah tersebut, tak jarang dia bertanya tanya kepada mahasiswa yang ada di tempat itu, untuk menanyakan keberadaan dari tempat perkumpulan Tuan Muda Ferdy.
Dan entah mengapa! Di saat Bara bertanya tentang pria tersebut, beberapa mahasiswa langsung pergi tanpa mau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Bara.
"Kak! Saya mohon! Tolong beritahu saya, di mana tempat perkumpulan Tuan Muda Ferdy?" tanya Bara memohon kepada seorang pria yang mengenakan kaca mata tebal yang bertengger di atas hidungnya.
"Kamu mau apa! Lebih baik kamu tidak berurusan dengan manusia keji itu."
"Manusia keji! Apa maksud kakak sebenarnya?" tanya Bara tidak mengerti.
"Kampus ini memang terkenal dengan pendidikannya yang sangat hebat dan juga bagus. Tapi, di balik semua itu, ada kejadian yang menyakitkan di dalam kampus ini.
Ferdy Herlambang, adalah putra dari Tuan Herlambang, pemilik dari Universitas ini. Pemuda itu mempunyai sifat yang sangat jelek. Selain suka melakukan bully, dia juga suka menyiksa mahasiswa yang tidak dia sukai. Maka dari itu! Lebih baik kamu tidak berurusan dengan nya adik kelas."
Mendengar perkataan dari pria tersebut membuat Bara menjadi semakin takut. Apa jangan jangan, kakaknya telah disekap dan dijadikan mainan oleh pria bernama Ferdy.
"Kak! Saya mohon, beritahu saya di mana tempat perkumpulan mereka. Saya ingin menyelamatkan kakak saya kak." punya Bara kembali sampai menarik paksa tangan pria culun tersebut.
"Kakak! Memangnya siapa nama kakak kamu?"
"Dia bernama Nadia, yang bekerja di salah satu kantin kampus."
"Apa...!!!"
Kedua mata pria itu membulat sempurna di balik kaca mata tebal yang dia kenakan. Lalu, dengan cepat, pria tersebut langsung menarik tangan Bara dan berlari kencang menuju ke suatu tempat.
"Ayo ikut saya. Semoga saja tidak terjadi apa apa dengan kakakmu."
Degghh....
Jantung Bara menjadi berdebar kencang. Sungguh! Kata kata yang keluar dari mulut pria culun itu, membuat Bara menjadi lemas dan merasa sangat ketakutan.
"Ya Tuhan! Aku mohon lindungilah kakakku."
Klaim
Langkah kaki Bara terus berlari menuju ke arah tangga, hingga setibanya di lantai 3 dari gedung kampus tersebut, tiba-tiba pria berkaca mata itu menghentikan langkah kakinya tepat di depan sebuah pintu berwarna hitam yang terlihat sepi dan begitu senyap.
"Ayo bukalah. Mereka tidak pernah mengunci pintu, sebab tidak ada mahasiswa mana pun yang berani menginjakkan kaki di tempat ini." titah pria itu dengan nada bergetar.
Dengan perlahan, Bara mulai melangkahkan kakinya untuk mendekati pintu berwarna hitam itu,. Lalu, dia mendorong pintu itu dengan begitu pelan. Hingga detik kemudian
Jeduarrr......
Kedua mata Bara membulat
sempurna saat melihat apa yang ada di dalam ruangan tersebut.
"Tidak......!!!!"
ada musuh mengintamu