menceritakan seorang anak bernama Alfin dirinya selalu di benci bahkan menjadi bahan olok-olokan keluarganya karena dirinya tidak terlalu pintar akhirnya dirinya berjuang mengungkapkan potensinya hingga dirinya menjadi seorang pengusaha kaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ATAKOTA_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
belajar dari kenyataan
"Hmm... Maksudnya gimana kak? Fin ngak paham maksud perkataan kakak," Balas Alfin yang tidak mengetahui apa sebenarnya yang dibahas kakaknya.
"Kamu sekarang makan dulu aja, kakak mau mempersiapkan semua keperluan di kamar. oh i-ya ingat! Sama pesan kakak kan yang tadi sore gimana? jangan sampai lupa ya." Ucap Doni sekaligus beranjak pergi menuju kamarnya.
"Pesan? Maksudnya gimana kak?" balas Alfin yang semakin dibingungkan dengan apa yang disampaikan oleh kakaknya. terlihat dirinya berusaha memahami apa makna dari perkataan kakaknya. sekaligus berupaya mengingat-ingat kembali pesan apa yang dimaksudkan itu?
"Mmm... Apa ya...?"
Seketika Terlintas dibenak Alfin pesan yang dimaksudkan oleh kakaknya yaitu kakaknya berjanji akan mengajarinya belajar malam ini. Sontak Alfin terkejut setelah mengetahui maksud dari pesan kakaknya. dirinya sangat khawatir apabila kakak, mengajarinya belajar diam-diam apalagi pada malam hari, pasti akan menimbulkan kecurigaan dari anggota sekeluarga mereka.
Apalagi Alfin memiliki rahasia dengan sang Ayah. karena sebelumnya ia selalu belajar diam-diam tanpa mengetahui pasti, apa alasan Ayahnya sering mengajarinya belajar? setiap ayahnya memantau Alfin belajar, ayahnya selalu berpesan untuk menyuruh Alfin tutup mulut! untuk tidak memberitahukan kepada anggota keluarga mereka. karena ada tujuan tertentu dari pengajarnya itu. Yang mana ayahnya tak segan-segan berperilaku kasar, apabila Alfin tidak menaati atau tidak mengerti dengan pengajarannya disaat ibu dan saudaranya tidak ada di rumah.
Terlihat Alfin, menyandarkan kedua sikunya di atas meja sekaligus menyangga dagunya. sembari mempertimbangkan baik-baik tawaran kakaknya. dirinya sangat khawatir apabila kakaknya, diam-diam mengajarinya belajar pasti, akan menimbulkan masalah bagi dirinya. termasuk kakaknya juga. Akan tetapi jika dirinya menolak tawaran itu maka kesempatan nya untuk belajar dengan kakak pasti tidak akan pernah datang dua kali.
Setelah Alfin menyelesaikan makan malamnya iya langsung bersiap-siap untuk melaksanakan salat Isya demi menjawab segala kegaduhan di dalam hatinya, sekaligus dengan ibadah salat akan pasti memberikannya solusi atas segala permasalahan yang ia hadapi saat ini .
Terlihat dirinya, mengarahkan tangan ke arah langit sembari memohon pertolongan kepada yang maha kuasa. "Ya Tuhan, ya Rabb. Berikanlah solusi atas segala permasalahan hamba mu ini. hamba takut ya Rabb! apabila setiap keputusan yang hamba ambil ini salah. Yang nantinya akan menimbulkan masalah kepada setiap anggota keluarga hamba. Bimbing hamba agar mendapatkan kemudahan untuk mengikuti kata hati ini," Doa Alfin kepada sang maha kuasa dengan menengadahkan tangan memohon pertolongan.
Waktu yang pada saat itu sudah menunjukkan pukul 9 malam. beberapa saat mulai berlalu dirinya yang telah lama menunggu tanda-tanda dari kakaknya sepertinya tak kunjung datang. Menyadari hal itu, Alfin memutuskan berbaring di atas sajadah sembari menatap keluar jendela kamarnya. Terlihat ia menatap indahnya cahaya rembulan yang ditemani oleh ribuan bintang-bintang bagaikan menari-nari diatas langit. Seraya diiringi nyanyian jangkrik yang berdering-derik dimana-mana yang sangat menenangkan beban fikirrkan nya.
Perasaan tenang mulai mengisi kekosongan hati yang sebelumnya terasa bimbang. terlihat dirinya tersenyum kecil sembari membayangi dirinya bisa terbang diantara ribuan bintang-bintang. yang bebas hinggap dimana-mana. Tak berselang lama terdengar tiga kali bunyi ketukan pintu yang menandakan suara itu berasal dari Kak Doni. menyadari hal itu dengan sigap Alfin mengambil tongkatnya untuk berdiri sembari membuka pintu kamarnya.
"Ternyata kakak beneran datang ya! silahkan masuk kak," balas Alfin dengan senyum bahagia diwajahnya mempersilahkan kakaknya untuk duduk diatas kasur.
Terlihat Kak Doni yang pada saat itu masuk ke kamarnya Alfin, melihat kiri kanan karena merasa sangat terganggu dengan pencahayaan kamar itu.
"Fin lampunya bisa diterangkan lagi ngak Fin?" tanya Doni kepada saudaranya Alfin karena dirinya merasa kurang nyaman dengan pencahayaan kamar itu.
"Ngak bisa lagi kak bola lampu kamar ini memang dari dulu seperti ini kak," Balas Alfin dengan ragu-ragu karena merasa ngak enakan dengan kakaknya.
Menyadari hal itu kak Doni duduk diatas kasur dengan raut wajahnya yang merasa sangat bersalah karena telah menanyakan hal yang tidak mengenakkan, sembari menyodorkan semua buku pembelajaran yang akan mereka pelajari malam ini.
"Ini semuanya buku pembelajaran kakak beberapa hari kedepan, kakak akan berusaha mengajarimu dengan berbagai macam materi pembelajaran anak SMP" ucap kak Doni dengan perasaannya yang sangat bersemangat untuk mengajari saudaranya belajar.
"Wah..... Bukunya banyak banget ya kak," balas Alfin yang keheranan dengan banyaknya tumpukan buku yang dibawa oleh kakaknya yang terlihat sangat tebal.
"I-ya Fin, kakak sengaja bawa buku banyak-banyak begini biar kamu semakin pintar. demi bisa membuktikan kepada anggota keluarga kita bahwa kamu juga bisa berprestasi," ucap kak Doni motivasi saudaranya untuk berubah.
Dengan ragu-ragu Alfin mengangguk-anggukkan kepalanya, mengiyakan ajakan kakaknya. di dalam hatinya ia merasa sangat ragu dengan potensi dirinya sendiri.
"Kita belajar materi-materi dasar dulu aja ya Fin," balas kak doni seraya membuka buku pembelajaran bahasa Inggris. Mengetahui hal itu Alfin tidak bisa menolak ajakan kakaknya untuk belajar. terlihat dirinya se-sekali berusaha menahan kantuk di setiap penjelasan kakaknya.
"Loh kok udah ngantuk aja Fin," ucap Kak Doni yang terlihat menahan kesal karena, Alfin tidak terlalu memperhatikan dengan baik menjelaskan.
Karena menyadari saudaranya itu bosan dengan materi pembelajarannya kak Doni mengganti materi pembelajarannya lagi dengan materi dasar matematika. Ia terlihat sangat antusias menjelaskan setiap detail demi detail langkah-langkah penyelesaian rumus itu. Akan tetapi Alfin tetap saja tampak seperti tidak memahami dengan baik apa penjelasan kakaknya.
"Hah... Kalau kamu nggak serius begini, gimana caranya kakak ngajarin kamu belajar Fin," Ucap kakaknya yang sudah sangat kelelahan ditambah lagi waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Terdengar suara lolongan anjing yang menggema dimana-mana disertai dengan keheningan malam yang begitu sepi.
"Maaf kak Alfin sudah berusaha, cuma Fin susah sekali memahami teori-teori dasar ini kak," ucap Alfin yang merasa malu kepada kakaknya
"Sudah, tidak papa kok Fin besok malam kita belajar lagi sampai kamu bisa ya. kakak mau istirahat juga, soalnya Minggu besok ibu dan ayah mau ngajak kita liburan keluarga jadi kamu jg istirahat ya," balas Doni kepada saudaranya.
"Ya kak terimakasih banyak untuk hari ini kak," ucap Alfin seraya menyalami tangan kakaknya.
setelah mereka berpamitan kak Doni yang hendak menuju kamarnya tiba-tiba terjatuh di depan pintu kamar Alfin dengan benturan kepala yang begitu keras.
Prak!......
Seketika membuat Alfin sangat terkejut dengan keadaan kakaknya yang terlihat sangat kelelahan, wajahnya terlihat sangat pucat membuat Alfin sangat histeris melihat keadaan kakaknya.
"Kakak!...? Kakak!...? Bangun.. kakak!"
Ucap Alfin yang sengat menghawatirkan kondisi kakaknya. dirinya tak kuasa menahan air matanya terlihat mulai berkaca-kaca seperti hendak menangis. pada saat ingin berteriak memohon pertolongan kepada kedua orang tuanya kak Doni tiba-tiba tersadar dari pingsannya.
"Fin.. kakak baik baik saja," ucap kakaknya yang lemas sembari bangun mengusap-usap kepala Alfin yang terlihat hendak menangis.
"Tapi kak.?"
"Udah Kakak baik-baik saja, kamu sudah besar jangan cengeng nanti kalo kamu nangis ibu kedengaran lo," ucap kakaknya dengan senyuman indah dari raut wajahnya. Ketika hendak pergi, kakaknya terdengar batuk beberapa kali dengan sigap dirinya menutupi mulutnya dengan saputangan.
"Buhuk uhuk uhuk,"
"Tuh kan, kakak istirahat di sini saja atau Alfin bantuin anterin kakak," ucap Alfin dengan wajahnya yang sangat menghawatirkan kondisi kakaknya.
"Udah Fin, nanti kakak ketauan tidur disini gimana? Kalau minta bantuan kamu, untuk nganterin kakak ke kamar ngak mungkin juga kan. dengan kondisimu yang seperti ini?" ucap Kak Doni yang sangat teguh dengan pendirinya.
Terlihat dirinya beranjak meninggalkan Alfin untuk menuju ke kamarnya. ketika hendak sampai di persimpangan kamarnya, tampak ia menyandarkan tubuhnya pada dinding kamar seraya melihat saputangannya yang telah dipenuhi oleh bercak darah akibat penyakit tuberkulosis yang selama ini ia sembunyikan terhadap saudaranya.
"Aku harus merahasiakan penyakit ini, supaya Adik-adikku tidak terlalu menghawatirkan ku," ucap Doni dengan nafas tersengal-sengal memasuki kamarnya.
Alhamdulillah di tempat tinggal ku org2x nya ndak spt ini.