Alina berkali kali patah hati yang dibuat sendiri. Meski dia paham kesalahannya yang terlalu idealis memilih pasangan. Wajar karena ia cantik dan cerdas serta dari keluarga terpandang. Namun tetap saja dia harus menikah. Karena tuntutan keluarga. Bagaimana akhir keputusannya? Mampukah ia menerima takdirNya? Apalagi setelah ia sadari cinta yang sesungguhnya setelah sosok itu tiada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Ame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serba Kebetulan
Pagi itu Alina bangun di waktu tahajjud dan tidak tidur lagi hingga mentari bersinar. Dia buru buru ingin pergi bekerja. Karena perselisihan pendapat dengan ibunya semalam membuatnya gusar.
'Gara gara Iwan error itu aku jadi kena marah Ibu.' Alina menggumam.
Saat Alina menuju garasi ingin mengendarai motornya, tiba tiba ibunya memanggil,
"Liiinnnn.... mau kemana? Kamu gak libur?" Tiba tiba Alina kaget mendengar suara ibunya.
Gugup, Alina menjawab, "Hari ini Yusuf ijin Bu, jadi aku gantiin dia jaga swalayan."
"Minggu minggu kok kerja..... " gantian bu Anik yang ngedumel. "Awas jangan ngelayap ya. " Ancam bu Anik.
Alina hanya cemberut tanpa berani membantah, meskipun kadang ia kesal dengan ibunya yang terlalu cerewet, tapi sebagai muslimah yang taat, Alina tahu persis bagaimana harus bersabar di hadapan ibunya, apalagi ayahnya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.
"Ibu kalau gak percaya check aja ke swalayan. Aku jalan dulu. " Alina menjawab dari atas motor yang sudah dikendarainya dan setelah mengucap salam ia berlalu.
Bu Anik hanya geleng geleng kepala. Memang dia akui Alina punya etos kerja yang bagus. Bahkan cenderung workaholic. Itu sebabnya dia cepat naik karir yang awalnya dulu melamar menjadi kasir swalayan, tak lama justru sekarang menjabat manajer. Tentu saja Bu Anik bangga dengan putrinya itu meskipun tak pernah ia ucapkan pujian di hadapan Alina. Hal hal kecil yang membuat Alina makin merasa jauh dari ibunya karena merasa dirinya tak pernah diperhatikan.
Di kantor swalayan, semua kawan kawan kerjanya merasa senang saat Alina hadir. Maklum karena sebetulnya untuk jadwal giliran jaga toko tidak termasuk manajer sehingga jam kerja Alina bebas tetapi sesuai normalnya kerja 9 to 5. Meski terkadang karena tanggung jawabnya Alina memilih lembur untuk menemani kawan kawannya berjaga, sekedar solidaritas. Meski jatah lemburan sering tidak dihitung.
Pagi itu Alina membeli makanan untuk dibawa ke tempat kerjanya.
"Pagi mba Alina..... tumben masuk mba. " sapa Yusuf yang bertugas jaga pagi bersama Kristin.
"Iya Suf, lagi rajin" Alina menjawab sekenanya sambil tersenyum lebar. Dan kemudian terdengar gelak tawa kawan kawannya.
"Waahhh makasih mba makanannya, lumayan gak usah sarapan.... " canda Yusuf.
Alina tersenyum sambil duduk di sudut dekat Kasir sambil persiapan buka toko. Biasanya dia bertugas mempersiapkan stock untuk order keesokan harinya. Namun pagi itu dia ingin duduk mengobrol bersama kawannya.
"Kenapa mba Lin.... kayak galau gitu? " tanya Kristin lembut.
"Gak apa apa kok Kris. Yuk ah dibuka aja tokonya. Aku mau check barang dulu. "
Swalayan kecil itu memang milik koperasi di Kelurahan tempat Alina tinggal. Sehingga karyawan juga tidak banyak. Alina yang awalnya bekerja di luar kota, karena ibunya termasuk orang berpengaruh kemudian meminta Alina pulang dan tiba tiba saja Alina sudah langsung diterima di swalayan tersebut. Tentu saja sebetulnya karena Bu Anik khawatir putri satu satunya tinggal di tempat yang jauh dari keluarganya dan yang paling penting karena Bu Anik kepikiran soal jodoh bagi putrinya tersebut.
Yusuf kemudian menuju pintu depan untuk membuka rolling door. Sedangkan Alina menuju rak showcase tempat barang barang dipajang sambil ia mulai menghitung stock.
Pelanggan pertama yang datang adalah seorang pria dewasa yang tampan paripurna bergegas melangkah ke swalayan tersebut.
cek profil aku ada cerita terbaru judulnya
THE EVIL TWINS
atau langsung tulis aja judulnya di pencarian, jangan lupa mampir dan favorit kan juga ya.
terima kasih