NovelToon NovelToon
Peak Of Sadness (Puncak Kesedihan)

Peak Of Sadness (Puncak Kesedihan)

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat / Balas Dendam / Single Mom / Janda / Crazy Rich/Konglomerat / Dendam Kesumat
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Elena Prasetyo

Aku masih ingat tangisan, tawa dan senyum pertamanya. Aku juga masih ingat langkah pertamanya. Saat dia menari untuk pertama kali. Saat dia menangis karena tidak bisa juara kelas. Aku masih ingat semuanya.

Dan sekarang, semua kebahagiaan itu telah direngkuh paksa dariku.

Aku tidak memiliki apa-apa selain dia
Dialah alasanku untuk hidup sampai sekarang.
Tidak bolehkah aku menghukum perampas kebahagiaanku?


Ini adalah novel diluar percintaan pertama penulis, mohon dukungannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

Apa benar anak-anak itu adalah pelaku kejahatan yang terjadi pada Tia?

Bagaimana bisa mereka dibebaskan?

Bukankah harusnya mereka dihukum? Dipenjara?

Bu Galih, kenapa tiba-tiba dipindahkan?

Dan tiba-tiba tidak bisa dihubungi?

"Rat, yang kamu perbanyak salah" kata Yani menyadarkan Ratna dari lamunan keesokan harinya di kantor.

"Oh, benar? Maaf, aku banyak pikiran. Aku akan mengulanginya"

Jam makan siang tiba dan Ratna tidak bisa berpikir selain kasus putrinya. Rasa kecewa dan marah membuatnya tidak bisa bekerja dengan baik. Pulang ke rumah, juga tidak membuat hati dan pikirannya lebih tenang.

Melihat barang peninggalan putrinya, membuat Ratna semakin kesal. Dia ingin kasus putrinya mendapatkan perhatian yang banyak. Dia ingin semua pelaku dihukum sesuai dengan kejahatan mereka.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu menyadarkan Ratna dari kekalutan. Dia membuka pintu dan melihat seseorang yang sangat dinantinya untuk muncul.

"Bu Galih!!" serunya senang.

"Bu Ratna, boleh saya masuk?"

"Silahkan ... Silahkan"

Ratna mengantar teh untuk Bu Galih yang tampak bingung.

"Maaf Bu Ratna, saya mengganggu malam Anda" buka Bu Galih.

"Saya tidak apa-apa. Tapi kasus putri saya ... "

Belum selesai Ratna bicara, Bu Galih menghentikannya. Sepertinya polisi wanita yang duduk di hadapannya itu juga memiliki banyak pemikiran yang rumit.

"Sesuai dengan kekhawatiran saya, kasus putri Anda akan diabaikan begitu saja"

"Diabaikan? Kenapa? Kenapa bisa begitu??!"

"Kasus Tia ditinjau ulang dan ditetapkan sebagai kekerasan di sekolah atau Bullying"

"Iya, saya diberitahu seperti itu oleh polisi penanggung jawab kasus Tia yang baru. Bukankah hal ini konyol? Kasus Tia bukan kasus bullying."

"Ada tekanan besar dari kepala kepolisian pusat. Bahkan saya dinonaktifkan dari kasus ini dan dimutasi begitu saja"

Ratna kembali merasa kecewa. Rasanya sungguh tidak punya harapan lagi untuk mengungkap kebenaran dalam kasus yang membuat putrinya meninggal.

"Ada satu cara agar kasus ini bisa diselesaikan dengan benar" ucap Bu Galih memberi harapan.

"Bagaimana Bu?"

"Saya akan menghubungi wartawan dan pembuat konten. Kita akan membuat kasus ini viral agar semua pelaku bisa dihukum sesuai dengan kejahatan mereka"

Dibuat menjadi viral? Itu artinya semua kejahatan yang terjadi pada Tia akan banyak dibicarakan. Termasuk kekerasan seksual yang dilakukan penjahat itu pada putrinya. Ratna semakin tertekan sekarang.

Dia tidak tahu apakah sanggup melihat wajah putrinya dilabeli sebagai korban kekerasan seksual di semua berita dan media sosial. Rasanya seperti mengambil hatinya yang sakit dan mencincangnya lagi menjadi serpihan kecil.

"Apa tidak ada pilihan lain? Saya tidak ingin membuat nama Tia disebutkan dimana-mana. Disandingkan dengan kata kekerasan seksual"

Bu Galih mengangguk dan sepertinya mengerti keresahan Ratna.

Lalu polisi wanita itu membuka jaket dan mengeluarkan berkas yang disimpan. Berkas yang cukup tebal.

"Ini adalah berkas pemeriksaan polisi pada kasus Tia. Hasil otopsi, hasil pemeriksaan TKP (Tempat Kejadian Perkara), juga ... identitas pelaku yang telah kami temukan" jelas Bu Galih terpotong. Polisi wanita itu menyeruput teh yang dihidangkan Ratna sebelum kembali melanjutkan.

"Sebenarnya hal ini sangat dilarang. Tapi, saya tidak memiliki cara lain untuk membuat kasus ini diangkat lagi. Semuanya berbenturan dengan institusi kepolisian yang menurut saya sudah tidak kondusif lagi. Jadi ... Saya menyerahkan semua pilihan pada Anda sebagai ibu korban"

Ratna menatap berkas itu dan belum berani memegangnya, sampai Bu Galih undur diri dari rumahnya.

Berkas itu tetap ada di atas meja sampai akhir pekan datang dan Ratna kembali masuk dalam keresahan yang begitu dalam.

Sabtu malam, dia duduk di depan meja, mengambil berkas yang ditinggalkan oleh Bu Galih dan mulai membacanya.

Di awal berkas terdapat laporan otopsi seperti yang ditunjukkan oleh dokter forensik waktu itu. Lalu dia menemukan foto TKP.

Ternyata tempat kejadian perkara berada jauh dari sekolah. Di sebuah hotel murahan yang sengaja disewa oleh pelaku.

Tangan Ratna bergetar hebat, air matanya mulai menetes. Membayangkan putrinya meronta-ronta meminta tolong karena diperlakukan tidak pantas oleh para pelaku. Tak kuat meneruskan membaca, dia meletakkan berkas itu kembali di atas meja.

"Tiaaaaa ... " ratapnya menahan kesedihan yang tak bisa diungkapkan.

Keesokan harinya, Ratna mencoba kembali membaca berkas itu.

Disebutkan dalam laporan, ketiga pelaku berusia di bawah 20 tahun. Yang paling muda bertugas memegang tangan Tia dan dua lainnya ... . Ratna kembali menutup berkas. Tidak bisa membaca kelanjutan laporan itu.

Tapi, dia harus menyelesaikan laporan itu agar dapat mengetahui bagaimana putrinya menghadapi kejadian itu.

Ternyata, saat Tia sedang menunggu ojek online. Pelaku menghampiri dengan sebuah mobil. Memaksa putrinya itu masuk dan membawanya ke hotel. Disana, salah satu pelaku bertugas untuk memegang tangan Tia disaat dua lainnya melakukan pemaksaan kepada Tia.

Setelah melakukan apa yang mereka inginkan, Tia kembali diajak masuk ke dalam mobil. Dan sengaja dijatuhkan dari mobil saat masih berjalan kencang. Membuat kepala putrinya terbentur pinggiran beton. Menyebabkan robekan panjang yang membuat Tia kehabisan darah.

Ketika ditemukan oleh warga sekitar, Tia masih dalam keadaan hidup. Tapi karena kehilangan terlalu banyak darah, Tia menghembuskan napas terakhir di ambulance.

Badan Ratna tertekuk ke dalam. Dia meraung tanpa suara membayangkan semua kejadian itu terjadi pada putri yang sangat disayanginya.

"Biadab!!!" umpatnya sembari melempar berkas ke lantai. Dia kesal sekali. Dia begitu marah sampai tidak bisa merasakan semua jari tangan dan kakinya.

Lalu matanya menangkap sesuatu yang terasa akrab. Ada satu foto anak berpakaian SMA di salah satu lembar yang tak sengaja terbuka. Dia pernah melihat wajah anak itu. Dimana ya?

Ratna ingat!! Dia pernah melihat anak itu di depan kantor polisi kemarin. Ratna mengambil kembali berkas di lantai. Dia melihat ketiga wajah pelaku yang ditangkap oleh Bu Galih saat itu.

Benar. Ketiga anak ini adalah anak yang sama yang dia lihat di depan kantor polisi kemarin. Ternyata, ketiga anak itu adalah pelaku yang membuat Tia meninggal.

Dan dia melihat ketiga anak itu dibebaskan begitu saja. Tanpa bisa melakukan apa-apa.

"Apa yang sudah kulakukan!!! Kenapa aku bodoh sekali?!!!!" sesalnya sampai perutnya mual. Ratna berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi lambungnya. Dia merasa muak pada dirinya sendiri.

1
Agus Tina
Lanjuut ...
Agus Tina
Bu Galih .. jangan laporkan bu Ratna biarkan dia menuntaskan apa yg belum tuntas ...
Agus Tina
Good
Agus Tina
Aju nangis thor ....
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
sedih bangeettttt 🥲
Santi450
lanjut kak kayaknya seru
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
awal part udah sedih aja 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!