NovelToon NovelToon
Antara Ada Dan Tiada

Antara Ada Dan Tiada

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:697
Nilai: 5
Nama Author: Sazzzy

"Apa yang kamu bicarakan Lin Yi? A-aku sudah kotor sejak kecil haha, dan kamu, dan kalian kenapa masih tertarik pada perempuan sepertiku? Sepertinya kalian kurang berbaur ya, diluar sana masih banyak loh gadis yang lebih dariku dari segi fisik dan mental, so, kerjasama kita bertiga harus profesional ya!" Sebenarnya Safma hanya mengatakan apa yang ada dalam pikirannya, walaupun Safma sendiri tidak terlalu paham dengan maksud dari kalimatnya secara mendalam. Tidak ada airmata dari wajah Safma, wajahnya benar-benar pintar menyembunyikan emosinya.

"Safma!" Sudah habis kesabaran Lin Yi, kemudian menarik tangan Safma pelan juga tiba-tiba namun dapat membuat gadis itu terhuyung karena tidak seimbang. "Jangan bicarakan hal itu lagi, hatiku sangat sakit mendengarnya. Kamu terlalu berharga untukku, Please biarkan aku terus mencintaimu!" Lirih Lin Yi dibarengi air mata yang mulai berjatuhan tanpa seijinnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sazzzy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bahas mantan

"Seragamnya indah sekali, kamu multitalenta ya." Kagum River saat mencoba seragam barunya walaupun harus double yang ia pakai.

"Ya."

Melepas seragam yang River coba, "Terimakasih bestie," tulus River seraya melipat seragam barunya di meja sambil duduk. Lalu tiba-tiba ... "Kamu udah pernah punya mantan?"

Mengangguk mengiyakan, "Iya ada satu."

Syok sudah pasti. Terlihat River menampilkan raut wajah cengo.

Safma berdehem, "Dibilang mantan sih antara iya dan tidak, kami hanya menjalani komitmen. Terus putus karena suatu hal demi kebaikan masing-masing khususnya dia." Menjelaskan dengan rinci, namun pipinya memerah.

"Kamu masih menyukai dia? Bagaimana tentang dia, em semuanya?" Rasa penasaran bergejolak dalam diri River.

Mengambil nafas panjang kemudian dihembuskan perlahan setelah itu duduk di kursi didekatnya. "Hanya ada rasa bersalah karena aku memutuskan dia secara sepihak setelah aku mengghosting dia. Dia begitu baik dan tampan, ah sangat tampan, badannya tinggi juga berkulit kuning langsat. Karena aku sayang dia, yang jelas karena satu hal yang memperkuat untuk tidak melanjutkan hubungan ku dengannya."

"Lalu?"

"Kesan pertama kali pacaran seperti itu membuat aku takut memulai hubungan dengan seseorang lagi, takut menyakiti perasaan orang lain. Aku tidak sempurna, tapi aku tidak rela jika orang lain dihina karena dekat dengan aku, saat itu aku masih umur enam belas tahun. Aku masih dalam zona labil, jadinya keputusan itu yang lebih baik untuknya menurut ku. Walaupun aku tau aku salah karena tidak mengatakan masalah yang sebenarnya padanya, aku takut untuk cerita hal itu padanya. Aku tidak ingin dia sakit hati."

"Aku paham sekarang." Celetuk River.

Tersenyum tipis, Safma mendongakkan kepalanya, "Kamu sendiri bagaimana?" Dengan alis naik turun.

"Aku baru sadar jika kamu itu saat berbicara akan menaik-turunkan dua alismu, habbit kah?" Tanya River lalu Safma berdehem mengiyakan dengan malas, River terkekeh, "Mantanku ... Cuma tiga. Yang pertama saat aku berumur 14 tahun, aku suka dengan gadis yang imut, lalu umur 15 dengan gadis tomboy, dan umur 16 sampai lima tahun berjalan dengan dia."

"Oh." Mengangguk anggukkan kepalanya paham, Safma tersenyum sangat tipis hingga dilihat dengan mata telanjang juga tak terlihat. "Kamu berbohong tentang tidak pernah menyentuh mantan terakhir kamu ya?" Selidik Safma menyipitkan matanya mencoba membaca bahasa tubuh River.

"Hehe, menyentuh seperti sex bebas yang aku maksud, jika kissing pernah karena kami lakukan setiap bertemu dan berdua saja." Jujur River dengan sangat malu, terlihat dengan mulutnya melipat kedalam dan mata bergerak liar. Seperti akan dihukum saja. "Kamu sendiri?" Gantian River tersenyum, entah apa maksudnya.

"Belum pernah."

"Hah? Serius?" Kaget River melongo.

Mengangguk pasti, "Itu tabu asal kamu tahu, tapi itu menurut pandangan ku, tidak tau anak zaman sekarang bagaimana." Jelas Safma seraya menatap wajah River.

Kemudian gadis itu berdiri, melangkah mendekati tempat duduk River dengan tatapan mata tak lepas dari wajah River yang menampilkan raut wajah bingung.

Sampai tepat berada di hadapan River yang sedang duduk, langkah Safma berhenti, membungkukkan badannya condong ke depan mendekati River sekaligus mengungkung pemuda itu. Menyapu pandangan mata didepan wajah River, lalu memiringkan kepalanya secara perlahan.

Disisi lain River meneguk salivanya dan menunggu apa yang akan dilakukan gadis cantik didepannya. Sungguh, siap tak siap River rasa untuk menerima kemungkinan ciuman dari Safma.

Kembali ke Safma yang memiringkan kepalanya mendekati wajah River, mata Safma melirik bibir River yang cukup kissable menurutnya. Pandangannya kembali ke arah mata River dengan tatapan sayu nan dalam.

Saat mendekatkan kepalanya lagi dapat Safma lihat mata River terpejam rapat dengan menahan nafasnya juga menelan salivanya susah payah. Membuat Safma sedikit tergelitik untuk menjahili teman barunya itu.

Mendekat lagi dan lagi, jarak wajah River dan Safma mungkin tinggal beberapa inci lagi, lalu Safma memutuskan untuk segera memajukan wajahnya dan ...

"Mau ikut mensurvei kebunku?" Bisik Safma mencoba menahan tawa sekuat tenaga. Kemudian kepalanya ditarik dan menegakkan tubuhnya dengan sempurna, "Kenapa dengan wajahmu? Bersiaplah, aku akan berganti baju untuk pergi kekebun." Tahu Safma berkacak pinggang tak lupa terkekeh kecil.

Kemudian gadis itu meninggalkan River sendirian dengan masih menampilkan raut wajah blank.

Detik berikutnya River sadar dan mendengus agak kesal dijahili oleh gadis mungil itu. Andai tahu begini River tidak akan memejamkan matanya tadi, jika waktu bisa diputar kembali, River dengan pasti akan menarik pinggang kecil Safma dan menyatukan bibir mereka.

Uh, tapi tatapan mata Safma tadi membuat dia merasa terjebak dalam pesona gadis itu, auranya kuat sekali. Wajah, leher dan telinga River memerah karenanya, malu banget.

Padahal hanya mengajakku ke kebun, kenapa bisa membuat jantung River menggila ya?

Eh, River lagi dan lagi sadar, tadi diajak ke kebun kan? Oh, River harus siap-siap. Pemuda itu bangkit dari tempat duduknya dan pergi ke kamarnya dengan membawa seragam kerja buat besok.

Safma dan River berjalan beriringan, membuka pintu bertuliskan Aquaphonik house. Disana mereka disambut oleh para pekerja yang sibuk dengan tugas dan urusan masing-masing.

"Ini kebunku, dan mereka yang membantuku." Tahu Safma seraya berjalan beriringan.

"Ayo! Pertama kita akan cek Kualitas Air, cek stok bibit, cek Kesehatan Ikan, kesehatan tanaman, cek Komponen Sistem, cek Konsumsi air, cek Produksi ikan, cek Kualitas hasil panen, setelah itu cek bagian hidroponik juga, walaupun tulisan depan tadi Aquaphonik, hidroponik juga ada disini."

Seperti yang Safma katakan, gadis itu mengecek semuanya sendiri, dan kadang dibantu oleh pegawainya, mengecek sendiri membuat Safma puas dan tahu jelas apa kelebihan dan kekurangan setiap bulannya.

Kemudian langkahnya menuju ke pekarangan penuh dengan pohon buah dibuat bonsai, Safma memetik dua jeruk berwarna oranye dan membersihkannya setelah itu membagi satu untuk dia makan dan satu lagi untuk River.

"Cobalah!" Titah Safma.

Mengangguk, tangan River terulur mengambil buah merah ditangan Safma, cukup segar saat masuk di mulutnya, airnya juga manis dan wah, River takjub dengan rasanya.

"Rasanya enak sekali." Jujur River, ya siapa tahu di beri buah lezat itu lagi yakan, untuk mencoba yang kedua kalinya. Agak mengharap sedikit boleh lah ya si River ini.

Selanjutnya. Mereka berjalan lagi, menghampiri pohon buah mangga, Safma memetik dua buah mangga yang terlihat sudah masak itu. Kemudian mencucinya dan kembali membagi buat itu pada River.

Lagi-lagi River berdecak kagum karena merasakan buah lezat di mulutnya, sampai beberapa buah Safma kenalkan dilidah perasa River.

Pulang-pulang River merasa kenyang dengan hanya memakan buah saja. Ah, puasnya.

Motor Safma berhenti disebelah rumahnya, kemudian memarkirkan kendaraan yang barusan ia tumpangi. Langkahnya membawa River untuk masuk ke dalam toserba herbal yang dia miliki.

Setelah masuk, Safma dan River disambut sopan oleh pegawai-pegawai tokonya ini yang bisa dibilang cukup besar. Mereka rata-rata lebih tua umurnya dari Safma, kemudian Safma tersenyum kepada mereka.

Menunjukkan sekeranjang buah jeruk, "Ini aku membawa buah jeruk buat kalian," meletakkan buah itu di meja kasir. "Ah, dan aku juga ingin mengenalkan kalian dengan River." Kemudian matanya melirik River seolah berkata untuk segera mengenalkan diri.

Menangkap kode itu, River mengangguk mengiyakan lalu memperkenalkan dirinya dihadapan calon teman kerjanya dimasa depan. "Hai, perkenalkan nama Saya Yang River. Saya teman kerja kalian di masa depan, jadi tolong bantuannya ya ..." Introduction dengan bahasa asalnya tak lupa wajah ramah River berikan.

Mereka yang mendengar intro dari River hanya kedap kedip mata dengan wajah tak mengerti.

Eh?

Sadar satu hal, Safma memukul dahinya secara tak nyata, wajahnya menunduk awkward sendiri.

Kemudian mendekati River dan menjadi translator nya, "Hai!" Instruksi Safma berbisik.

River mengikuti, "Hai?"

"Perkenalkan," lanjut Safma.

River mengikuti, "Perkenalkan."

"Nama saya," lanjut Safma

River ingin tertawa, namun ia tahan sekuat tenaga, "Hai, perkenalkan, nama saya Yang River, saya teman kerja kalian besok dan masa depan. Mohon bantuannya ya," Introduction River akhirnya menggunakan bahasa Indonesia, dan mereka pun paham sekaligus tersenyum ramah menjabat tangan River yang terulur.

Tak jauh dari sana, lebih tepatnya samping kiri belakang River, Safma melihat itu antara wajah percaya tak percaya. Apakah ini lebaran? Dan untuk River, Safma menoleh sedikit dan menatap nyalang pada punggung pemuda itu. Matanya menatap tajam layaknya laser yang siap menghunus juga membolongi punggung River.

Merasa dipermainkan dia, oh, apa River sedang membalas perbuatan jahilnya tadi di ruang jahit?

Ide licik terlintas di benak Safma, "Em, River, sepertinya aku ada urusan penting, aku pergi dulu, kamu disini sekalian beradaptasi dengan mereka ya." Smirk Safma ditangkap oleh mata River.

"Dan kalian, jika ingin menjelaskan sesuatu, dia nanti akan mendapatkan posisi menjadi kasir, jadi yang ingin menjelaskan bisa mentranslate dengan AI ya. Pahamkan? Saya pergi dulu." Pamit Safma lalu melenggang pergi, menaiki motor maticnya dan pergi.

"Halo, wo ai ni, eh, maksudnya my name is Jini." Gugup Jini, salah satu karyawan toserba Safma, bagaimana tidak, tampan sekali Yang River ini, wajahnya seperti aktor asia yang biasa ia tonton dilayar drama aplikasi.

Sedangkan River, entahlah, dia mencoba menormalkan ekspresi saat disapa sama gadis berambut pirang dengan wajah putih khas mercury.

"Salam kenal Jini." Ramahnya.

Dan yang lain pun kembali mengenalkan diri mereka, memakai bahasa Inggris.

"Hai Mr, my name is Jun," kenal pria berkulit coklat muda.

"Haha Jun? Bisa-bisanya, kok jadi Jun, Mr. Him is Junaidi, you can call him Juned." Ledek gadis bernama Jini yang malah dapat dengusan kesal dari Juned.

"Hello Mr, my name is Bambang, you can call me Bam." Ramah Bambang, pemuda berkulit kuning langsat.

River mengangguk.

"Sir, you can call me Dewa." Salam kenal pemuda klimis itu.

Dahi River mengkerut karena seperti pernah dengar, "Dewa?" Ulangnya.

"Uhm, Dewa is God, but I'm not God or good." Setelah menjelaskan itu, Dewa merenung sejenak dengan penjelasannya. Benar tidak ya.

Sedangkan River kembali mengangguk seolah paham saja, padahal mah kagak.

"Sir, I'm is Good." Salam kenal pemuda pendek sekitar 167an dari teman lainnya yang rata-rata 173an cm.

Menggeplak bahu pemuda itu, sedikit mencibir, "Gud gad gud, He means Bagus sir."

"Mr, my name is Moon." Senyum gadis berhijab dengan tahi lalat di bawah bibirnya.

"Bulan! Wuahaha, Moon man moon." Ejek Bambang berbisik.

"No sir, this girl's name is Bulan, not moon. Even though the meaning is the same." Kata Bambang mengkoreksi, yah, Bambang memang pintar bahasa Inggris, jadi tidak perlu diragukan lagi.

"And me, You can call me Day." Kenal pemuda berkacamata.

River agak bingung mendengar itu.

Sedangkan Bambang sendiri menepuk dahinya yang terasa seperti ada nyamuk hinggap dan menyedot stock kesabaran miliknya. "No sir, this man's name is Hari. Like Bulan, even though the meaning is the same between Indonesia and English."

Ini teman-teman Bambang ada orang asing malah diajak guyonan mereka, ya mana paham. Pikir Bambang ingin menghilang saja atau yah, ikut bos kesayangan dan tercantiknya pergi bonceng berdua gitu. Eh.

Tentu tidak habis sampai disitu, seperti ...

Pria berkulit sawo matang dengan lesung pipi menjulurkan tangan, "Mr, my name is Happy." Ramahnya memperlihatkan lesung pipi andalannya.

River bingung lagi tak mengerti, kenapa pemuda dengan gaya maskulin bernama happy? Seperti nama perempuan.

Bambang melotot, "No sir, him is Selamet."

Selain Bambang, teman-teman yang sudah berkenalan tadi kembali melakukan tugasnya.

"Sir, you can call me Profit." Intro pemuda kurus memamerkan gigi kelincinya.

"He means Untung, sir." Agak lelah ya.

"And me, You can call me Pretty sir." Salam kenal gadis berhijab dengan bibir merah menyala.

"She means Ayu, sir." Pasrah ajalah Bambang ini sebagai ketua disini yang paling waras dari yang lain.

"Me, Beautiful sir." Tahu gadis berhijab hitam manis itu.

Berdehem pelan, "She means is Indah, sir."

Dan selanjutnya, "Me, Ocean sir." Salam kenal pemuda berwajah tegas dengan badan yang uh, manly.

Menghela nafas panjang, Bambang rasa setelah ini ia harus langsung tidur sajalah, "He means Samudra, sir." Lirik kesal pada pemuda bernama Samudera, terlebih pada Bagus si biang keringat, eh, biang masalah ini semua.

Pemuda bermata belo mengangkat tangan untuk menjabat, "Sir, you can call me Emotional, sir."

Kaget dengan nama kali ini, River sampai tidak bisa berkata-kata hanya mengangguk kecil.

Tersenyum mencoba menghirup kesabaran yang ada, yah siapa tahu bisa ya kan? "She means Haru, sir."

Barulah si River paham, dan ... "Haru and Hari is twin's?"

"No sir." Balas Bambang.

"Mr, my name is Dance." Salam kenal gadis tambun yang gemoy itu.

"Hah?" River tidak dapat lagi menyembunyikan kebingungannya.

Memejamkan mata mencoba sabar, toh ini udah list terakhir, "She means Salsa, sir."

Gadis bernama Salsa mencoba menjelaskan guyonannya. "Dance, Salsa, Dance Salsa."

"Oh, i see." Balas River terkekeh geli.

Ada saja pikirnya, ah benar, walaupun agak sulit dimengerti saat perkenalan, River rasa akan gampang akrab karena memang karyawan disini ramah semua. Bahkan baru bertemu saja mereka sudah mengeluarkan komedi khas mereka.

River menatap layar ponselnya sebentar, kemudian berdehem untuk mencari perhatian karyawan disini. "Ah saya juga ingin mengenalkan diri saya lagi, halo semuanya, nama saya is Sungai." Salam kenal entah sudah berapa kali, dengan logat asalnya yang khas. Ditambah menekan kata Sungai di kalimat nya.

Menangkap guyonan dari pemuda calon teman kerja mereka, diam dan saling tatap satu sama lain akhirnya mereka pun tertawa bersama. Terlihat puas dan bahagia sekali.

"Hahaha ..." Tawa mereka.

Sedangkan Bagus, "555555." Tertawa tanpa suara dengan dua tangan menampilkan 55, yang dalam bahasa Thailand haha.

Kadang emang dibuat mikir keras dengan guyonannya si Bagus.

River ikut tertawa, akhirnya ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!