Samantha diusir oleh ayah nya karena menolak pria yang dijodohkan oleh ayah nya,dia pergi kesebuhan kota dan tinggal disana untuk menunjukan pada ayah nya jika dia bisa bertahan hidup tanpa bantuan ayahnya.pada suatu malam Samantha menemukan seorang bayi laki-laki didepan rumah nya.
Karena iba Samantha memungut bayi itu dan berjuang membesarkan nya.tiga tahun kemudian Samantha kembali memungut seseorang didepan rumah nya.
Kali ini bukan bayi laki-laki,tapi seorang pria tampan yang hilang ingatan.siapa kah laki-laki itu?
Dan bagaimana perjuangan Samantha mempertahan kan bayi itu saat kedua orang tua sang anak kembali untuk meminta anak nya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengasuh
Seorang wanita paruh baya berjalan menghampiri rumah Samantha, dengan alamat yang tertiulis disebuah kertas yang dipegangnya, wanita itu melihat rumah itu dengan teliti dan dia rasa memang dia tidak salah alamat.
Dengan pelan, wanita itu mengetuk pintu rumah Samantha sedangkan Samantha sedang membujuk Edward didalam sana.
Sambil menggendong Edward kecil, dia segera keluar untuk melihat siapa yang datang dan dia berharap, pengasuh yang dia sewa yang datang.
Saat pintu rumahnya sudah terbuka, seorang wanita paruh baya sedang berdiri didepan pintu rumahnya dan langsung tersenyum saat melihatnya.
"Selamat pagi" sapa wanita itu.
"Selamat pagi nyonya." sapa Samantha.
Dia melihat wanita yang berusia kira-kira empat puluh atau lima puluh tahun itu dengan teliti dan wanita itu adalah pengasuh yang dia pilih lewat internet semalam.
"Saya Anne, Apa nyonya yang ingin memakai jasa saya?" tanya wanita paruh baya itu.
"Oh, benar, silahkan masuk nyoya Anne."
Samantha mempersilahkan Anne untuk masuk kedalam rumahnya sedangkan Anne segera mengikuti langkahnya masuk kedalam, saat melihat bayi mungil yang berada didalam gendongan Samantha wanita itu lalu berkata:
"Wah, inikah bayi yang harus aku jaga?" tanyanya.
"Benar nyonya." jawab Samantha singkat.
Wanita paruh baya itu segera mengambil Edward dari pelukan Samantha.
"Bayi yang tampan, siapa namanya?"
"Edward....Edward Jackson." jawab Samantha sambil menyerahkan Edward ke tangan Anne.
"Nama yang cocok untuk bayi tampan ini. Berapa usianya?" tanya Anne lagi.
Samantha menggaruk pipinya yang tidak gatal, dia juga tidak tahu usia Edward karena ibu sibayi tidak mengatakan berapa usianya.
"Hmm...baru beberapa hari." jawabnya asal.
"Wah, kau bahkan tidak seperti wanita yang habis melahirkan." kata Anne lagi sambil meliat kearah Samantha.
Samantha merasa tidak enak hati tapi dia juga tidak mau mengatakan yang sebenarnya pada orang yang baru dikenalnya.
"Benarkah?" tanyanya pura-pura.
"Ya, kau bahkan masih seperti seorang gadis. Berapa usia mu?"
"Aku sudah dua puluh lima tahun." jawabnya sambil tersipu malu.
"Wah, masih sangat muda. Kemana suami nyonya, apa sedang bekerja?" tanya Anne lagi.
Samantha memijit pelipisnya sejenak, padahal itu pertanyaan yang normal tapi entah kenapa dia merasa frustasi manjawab pertanyaan itu.
"Hmm..sedang diluar kota." dustanya.
"Oh...kena?" tiba-tiba Edward menangis sehingga membuat Anne menghentikan pertanyaannya.
Samantha menarik nafasnya lega, dia sangat bersyukur Edward menangis disaat yang tepat.
Jika Anne bertanya lebih jauh lagi bisa-bisa dia membatalkan jasa wanita itu.
"Dia lapar, apa kau memberi
nya asi?" tanya Anne kemudian.
"Oh...hanya susu formula saja, asiku tidak ada." bohong Samantha lagi.
"Wah sayang sekali, padahal asi lebih baik untuk pertumbuhannya tapi memang banyak ibu yang baru melahirkan tidak punya asi."
"Maaf nyonya Ann, aku baru memiliki anak dan tidak banyak yang aku tahu dan mengerti."
"Tidak apa-apa nyonya, kau masih muda dan aku bisa mengerti. Memang jika baru punya bayi kita belum terbiasa dan tidak tahu apa yang diperlukan. Tapi apa kau tidak menyiapkan apapun?"
"Maaf aku tidak sempat membeli apapun karena sibuk bekerja." jawab Samantha berdusta sedangkan Anne melihatnya dengan pandangan tidak percaya. Mana ada ibu yang tidak membeli perlengkapan bayinya? Tapi dia tidak mau banyak bertanya karena dia hanya seorang pengasuh saja.
"Bisakah memberi tahuku apa saja yang dibutuhkan Edward?" tanya Samanta.
Anne menggangguk dan tersenyum dengan ramah.
"Nanti akan aku tuliskan nyonya, tapi aku harus membuatkan susu dulu untuk Edward karena sepertinya dia lapar, dimana susu dan dapurnya?'
"Baiklah." jawab Samantha singkat. Wanita itu segera menunjukkan dapurnya dan botol susu beserta kaleng susu milik Edward.
Rumahnya tidaklah terlalu besar tapi Samantha merasa nyaman tinggal disana dan lagi pula, dengan gajinya, dia hanya mampu menyewa rumah itu saja.
Setelah membuatkan susu untuk Edward dan meletakkan bayi kecil yang sudah tertidur diatas tempat tidur, Anne segera menuliskan keperluan Edward yang harus dibeli Samantha.
Begitu banyak sampai membuat Samantha kebingungan, yang dia pikirkan adalah uang untuk membeli keperluan itu.
Dia baru mulai bekerja dan belum juga mendapatkan gaji, memang dia ada tabungan tapi dia takut jika uangnya kurang.
Tapi dia akan berusaha membeli barang-barang penting yang dibutuhkan oleh Edward terlebih dahulu, yang tidak begitu penting akan dia tunda nanti.
"Apa ini semua yang dibutuhkan Edward?" tanyanya ragu-ragu
"Tentu saja nyonya, keperluan bayi itu sangat banyak." jelas Anne.
Dia benar-benar merasa aneh dengan Samantha yang tidak seperti ibu lainnya.
Samantha menarik nafasnya dengan berat, semoga uangnya cukup untuk membeli semuanya.
"Baiklah, jangan panggil aku nyonya, panggil saja aku Sam."
Anne mengangguk singkat mendengarnya dan tersenyum.
"Sudah waktuku untuk bekerja, nyonya Anne tahukan apa yang harus dilakukan?" tanyanya.
Anne kembali tersenyum dan wanita paruh baya itu terlihat sangat ramah.
"Tentu saja Sam, panggil saja aku Anne atau bibi Ann. Aku akan menjaga Edward dengan baik selama kau pergi bekerja."jawab wanita itu.
"Terima kasih bibi Ann, aku harus pergi jika tidak aku akan terlambat" katanya.
Samantha segera maraih tas yang telah dia letakkan diatas meja, dia juga mengambil baju hangat yang diberikan ibunya sewaktu hendak pergi dari rumahnya.
Tidak lupa dia juga membawa catatan keperluan Edward yang harus dibelinya, sepulang bekerja nanti dia akan mampir ke supermarket untuk membeli keperluan Edward.
Sebelum keluar dari rumahnya wanita itu mencium pipi Edward sejenak
"Mommy pergi dulu ya, sayang dan jadilah anak baik." bisiknya pelan.
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh waktu dia pergi dari rumahnya, dia tidak langsung menuju ke dojo karena masih terlalu pagi.
Yang harus dia lakukan adalah membuat surat-surat untuk Edward dan bertanya apa saja syarat-syarat untuk mengadopsi Edward.
Dia juga harus pergi pada pihak berwajib untuk melaporkan bahwa dia telah menemukan Edward dan ingin mengasuhnya.
Samantha tidak ingin berbuat ceroboh, jika suatu hari nanti dia dituduh menjadi penculik oleh orang tua Edward setidaknya dia punya bukti kuat dari pihak berwajib yang menyatakan bahwa dia memang menemukan Edward dan mengasuhnya.
Yang pasti dia akan mempertahankan Edward jika orang tuanya datang untuk mengambil Edward, apapun akan dia lakukan supaya Edward bisa selalu bersamanya.
Dengan menaiki sebuah bus, Samantha menuju sebuah kantor polisi terdekat yang ada dikota itu.
Dia berharap bibi Ann dapat menjaga Edward dengan baik menggantikannya selama dia bekerja dan dia juga berharap, dia bisa membesarkan Edward dengan usahanya dan dia akan melakukan apapun untuk Edward tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?
not i'm promise