Isteriku, Canduku

"Rocky, kamu bandel banget sih. Sudah diperingatkan jangan berkerja dulu menjelang hari pernikahan, malah lembur sampai selarut ini," omel Marta didepan teras saat putranya baru saja turun dari mobil diantar Dirly.

"Lihat calon menantu Mami, dia patuh, tidak seperti kamu. Tiga minggu ini udah Mami pingit buat persiapan pernikahan besok," puji Marta.

"Namanya juga cari cuan Mam. Lagi pula yang ngebet mau menikahkan aku kan Mami? Aku hanya sebagai pelaksana saja," acuhnya berjalan meninggalkan Dirly dimobil.

"Walau sudah dipingit, disimpan dalam kamar super bersih, dan di make over oleh perias andalan Mami, Rocky yakin--, itu perempuan tidak bakal berubah cantik. Kalau asalnya jelek, ya jelek saja. Aku harap Mami tidak nyesel dan malu punya mantu seperti dia. Kalah jauh dari semua pacar-pacar aku," ucap Rocky dengan nada meremehkan, sambil berjalan melewati ibunya.

Marta berpura-pura tidak mendengar ocehan tidak berfaedah putranya.

"Dirly! Mami sudah telepon Ibundamu meminta izin. Jadi, kamu tidak perlu pulang kerumahmu, temanin saja Rocky. Dia pasti sulit tidur malam ini karena akan melepaskan masa lajangnya besok," cegah Marta, saat asisten putranya itu sudah menghidupkan mesin mobil dan siap untuk pulang.

"Oke Mami!" sahut Dirly patuh, lalu memarkirkan mobil yang ia kendarai kedalam garasi.

"Mam, jangan lupakan syarat yang Rocky ajukan ya?" peringatnya, saat Marta menjejeri langkahnya menaiki anak-anak tangga menuju kamarnya.

"Satu, acara nikahnya dirumah kita ini aja, tidak perlu mengundang orang banyak. Rocky kasihan Mami malu nantinya, punya mantu tidak secantik menantunya teman-teman Mami."

"Kedua, setelah nikah, itu perempuan wajib ikut Rocky tinggal dirumah baru yang dibelikan Papi sebagai hadiah pernikahan supaya kami mandiri," ungkapnya, mengingat beberapa hari lalu ia sudah mengecek sendiri bersama Dirly rumah mewahnya, walau tidak sebesar rumah kedua orang tuannya sekarang.

"Persyaratan pertama Mami penuhi, tapi tidak dengan syarat kedua."

Mendengarnya, Rocky menghentikan langkahnya, memandang ibunya dengan tatapan protes.

"Mam, Mami tidak boleh ingkar dengan kesepakatan kita," dengan raut tak terima.

"Rocky sayang, kita belum sepakat waktu itu, setelah Mami pertimbangkan, Mami putuskan menerima syarat yang pertama saja," ucapan tanpa rasa berdosa Marta tentu saja membuat pemuda itu kian tak terima.

Dengan raut frustrasi Rocky meremas rambutnya sendiri hingga acak-acakan. Salahnya sendiri waktu itu tidak langsung memastikan pada ibunya, sehingga berjalannya waktu ia melupakannya karena disibukan dengan pekerjaan.

"Kamu fikir Mami tidak tau maksudmu mengajak Lisa tinggal berdua saja denganmu," memandang sebal wajah frustrasi putranya.

"Kamu berencana menindasnya kan? Dan berdaya upaya membuatnya tidak betah tinggal seatap denganmu? Lalu itu akan dijadikan alasan untuk menceraikannya. Heuh! Mami ini tidak mudah kamu kelabui Rocky," menatap datar pada putranya.

Rocky terdiam, apa yang dikatakan sang Mami memang benar, ia bahkan telah merencanakan banyak hal supaya dalam hitungan minggu, Lisa sudah bisa ia singkirkan dari kehidupannya.

"Kamu fikir Mami juga tidak tau kalau kamu berangkat pagi-pagi buta dan pulang larut malam beberapa minggu ini hanya untuk menghindari Lisa," imbuhnya lagi, membuat Rocky semakin diam tak berkutik.

"Sekarang pergilah tidur. Besok, pukul 10 pagi acara pernikahan sudah dimulai. Jangan coba-coba melarikan diri," setelah mengatakan itu, Marta meninggalkan putranya yang masih terdiam ditempatnya berdiri.

Rocky memejamkan matanya sambil mengepalkan kedua tangannya, berusaha dengan sekuat tenaga menahan rasa yang sedang berkecamuk dalam dadanya.

Wajah Lisa yang sedang memergoki dirinya yang tengah mengendap-endap pagi-pagi buta keluar rumah tiga minggu yang lalu untuk berangkat bekerja kembali terlintas. Itu terakhir kali ia melihat gadis itu, yang membuat hidupnya tidak tentram akhir-akhir ini.

Ia yakin, pasti gadis itu yang mengadu pada ibunya.

...***...

Pukul 9.50

Rocky dengan setelan tuxedo-nya sudah terlihat rapi dan siap menjalani prosesi pernikahan sakralnya pagi itu.

Ia memandangi taman belakang rumah orang tuanya yang telah disulap menjadi acara pesta kebun untuk pernikahannya bersama Lisa.

Membayangkan bila yang menjadi mempelai wanitanya bukanlah Lisa tapi Angelia, kekasihnya. Tentu pernikahan ini adalah moment yang paling membahagiakan, yang akan menjadi sejarah terindah dalam hidupnya.

Begitu nama calon isterinya itu terlintas, Rocky berkali-kali melihat kearah pintu dimana nanti Lisa akan keluar bak ratu kebun membuatnya terkekeh geli memikirkannya.

"Kamu terlihat sangat bahagia?" ledek Dirly. Asisten Rocky itu sedari tadi memang selalu berada disisi bosnya itu untuk menemani.

Tidak seperti mempelai pria pada umumnya yang terlihat antusias dan berdebar-debar menanti pernikahan, bosnya itu malah cenderung terlihat bosan menunggu acara pernikahan yang akan digelar sebentar lagi.

"Aku?" Rocky menunjuk dirinya.

"Iya, siapa lagi?" angguk Dirly sambil tersenyum menggoda.

"Aku bukannya bahagia, tapi sedang membayangkan perempuan itu keluar dari pintu sana. Pasti dandanannya mirip para teman-temannya tarzan si raja hutan," kekehnya lagi sedikit lebar.

"Heum, aku rasa kamu salah kali ini, bos Rocky. Penampilan calon isterimu pasti tidak seburuk apa yang kamu fikirkan. Aku tahu Mamimu, beliau pasti tidak akan mempermalukan keluarganya," ungkap Dirly berkeyakinan.

"Yah, kita lihat saja nanti," Rocky menghela napas, sambil melipat sepasang tangannya didepan dada. Terlihat sekali kalau dirinya semakin merasa bosan, pandangannya memperhatikan para tamu undangan yang sengaja diundang secara terbatas sesuai permintaannya pada sang Mami.

Sementara Gusman dan Marta, pasangan suami isteri itu sibuk menerima tamu yang terus berdatangan.

Sesekali Rocky terlihat menampilkan senyuman palsunya, berpura-pura bahagia pada tamu undangan yang memberi ucapan selamat, sesuai arahan ibunya tadi pagi, begitu dirinya tiba.

"Mempelai pria diharapkan bersiap, menyambut mempelai wanita yang akan memasuki tempat acara pesta pernikahan," suara MC event organizer yang menggema memenuhi tempat acara pesta kebun membuat Rocky sempat terkaget.

Dirly membantu bosnya itu merapikan setelan tuxedonya. Sementara para tamu undangannya yang berpencar menikmati suasana sejuk kebun gegas merapat.

Lantun syair lagu Beautiful In White yang telah dilambungkan oleh Shane Filan beberapa tahun silam kini mengalun lembut, menghanyutkan semua tamu undangan dalam suasana khidmat moment sakral pernikahan yang sebentar lagi akan berlangsung.

🎵So as long as I live I love you. Will haven and hold you. You look so beautiful in white. And from now 'til my very last breath. This day I'll cherish. You look so beautiful in white. Tonight🎵

Tidak terkecuali Rocky, pemuda itu sampai lupa bernapas menatap langkah Lisa yang semakin mendekat kalau saja Dirly tidak menyentuh lengannya.

"Jangan menggangguku, Dirly," Rocky mendelik sesaat pada asistennya itu, lalu kembali memandangi Lisa yang sudah berdiri tepat dihadapannya.

"Kalian sudah siap?" tanya sang pendeta.

Tanpa sadar Rocky mengangguk rusuh, seolah tak sabar meminta pak pendeta beruban itu segera memulai acara pemberkatan nikahnya bersama Lisa.

Tentu saja membuat seluruh hadirin menahan senyum melihat tingkahnya.

Bersambung...👉