Nibiru tidak menyangka akan diputuskan pacarnya setelah berjanji akan menikahinya. Padahal hubungan mereka sudah berjalan selama lima tahun, tetapi dengan mudahnya pria itu mengakhirinya.
Kalut akan sakit hati, Nibiru ditantang oleh seorang kuli bangunan tampan yang mempunyai identitas misterius untuk menikah dengannya. Berawal dari tantangan, berakhir di pelaminan, kisah cinta Nibiru dan Bumi dimulai saat ini.
Apakah pernikahan karena taruhan ini akan berjalan mulus ataukan justru berubah jadi petaka untuk keduanya ? Nantikan kisah Nibiru dan Bumi, dua planet yang seiras dan sama, memiliki makna yang sama sebagai tempat hidup manusia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harsie Alive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketemu Abang Ganteng
Faktanya, jumlah gadis yang masih tersegel kian hari kian berkurang. Gadis-gadis perawan menjadi jenis paling langkah demikian pria perjaka juga menjadi mahluk paling langka yang sangat sulit ditemukan keberadaan nya di muka bumi ini.
Tetapi beruntungnya Nibiru dan Daisy yang menjadi salah satu diantara populasi itu. Mereka punya prinsip yang tinggi dan harga diri yang mahal. Tak akan mau menjual diri demi sepotong laki-laki yang murahan yang bisa diecer ke ruang umum.
Nibiru melajukan sepeda motornya, tak ada rasa sesal di hatinya karena putus dengan Agus, belum lagi dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri saat Agus bercumbu dengan adiknya yang memang punya pergaulan bebas.
Dilarang?
Ohh tentu saja jauh sebelum memergoki mereka, Nibiru pernah bicara soal pergaulan Devi dengan orangtuanya, tapi sialnya, orangtua dan adiknya malah menyalahkannya karena hidupnya terlalu kolot bahkan terkesan kampungan.
Sudah beberapa kali Nibiru mendapati Devi terlihat sangat mesra dengan pria yang katanya adalah pacarnya, dia tidak tahu apakah gadis itu masih tersegel atau tidak, tapi jelas dia tidak lagi peduli.
Hanya kakak laki-laki nya yang setuju dengan Nibiru, tetapi sayang kakaknya sudah jauh di London, menikahi anak negeri orang dan tinggal jauh di sana, tak lagi bisa melindungi Nibiru.
Daripada kewarasannya hilang, Nibiru memilih cuek pada manusia songong seperti Agus.
Tetapi jika ditanya soal rasa sakit, dia lebih menyesali waktu lima tahun yang terbuang sia-sia dengan pria bau ketek kerbau itu.
"Sialan, tak kusangka ada manusia menjijikan seperti itu!" Ucap Nibiru dengan nada kesal.
Dia baru pulang dari toko bangunan miliknya, tapi orang pikir dia adalah karyawan di sana karena mana mungkin seorang yang lulus SMA punya usaha sebesar itu?
Nibiru langsung menuju ke rumah Daisy, rasanya dia perlu curhat pada sahabatnya yang masih kuliah itu.
Saat dia tiba, dia tak sengaja berpapasan dengan seorang pria yang juga menaiki sekuter seperti dirinya.
Pria berwajah tampan rupawan, terlihat jelas otot-ototnya yang macho, kumis tipi di dagu, mata tajam bak elang tetapi menenangkan bak langit malam, wajah tampan dan rambut ikal di bawah helem hitam yang dia pakai menyempurnakan penampilannya.
Pria itu menatap Nibiru dengan wajah sedikit terkejut, tetapi Nibiru tidak peduli dan mengalihkan perhatiannya ke tempat dia akan parkir.
"Ni- Nibiru!??" mata Bumi membulat tak percaya, dia terus meningkat wajah mungil gadis berambut lurus dengan bola mata karamel yang sangat dia hapal itu.
"Kenapa Nibiru ada di sini!?" Bumi Membatin.
"Ada apa Bro? Kok bengong!?" Celetuk Fajar yang duduk di belakangnya.
" Jar, kok ada orang asing ke rumah gue, Lo pernah lihat?" Tanya Bumi penasaran.
Fajar menatap orang yang dimaksud Bumi," lah, ini rumah Lo ya masa tanya sama gue, Lo emang gak pernah ketemu sama sahabatnya adik Lo itu?" Tanya Fajar.
"Sahabat adik gue? Daisy maksud Lo!?" Mata Bumi membulat.
Pletak!
Satu pukulan mendarat di bahu Bumi, dia tampak seperti orang bodoh yang baru mengenal manusia.
"Ya Daisy lah, emangnya siapa lagi adik Lo? Michael Jackson??" Celetuk Fajar.
"Lo sebenarnya tinggal di dunia mana sih bro? Sampai sahabat adik Lo sendiri gak kenal, gue aja tahu," balas Fajar yang memang sering datang ke kediaman itu.
Bumi menggaruk kepalanya tak percaya, dia memang baru tiga bulan ini pindah ke rumah itu, memilih tinggal bersama adiknya daripada Daisy dibiarkan hidup sendiri di rumah sederhana itu.
Tapi tak dia sangka, sosok yang dia kenali itu, Nibiru adalah sahabat adik perempuannya satu-satunya.
"Gue gak tahu," ucap Bumi dengan ajah melongo.
Fajar sampai geleng-geleng kepala,"Gile Lo Bum, masa iye gak tahu temen adiknya, parah Lo, pantes si Bunga Daisy sering marah-marah, Lo gak care sama die!" Celetuk Fajar sambil melangkah lebar menuju rumah.
Di belakangnya, Bumi mengekor seperti anak bebek masih dengan wajah bingung.
" Yahh.... Gue kan kerja Fajar, tiap bulan pindah lokasi, mana sempat gue ngurusin temen adek gue, ngurusin diri sendiri aja gak bisa," kilahnya.
"Halah ngeles doang Lo, bilang aja gak tahu, udah selesai perkara!" Celetuk Fajar.
Bumi hanya tergugu, menatap ke dalam rumah dengan tubuh membeku bak patung perunggu.
"Loh, Kamu kenapa ke sini? Ada apa Nib, muka kamu juga macam pantat ayam ditekuk melulu, nahan berak kamu!" Celetuk Daisy.
Memang ya mulutnya Daisy gak bisa dikontrol.
"Ck... Apaan sih kamu, emang gak boleh aku ke sini? Orang udah biasa kok, gak usah sok kaget, duduk sini, kita makan dulu, aku mau cerita!" Ucap Nibiru.
Daisy terkekeh geli sambil menarik lengan Nibiru ke atas kursi rotan di tengah ruangan minimalis itu.
Di rumah itu, Daisy tinggal berdua saja dengan kakaknya, Bumi. Orangtua? Jangan ditanya, mereka adalah anak korban broken home, yang hidup menderita sejak mereka remaja.
"Ehh Abang juga udah balek!" Daisy terkejut menatap abangnya yang berdiri mematung di ujung pintu sedang Fajar juga malah ikut mematung mengagumi kecantikan Daisy.
Jangan bilang-bilang, kalau Fajar tuh sebenarnya menaruh hati sama adik rekannya, cuma gak mau terlalu frontal aja dianya.
"Bang!?" Panggil Daisy heran.
Nibiru yang memang gak kenal dengan abangnya Daisy ikut menoleh.
Dia sedikit terkejut kala dia melihat wajah Bumi yang terdiam dan jelas sedang menatapnya. Lalu dia tersenyum ramah pada Fajar yang beberapa kali dia temui.
" Kakak kamu?" Bisik Nibiru.
Wajah Bumi tampak familiar baginya, tapi anehnya semakin dia berusaha mengingat, semakin tidak tahu dia siapa pria itu.
"Iya, kamu baru ketemu kan, ini nih pawang yang jagain aku sejak dua dedengkot tua bau busuk itu cerai!" Celetuk Daisy.
Dia menggandeng tangan kakaknya dan menepuk bahu Fajar yang bengong sampai mulutnya mangap.
" Eh... Kaget gue Day!" Celetuk Fajar.
" Cih awas Kesambet setan bang, sore sore begini setan pada keluar!" Celetuk Daisy.
"Heleh siapa yang bilang neng, setan mah takut sama Abang ganteng!" Balas Fajar dengan wajah sumringah.
" Cihh najis!" Balas Daisy sambil menarik lengan kakaknya yang malah bengong menatap Nibiru.
"Kenalin Bir, ini Abang Bumi, ganteng kan!? Ganteng lah masa enggak, adeknya aja spek bidadari apalagi abangnya, spek dewi Yunani uhuyyy!!" Seru Daisy dengan hebohnya.
Nibiru terkekeh, demikian Fajar. Tapi Bumi malah memasang wajah dongkolnya.
Didorongnya kepala Daisy," jangan slengean Day, sok ngerasa bidadari, nyatanya mah kamu mirip teri!" Balas Bumi.
Daisy mengerucutkan bibirnya dengan wajah kesal," idih, udah dipuji, eh adeknya malah dikatai, dasar Abang peak!" Balas nya.
"Hahahah.... Iya maaf dek maaf, kamu memang paling cantik, tapi sayang kayak barang antik!" Celetuk Bumi.
" Idih abang berengsek, berani ya ngejek adek sendiri, kualat Lo nanti dasar Abang durhaka!!" Teriak Daisy.
"Hahahahahaha...." Gelak tawa terdengar di rumah itu. Sungguh sore yang ramai di tengah orang-orang yang damai.
Nibiru terkekeh, dia menatap Daisy " kamu tuh cerewet banget!" Ucap Nibiru.
"Khehehehe.... Kamu udah senang sekarang? Jangan bad mood lagi kakak cantik!" Celetuk Daisy dengan wajah sumringah.
"Oh iya, sekali lagi ini bang Bumi!" ucap Daisy.
"Bang, ini Nibiru, belahan jiwa Daisy!" Celetuk gadis itu dengan penuh semangat.
Nibiru dan Bumi saling bertatapan, penampakan indah bagai telaga dipenuhi ganggang hijau di tengah langit malam menghanyutkan Nibiru, demikian Bumi yang tergugu menatap indahnya musim semi di manik karamel indah di netra Nibiru.
"Hay, Nibiru," ucap gadis itu dengan senyuman ramah nan tulus sambil mengulurkan tangannya.
"Nibiru, saya Bumi," balasnya dengan canggung.
"Dia sepertinya tidak mengingatku," batin Bumi sambil menatap lekat wajah Nibiru sampai lupa melepaskan tangan gadis itu.
"Ekhmmm... Tangannya bos tangannya, lama-lama patah tuh tangan!" Sindir Daisy seraya menepuk lengan pria itu.
"Ehh sorry, gak sengaja," ucap Bumi dengan gugupnya.
"Gak apa-apa kok," balas Nibiru dengan senyumannya yang cantik.