NovelToon NovelToon
Surat Cinta Untuk Alana

Surat Cinta Untuk Alana

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: bulan.bintang

Alana, gadis SMA yang 'ditakuti' karena sikapnya yang galak, judes dan keras kepala. "Jangan deket-deket Alana, dia itu singa betina di kelas kita," ucap seorang siswa pada teman barunya.

Namun, di sisi lain, Alana juga menyimpan luka yang masih terkunci rapat dari siapa pun. Dia juga harus berjuang untuk dirinya sendiri juga satu orang yang sangat dia sayang.

Mampukah Alana menapaki lika-liku hidupnya hingga akhir?
Salahkah ketika dia menginginkan 'kasih sayang' yang lebih dari orang-orang di sekitarnya?


Yuk, ikuti kisah Alana di sini.

Selamat membaca. ^_^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bulan.bintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 | Pelukan hangat

Hari berganti, bulan berlalu. Semenjak kejadian di taman, Alana tak pernah mau lagi diajak jalan oleh kedua sahabatnya.

Alana tahu, jika pertemuannya dengan Galih adalah rencana mereka bertiga. Namun, dia sendiri tak ingin membukanya pada Sisi dan Vio demi menjaga perasaan mereka.

Kata-kata Galih kembali terngiang di telinga, terlebih perihal dirinya yang seakan anti dengan lawan jenis.

Alana merutuki diri yang terlalu bodoh karena membuka semuanya di aula, meski dia selalu yakin hanya ada dirinya seorang dalam ruangan itu.

Namun, dari penuturan Galih, dia jelas mendengar semuanya dan Alana yakin jika cowok itu memang terbiasa di dalam aula, hanya saja dia tak berani menyapa seperti pengakuannya saat itu.

"Na, abis semester kan libur tuh. Kita healing yuk, ke pantai gimana? Lama loh kita nggak main pasir sambil liat ombak." Sisi mendekati Alana yang sibuk dengan rutinitasnya -membaca novel.

Tak mendapat balasan, Sisi menendang kaki Vio di bawah meja, membuat gadis itu mengaduh kesakitan.

"Apaan, Si? Sakit tahu," ujar Vio sembari mengusap kakinya.

Sisi menghela napas, Hhh, punya temen oon-nya kebangeten. Nggak tahu kode sama sekali!

Mereka bertiga serentak menoleh saat terdengar keributan di depan kelas. Sisi dan Vio segera berlari, namun Alana lebih memilih tinggal di posisinya.

Di depan kelas, Gala cs tengah dikerumuni siswi yang meminta selfie. Terlebih Gala, dia hampir saja terjatuh, jika tangan Rio tak segera menahan. Buru-buru dia berlari masuk kelas dan memutar kunci, lalu menuju tempat duduknya.

Lho, kok tumben kunci kelas nggak diambil pak Agus?

Gala hanya mengedikkan bahu dan membuka ponselnya. Dia baru tersadar, jika di dalam ruangan hanya ada dirinya dan seorang gadis yang tak pernah mau diajak berdamai. Siapa lagi kalau bukan Alana.

Gala tersenyum jahil setelah melihat cewek itu memakai earphone. Diam-diam Gala mendekat, dia mengabaikan teriakan dan ketukan di pintu juga jendela.

"Hai cewek, sendirian aja?" Gala duduk di samping Alana, membuat gadis itu tersentak dan melepas benda di telinganya.

"Ngapain lo di sini? Pergi!" Hardik Alana dengan suara yang mampu membuat ketukan dari luar seketika terhenti. Hening menyelimuti keduanya dalam ruangan tertutup yang cukup luas.

"Jangan teriak, nanti mereka mikir lo lagi diapa-apain gue. Liat kan, kita cuma berdua di kelas."

Alana melayangkan pandangannya ke arah pintu yang tertutup, juga pada kaca jendela yang menampilkan banyak pasang mata menatapnya.

Tubuh Alana bergetar, bayangan masa lalu seketika membuatnya hampir menangis. Dia merasa berada dalam situasi yang sama seperti beberapa tahun silam. Memori kelam itu muncul lengkap dengan siluet seseorang yang hingga kini menjadi sumber trauma baginya.

Gala yang melihat itu justru keheranan. Dia beranikan diri menyentuh lengan di sampingnya, namun dengan cepat Alana mengayunkan tangan dan sukses menampar Gala.

"Duuhh, lo kenapa si, Na? Galak bener jadi cewek, gue nggak bermaksud apa-apa, tapi tadi gue liat lo ketakutan."

Alana tak menghiraukan ucapan itu, dia fokus pada pintu yang diketuk dengan keras.

Dia berlari dan membukanya, namun bukan kebebasan yang didapat. Wajah bu Resi yang memerah terlihat sangat tak bersahabat. Tatapannya tajam ke arah Alana dan Gala yang kini berjalan mendekat.

"KALIAN APA-APAAN? Segala pintu dikunci, berduaan di kelas. IKUT SAYA!!"

Mau tak mau, Alana dan Gala mengekor sampai di ruang BK. Meski mereka mengelak, namun tindakan mereka tetap mendapat point dan juga sebuah kertas putih yang kini sudah di tangan keduanya.

Gara-gara tu setan, gue dapet SP! Dua tahun sekolah, baru kali ini gue bener-bener ilang harga diri di mata guru. SETAAANNN!!!!

Alana meremas surat peringatan itu lalu menyimpan dalam saku. Sebelum pergi, dia membasuh wajah agar hawa panas tubuhnya sedikit berkurang.

Sementara di rumah megahnya, Bastian kembali naik pitam hanya karena Hanna selalu me-reject panggilan darinya. Laki-laki itu mencoba menghubungi tangan kanan sang istri, namun tetap sama. Tak ada respons.

Ke mana wanita itu? Beraninya pergi tanpa ijinku.

Bastian menendang meja kerjanya, lalu menatap ke luar jendela. Terbayang wajah Hanna yang membuat darahnya kembali naik. Dia membuka brankas dan mengeluarkan sebuah map berisi data-data keluarga. Tangannya membuka lembar demi lembar kertas di sana, sampailah pada sebuah surat dengan logo rumah sakit di bagian atas.

Bastian terdiam. Benda itulah yang menjadikan dirinya seperti saat ini, menjadi pribadi yang dia sendiri seakan tak mengenali diri sendiri.

Ya, aku memang pecundang. Pengecut yang terlalu dijunjung ego. Tapi ini semua sudah terlanjur basah, Hanna juga tak mungkin mau menerimaku kembali. Tuhan, aku tahu aku bukanlah umatMu yang taat. Tapi bolehkah aku mengulang masa indah itu? Sebenarnya aku rindu. Rindu kehangatan yang kini tak ada lagi kurasa.

Laki-laki itu terlonjak karena dering ponsel membuatnya seketika tersadar. Dengan satu gerakan, Bastian menerima panggilan.

"Pak, ada seseorang yang mencari Bapak. Dia masih menunggu di kantor." Kalimat Silvi membuat kening Bastian berkerut. Dia ingat betul, hari ini tak ada janji pada siapa pun.

"Siapa dia?" Rasa penasaran membuat Bastian cepat-cepat bersiap untuk kembali ke kantor.

Dia terkejut saat melihat Alana berdiri di depan pintu dengan wajah datar.

"Papa pergi lagi?"

Gadis itu menatap ayahnya sekejap lalu pergi begitu saja sebelum Bastian menjawab.

"Nak, sebentar. Papa mau bicara."

Kalimat itu membuat langkah Alana yang siap menapaki anak tangga, seketika terhenti tanpa menoleh sedikit pun.

Bastian menghela napas melihat gadis itu, namun senyum kecil terlukis di sudut bibirnya. Dia tak menyangka, gadis ciliknya kini telah tumbuh menjadi remaja yang cerdas dan cantik.

Laki-laki itu melangkah pelan mendekati Alana, tangannya terulur menarik tubuh yang masih terbalut seragam dan membawanya dalam pelukan.

"Papa kangen kamu, Nak. Sudah lama kita tak pernah mengobrol. Gimana sekolahmu, Sayang?"

Dalam hatinya, Alana menangis mendapat perlakuan itu. Tak dapat dipungkiri, memang hal itulah yang dia dambakan selama ini. Namun belum selesai dia merasakan kehangatan itu, suara seorang wanita memecah keheningan.

"Maaf kalau saya mengganggu."

Alana cepat menoleh dan mendapati wajah yang dia cari selama ini. Namun dia memilih diam seakan tak terjadi apa-apa. Gadis itu pamit dan meninggalkan ayah dan tamunya yang saling tatap seakan memberi kode yang membuat Alana tertawa dalam hati, karena di saat yang sama, dia melihat ayahnya salah tingkah.

Akhirnya dia datang sendiri tanpa repot-repot aku cari. Hmm, sesuai prediksi. Keduanya memang ada ikatan.

Alana tersenyum dan kembali melangkah pergi.

Sampai di kamar, dia membersihkan tubuh lalu merebahkan diri di tempat tidur. Matanya nanar menatap langit-langit kamar.

Ma, aku nggak akan diam liat Mama disakiti perlahan seperti ini. Aku janji, Ma.

Alana meraih tasnya saat terdengar dering ponsel yang cukup nyaring. Saat itu, tangannya mendapati surat dari BK, dengan enggan dia melempar kertas itu ke atas meja.

"Ini apaan?" Alana melihat secarik kertas di antara buku-bukunya. Dia membuka dan membaca tulisan di sana hingga melupakan ponselnya yang masih berdering.

"Hai, bagaimana harimu? Masihkah kamu menangis sendiri? Menyimpan pedih dan menutupnya rapat dari orang lain? Hhmm ... nggak papa, it's okay. Kamu tetap hebat. Jaga kesehatanmu ya, peluk dirimu sendiri. Karena mungkin saja, pelukan lain tak sesuai dengan apa yang kamu harapkan. See you ...."

Siapa lagi nih? Kenapa jadi banyak surat kaleng gini?

*

1
M.S
aku udah mampir kakak
Bulanbintang: Terima kasih ya,
total 1 replies
Violette_lunlun
udah mampir ya Thor, bagus banget novel dan penulisan.
jika berkenan mampir juga yuk ke karya ku.
Bulanbintang: Baik, terima kasih.
total 1 replies
–Kang Je Ra
haiii, semangatt nulis yaa! /Rose/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨
follback
Nadin Alina
Halo kak, salam kenal kak🤗
Bulanbintang: Halo, Kak Nadin. Salam. 🤗
total 1 replies
The first child
semangat terus nulisnya thor
Bulanbintang: Terima kasih, ikuti terus kisahnya ya, 😊
total 1 replies
Anisa Febriana272
..
Anisa Febriana272
.
Anisa Febriana272
Novel bagian ini agak seru
Bulanbintang: Oke, nggak papa. Nanti kita belajar bareng. 🤗
Bulanbintang: Sementara baru ini dulu, yg lain nyusul. hhhii💃
total 16 replies
sakura
..
Nurhani ❤️
aku mampir tour/Drool/jngan lupa mampir balik🤗nanti aku baca lgi
Bulanbintang: Ok. Terima kasih.
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut terus Thor /Determined/
Bulanbintang: Bab 15 udah di-up ya, masih direview dulu. Tetap sabar nunggu ya, 🤗
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir Thor /Smile/
Niki Fujoshi
Keren abis, pengen baca lagi!
Hao Asakura
Bikin terharu sampai mewek.
Wesal Mohmad
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!