Kesetiaan

Vira duduk dengan topi dan kacamata hitam. Tak lupa masker. Dia duduk di pojok sebuah lobi hotel.

Setelah dipikirkan, saran Jonathan masuk di akal juga. Apalagi mendengar celotehan Vano yang cerita kalau bertemu dengan suaminya.

Hampir setengah jam Vira duduk di sana, belum ada tanda-tanda kemunculan Teddy.

Security hotel mendekat.

"Ada yang bisa kami bantu nyonya?," sapanya.

Bahkan security hotel saja mencurigai Vira.

"Oh, saya menunggu tuan Teddy," jawab Vira sedikit gelagapan.

"Baik nyonya. Apa perlu saya tanyakan ke resepsionis. Biar tuan Teddy dihubungi," tukas security.

"Tidak usah tuan. Makasih, ntar nggak surprise lagi," kata Vira mencari alasan.

"Baik Nyonya," balasnya.

Vira beberapa kali menguap. Sisa kantuknya masih terasa karena begadang.

"Hussstt..bangun! Dasar pelor," Jonathan menepuk bahu Vira.

Vira menggeliat.

"Ngapain tidur di sini?" tanya Jonathan.

Vira membuka mata perlahan karena silau.

"Loh?" Vira membego.

Nyawanya belum balik sepenuhnya.

"Loh...loh... Ngapain pindah tidur di sini?" tanya ulang Jonathan.

Vira melihat sekeliling.

"Kok dokter Jo tahu aku disini?" Vira merasa aneh.

"Mau ketemuan sama temenku. Eh, malah lihat perawat cantik di sini," kata Jonathan terkekeh.

"Apa dokter mengenaliku? Aku kan pakai masker dan wajahku ketutup," Vira teringat misi nya datang ke hotel ini.

"Tentu saja Vira. Lihat siluet badan kamu, pasti aku kenal," ujar Jonathan.

Vira membungkam mulut Jonathan.

"Jangan keras-keras dok, panggil namaku," bisik Vira di telinga Jonathan.

"Hhmmm... Hmmmm," Jonathan berusaha melepas tangan Vira yang juga menutup hidungnya.

"He... He... Maaf," Vira terkekeh. Jonathan terengah dan mengatur nafas.

"Anarkis kamu Vir," kata Jonathan setelah hidungnya kembali bisa menghirup oksigen.

Vira berjalan ke resepsionis untuk menanyakan keberadaan Teddy.

Takutnya saat dirinya ketiduran, Teddy telah lewat.

Tapi Vira mendapat jawaban yang mengecewakan. Tak ada nama Teddy Chandra di deretan tamu hotel.

"Apa Vano salah lihat?" gumam Vira.

"Vir, kamu ini sebenarnya ke sini mau ngapain?" tanya Jonathan.

"Main aja," tukas Vira singkat.

"Issshhh anak ini," gemas Jonathan karena ulah Vira.

Vira pergi meninggalkan Jonathan.

"Gue tahu kenapa lo kesini Vira, suami kamu telah keluar saat lo ketiduran tadi," gumam Jonathan.

Ada hotel yang memang sangat menjaga privacy tamunya.

Jonathan cukup lama duduk menemani Vira di lobi. Bukan untuk mengikuti Vira, tapi nasib baik Jonathan mendapati Vira yang ketiduran.

"Jo," sapa seorang wanita cantik dari belakang Jonathan.

Jonathan membalik badan setelah Vira hilang dari pandangan.

"Hei Angel," sapa Jonathan.

Angel, cewek yang dijodohkan dengan Jonathan.

Sebenarnya Jonathan malas menjemput ke hotel, ngantuk setelah begadang semalam saat jaga IGD. Tapi karena paksaaan mama nya, maka berangkatlah ke hotel bintang lima itu.

Gayung bersambut, yang awalnya malas ke sana. Karena mendapati Vira di sana, maka Jonathan pun ikutan duduk dekat Vira.

Angel yang kasih kabar kalau masih berenang, maka Jonathan tak keberatan. Cenderung berharap Angel berenangnya lama dan Jonathan puas melihat Vira yang terlelap.

"Jo, ayo! Kok malah melamun sih," kata Angel.

"Hhhmmm," Jonathan melangkah mengikuti Angel.

Selama perjalanan, Jonathan lebih banyak diam.

"Jo, kita kemana? Jangan bilang kalau pulang ke rumah kamu," seru Angel.

"Lah, emang mau kemana? Mama cuma bilang untuk jemput kamu," balas Jonathan.

"Mama...mama terus. Padahal kita lho yang mau menikah. Bukan mama," kata Angel menimpali.

"Menikah? Apa aku pernah bilang kalau setuju?" kata Jonathan.

"Tak ada persetujuan kamu pun, kita akan tetap menikah. Keputusan papa-papa kita tak bisa diganggu gugat," seru Angel.

Pernikahan bisnis. Batin Jonathan.

Itulah alasan Jonathan mengambil kuliah kedokteran, agar tak dipaksa sang papa meneruskan gurita bisnisnya.

"Jo," panggilan Angel membuyarkan lamunan Jonathan.

"Iya, gue denger," jawab Jonathan.

"Jalan sama kamu tuh nggak asyik tau," ucap Angel.

"Emang," kata Jonathan sekenanya.

"Issshhh...," Angel dibuat kesal oleh ulah Jonathan.

"Kita makan di mall aja," ajak Angel.

"Bukannya udah breakfast di hotel tadi?" tanya Jonathan dengan mode serius menatap jalanan.

"Tadi renangnya kelamaan, tak sempat sarapan. Lagian kamu itu penerus keluarga Alexander pelit amat," olok Angel.

"Nggak kau traktir gue," olok Angel.

"Issshhh," Jonathan bete, suara Angel bagai tawon yang sedang berebut kasih makan buat ratu lebah.

Mobil dibelokkan ke arah mall tengah kota.

"Oke, turun lo" ucap Jonathan.

"Lo sendiri?"

"Cari parkiran," seru Jonathan. Angel turun sambil menghentakkan kaki dan hati dongkol.

Kalau tak ingat pesan papanya, Angel tak akan mau bertemu dengan pria menyebalkan macam Jonathan.

Jonathan jalan dengan tangan dia masukkan ke saku celana menambah aura tampan di wajahnya.

Mencari keberadaan Angel tak sulit baginya. Tapi Jonathan sengaja berlama-lama di basement untuk mengerjai Angel.

Jonathan melihat sosok pria yang sepertinya tak asing.

"Bukannya itu tadi suami Vira, dengan siapa?" Jonathan berusaha mengejar.

"Hhhmm sepertinya iya," gumam Jonathan.

"Aku ikutin tidak ya?" Jonathan meragu.

"Tapi ngapain? Kepo banget gue sama urusan orang," Jonathan menggelengkan kepalanya.

"Aku fotoin aja deh. Kali aja dengan kirim foto tuh orang, bisa jadi bahan obrolan dengan Vira," niat banget si Jonathan dengan istri orang.

Cekrek... Cekrek... Beberapa kali Jonathan mengambil gambar dan langsung Jonathan kirimkan untuk Vira.

"Paparazi sedang beraksi," tulis Jonathan sebagai caption foto yang dikirim untuk Vira.

"Kamu di mana sekarang?" tak disangka Vira gercep membalas.

Biasanya perlu waktu lama Jonathan menunggu balasan.

"Emang kalau aku kasih tau tempatnya, lo mau kesini?" balas Jonathan dalam ketikan.

"Hhhmmm cepetan," ketik Vira.

Jonathan menyebutkan nama mall di mana dirinya sekarang berada.

.

Selepas keluar hotel, Vira berjalan gontai menuju basement untuk mengambil mobil.

"Vira, jangan bina prasangka burukmu. Mas Teddy kerja keluar kota," gumam Vira menasehati dirinya sendiri.

Setelah belanja susu dan diapers, Vira melajukan mobil ke rumah mertuanya.

Meski berusaha untuk menepis pikiran buruk, tapi ada rasa mengganjal di hati Vira. Rasa apa, Vira sendiri tak bisa menjelaskan.

Hingga sebuah notif pesan masuk ke ponsel Vira.

Saat masih menunggu lampu jalan berganti hijau, Vira membuka pesan yang ternyata dari Jonathan.

"Mas Teddy," panggil Vira lirih.

Melihat foto yang dikirimkan oleh Jonathan, maka Vira pun memaksa Jonathan untuk memberitahu lokasinya saat ini.

Vira memutar balik laju mobil, menuju tempat yang diinfokan oleh Jonathan.