Karena kejadian di malam itu, Malika Zahra terpaksa harus menikah dengan pria yang tidak dicintainya.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan bocah bau kencur!" gerutu seorang pria.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan pak tua!" Lika membalas gerutuan pria itu. "Sudah tua, duda, bau tanah, hidup lagi!"
"Malik! mulutmu itu!"
"Namaku Lika, bukan Malik!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylop, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sesuatu
Lika keluar dari kamar dan melihat pak tua sedang duduk di kursi meja makan. Sepertinya sedang sarapan dan tidak membangunkannya.
Wanita itu berjalan pelan-pelan, ia akan membalas perbuatan Evan tadi malam. Keningnya masih bengkak disentil pak tua itu.
Lika pun menggigit bahu Evan dari belakang.
"Akh!!" Evan kesakitan dan langsung berdiri.
Wajahnya kesal melihat Lika tertawa tanpa suara.
"Kamu-"
Lika mengisyaratkan untuk tidak berisik.
"Apa yang kamu lakukan?" bisik Evan kemudian.
"Itu balasanku karena tadi malam om menyentil keningku!" bisik Lika juga. Ia melirik leher Evan yang ada bercak gigitannya.
"Kamu!" Evan tidak habis pikir, ternyata si Malik pendendam juga.
"Jangan macam-macam denganku, om!" Lika memperingatkan. Ia melihat Evan dengan wajah mencibir lalu membuang muka.
Pagi ini Evan hanya dapat bersabar dan bersabar. Ia mau marah tapi masih di rumah. Sudah berjanji pada pak RT dan warga, tidak membuat keributan.
"Om, di dapur tidak ada telur atau mi instan?" tanya Lika. Dapurnya kosong.
Evan menggeleng, ia tidak menyediakan itu. Hanya ada gula dan teh.
"Beli lah, om!"
"Kamu sajalah!" Evan tidak ada waktu.
"Ayo kita belanja, om!" ajak Lika kemudian.
Evan tampak berpikir dan mengangguk setuju.
Beberapa saat kemudian, mobil berhenti di parkiran.
Lika akan turun tapi ditahan Evan.
"Om, buka pintu!" pinta Lika. Mobil masih terkunci.
Evan tersenyum sesaat lalu tangannya meraih Lika.
"Om Evan!" teriak Lika kesakitan. Pria itu menarik hidung bahkan mencubit pipinya juga.
Lika berusaha melawan tapi tenaga Evan kuat sekali.
Evan geram dan gemas sekali dengan si Malik. Tadi di rumah tidak bisa membalas karena harus menjaga sikap.
Tapi di dalam mobil, ia bisa membalas Lika. Si Malik berteriak pun tidak masalah, tidak ada yang mendengar mereka.
"Om Evan, sakit tahu! Om jahat sekali!" omel Lika. Wajahnya diunyel-unyel pria menyebalkan itu.
Evan melepaskan Lika dan kini tertawa melihat wajah yang sudah merah padam. Terlihat begitu unik di matanya.
"Om Evan!" Lika pun kini membalas. Ia bangkit dan berpindah duduk.
"Aku akan membalasmu!" ucap Lika. Ia kini sudah duduk di paha pria itu dan akan menggigit lehernya.
"Lika, lama-lama kamu seperti vampir!" ucap Evan berusaha menahan wajah bocah kematian itu.
"Aku akan mengisap darahmu!" Lika masih berusaha menjangkau leher Evan. Akan digigitnya leher pria itu sampai putus.
Glek, Evan merasakan sesuatu yang lain.
Si Malik terlalu bergerak-gerak di pangkuannya, ada respon di sana.
"Om Evan jahat!" Lika pun berhasil menggigit leher Evan. Sekali menggigit, dua kali dan,
Lika merasa ada sesuatu yang aneh. Di bawah bokongnya ada yang menggeliat,
Lika dan Evan saling melihat dengan pikiran masing-masing. Sesaat kemudian Lika segera berpindah ke kursi sebelah dan membuang wajahnya.
Wanita itu jadi menebak sesuatu yang menggeliat itu pasti ular sawah. Tapi sepertinya bukan ular sawah, karena makin lama terasa makin besar dan menggembang, ular kobra mungkin.
"Hmm," Evan berdehem. "Kamu masuk duluan, aku mau ke kamar mandi!"
Evan segera turun dari mobil dan melangkah lebar. Bisa-bisanya adik kecilnya bangun dan tumbuh besar gara-gara Lika.
Sementara Lika langsung membuang nafasnya lega. Evan pergi juga, ia takut jika nanti pak tua itu menunjukkan ular kobranya.
"Ihhh!" Lika menggeleng memikirkannya.
Tak lama Evan masuk ke supermarket dan mengedarkan pandangan. Ia mencari istri kecilnya itu.
'Ke mana dia?' batin Evan. Ia tidak melihat Lika.
Evan meraih ponsel untuk menghubungi Lika. Tapi panggilannya tidak dijawab. Bukan hanya sekali, ia menelepon sampai 3 kali dan tidak ada jawaban juga.
Karena tidak ada jawaban, Evan pun memutuskan untuk pulang saja. Tidak jadi berbelanja, karena Lika tidak ada. Si Malik yang mengajak ke tempat ini.
Evan sampai di rumah dan tidak melihat Lika juga.
'Mungkin dia pergi!' tebak Evan.
Pria itu memilih masuk ke kamar.
Saat malam, Evan bangun dan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 8 malam. Ia bangkit dan menutup jendela kamarnya. Dilihatnya juga teras rumah masih gelap.
Evan keluar dari kamar dan sama gelap. Lampu belum menyala. Bahkan gorden ruang tamu masih terbuka.
'Apa si Malik belum pulang?' pikir Evan. Ke mana perginya bocah itu?
Setelah menutup gorden dan menyalakan lampu, Evan berjalan ke kamar Lika. Ia buka pintu dan gelap gulita.
'Ke mana dia?' pikir Evan.
Di kamarnya Evan mulai menghubungi Lika. Ia harus memastikan keselamatan wanita itu, jika terjadi sesuatu pasti ia yang disalahkan. Lika masih istrinya.
Sementara orang yang ditelepon sedang berada di rumah orang tuanya. Lika tadi siang memilih pergi. Ia tidak jadi masuk ke supermarket.
Lika langsung menuju rumah orang tuanya. Bunda tadi sempat bertanya di mana suaminya, jadi dijawabnya saja pria tua itu sedang dinas di luar kota.
Sebenarnya Lika jadi takut dengan Evan karena kejadian tadi siang. Tentang ular sawah yang berubah menjadi ular kobra.
Lika melirik ponselnya, entah sudah beberapa kali Evan menelepon tapi tidak dijawabnya. Ia tidak mau bertemu Evan dulu.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Lika tertawa sambil menonton tv. Ia menonton bersama ayahnya. Duduk di samping sambil memeluk pria paruh baya kesayangannya.
Lika senang sekali, ayah sudah tidak marah lagi padanya. Tapi dengan syarat ia tidak membuat kecewa ayah lagi.
Lika terpaksa iya iya saja, saat ayah menasehatinya untuk menerima dan menjalani pernikahan. Intinya harus hidup akur layaknya pasangan suami istri pada umumnya dengan pak tua itu.
Sebenarnya Lika ingin mengatakan tentang perceraian. Ia ingin bercerai dari Evan, tapi tidak bisa dikatakan pada ayahnya. Pasti ayah akan marah padanya lagi. Jadi ia akan mencari aman dulu.
Tok,
Tok,
Tok,
"Lika buka pintu dulu, yah." ucap Lika langsung bangkit dan diangguki ayah.
Saat ia membuka pintu dan melihat orang yang datang,
"Pulang sana!" usirnya.
.
.
.
gmn hayo Lika, jadi gak minjem uang ke Evan untuk transfer Boni? 😁
Van, tolong selidiki tuh Boni, kalau ada bukti yg akurat kan Lika biar sadar tuh Boni hanya memanfaatkan dan membodohi nya doang
makanya jangan perang dunia trs, romantis dikit kek sebagai pasutri 😁